Tenaga medis memperagakan busana pada Medical Fashion Show di Gesibu Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (17/9/2022). Kegiatan itu sebagai bentuk penghormatan kepada tenaga medis yang telah berjuang menghadapi pandemi Covi-19. | ANTARA FOTO/Budi Candra Setya

Kabar Utama

Biden: Pandemi Telah Usai

Masyarakat menganggap pembatasan yang masih dilakukan justru menjadi hambatan.

WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendeklarasikan bahwa pandemi di negaranya telah selesai. Pernyataan tersebut disampaikan Biden di tengah kasus baru di AS masih di atas 60 ribu dan kasus kematian akibat Covid-19 mencapai ratusan orang dalam satu hari.

“Kami masih memiliki masalah dengan Covid-19, pekerjaan kami masih sangat banyak, tapi pandemi telah usai, bila Anda menyadarinya, tidak ada lagi yang memakai masker, semua orang tampaknya dalam keadaan sehat, dan saya kira itu perubahan,” kata Biden dalam wawancara untuk program ‘60 Minutes’ yang dilakukan di sela pameran otomotif Detroit yang dihadiri ribuan orang, Senin (19/9).

Biden diketahui menghabiskan masa isolasi selama dua pekan di Gedung Putih karena terinfeksi virus korona pada Juli lalu. Sementara istrinya, Ibu Negara Jill Biden terinfeksi Covid-19 pada bulan Agustus. Biden mengatakan, gejala ringan yang ia rasakan merupakan penanda membaiknya perawatan virus korona.

Dalam 24 jam terakhir, kasus baru Covid-19 di AS sebanyak 61.003 orang. Sedangkan kasus meninggal tercatat mencapai 409 orang. Di Indonesia, pada Senin (19/9), kasus positif tercatat 1.620 kasus. Kemudian untuk kasus sembuh bertambah 3.390 orang. Sedangkan kasus meninggal sebanyak 23 orang. Kasus aktif atau orang terinfeksi Covid-19 yang belum sembuh saat ini tercatat sebanyak 26.065 orang.

Pada pekan lalu, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, pandemi yang sudah berlangsung lebih dari dua tahun kemungkinan segera berakhir. Jumlah kasus baru dan angka kematian akibat Covid-19 yang terus menunjukkan penurunan dinilai menjadi indikasi bahwa pandemi hampir sampai garis finish.

“Kita belum sampai di sana (akhir pandemi). Tetapi ujungnya sudah terlihat. Kita bisa melihat garis finish-nya. Tapi sekarang adalah waktu terburuk untuk berhenti berlari. Sekarang saatnya untuk berlari lebih keras dan memastikan kami melewati batas dan menuai hasil,” kata Tedros dalam keterangan resmi, Kamis (15/9).

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin merespons, untuk lepas dari status pandemi dan masuk dalam status endemi, butuh kesepakatan bersama. Menurutnya, seluruh pemimpin negara harus satu suara dengan berdasarkan situasi kasus yang terkendali di dalam negeri. “Pandemi karena sifatnya dunia, kalau selesai harus kompak seluruh pemimpin dunia menyatakan selesai,” ujar dia.

Masyarakat di berbagai daerah berharap Pemerintah Indonesia bisa mengikuti keberanian Joe Biden yang menyatakan pandemi Covid-19 berakhir. Saiful Arifin (45), warga Jemur Gayungan, Gayungan, Surabaya, Jawa Timur, mengatakan, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia setiap hari menunjukkan penurunan. Artinya, penyebaran Covid-19 sudah bisa dikendalikan.

photo
Petugas Satpol PP mengimbau pelajar yang tidak memakai masker di Taman Dukuh Atas, Jakarta, Senin (25/7/2022). - (Republika/Putra M. Akbar)

“Kalau Amerika saja berani menyatakan (Covid-19) berakhir, kenapa Indonesia enggak. Kan katanya penanganan Covid-19 di Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di dunia,” ujar dia.

Selain itu, lanjut Saiful, cakupan vaksinasi Covid-19 di Indonesia pun terbilang tinggi. Menurutnya, terlalu lama jika pemerintah menunggu seluruh masyarakat divaksin sebelum menyatakan Covid-19 berakhir. Sebab, masyarakat yang tidak berkenan divaksin, dipaksa seperti apa pun akan tetap mencari alasan agar tidak divaksin.

Galih Saputra (43) juga berpendapat serupa. Warga Pagesangan, Jambangan, Surabaya itu menyebut pemerintah harus mulai berani keluar dari bayang-bayang pandemi Covid-19. Saat ini, kata dia, pembatasan yang masih dilakukan justru malah menjadi hambatan. Aturan persyaratan untuk pelaku perjalanan pun tidak benar-benar efektif dan banyak celah untuk dilanggar.

“Kalau dulu mungkin iya perlu pembatasan pas kasus tinggi banget. Kalau sekarang pembatasan hanya jadi hambatan, tapi nggak efektif. Sekarang misal orang mau naik kereta, kan masih ada persyaratan, yang nggak bisa naik kereta akhirnya bisa naik bus. Banyak lah celah,” kata Galih.

Rachel (27), salah satu warga Pamulang, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menilai setuju jika pandemi dinyatakan telah usai. Saat ini kondisi sudah membaik ditandai dengan mobilitas masyarakat yang kembali tinggi. Perempuan yang bekerja sebagai karyawan swasta di Jakarta tersebut mencontohkan kepadatan lalu lintas kerap terjadi dari Tangsel ke Jakarta. Hal itu menandakan masyarakat sudah beraktivitas normal.

“Orang sudah ke mana-mana, kemacetan juga di mana-mana, orang pada nongkrong juga ramai, dan ya pada enggak apa-apa,” kata Rachel.

Rachel bercerita, ia dan keluarganya sempat terpapar Covid-19 pada awal kemunculannya di 2020 serta berlanjut terkena varian jenis omikron. Dengan pengalaman itu, saat ini dia mengaku sudah tidak lagi merasa setakut dahulu, namun tetap harus waspada.

Anti (30), warga Tangsel lainnya menyampaikan hal senada. Dia berujar saat ini kondisi pandemi sudah tidak lagi kentara. Hal yang membikinnya semakin yakin atas argumennya yakni karena vaksinasi Covid-19 juga telah gencar dilakukan hingga saat ini.

Selain itu, menurutnya, meski masih ada beberapa kasus Covid-19 yang dilaporkan, namun mayoritas masyarakat melakukan isolasi mandiri. Hal itu, kata dia, menandakan masyarakat bisa mengatasi Covid-19 secara mandiri hingga sembuh.

photo
Tenaga kesehatan mengantarkan warga positif Covid-19 di shelter isolasi terpadu Rusunawa MBR, Yogyakarta, Kamis (27/7/2022). - (Wihdan Hidayat / Republika)

‘Indonesia di Jalur Tepat Menuju Endemi’

Tren penurunan kasus baru di tengah aktivitas normal masyarakat dinilai menjadi indikasi kuat bahwa pandemi Covid-19 memang hampir usai. Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI), Erlina Burhan mengatakan, Indonesia saat ini sedang berada di jalur yang tepat menuju fase endemi.

“Menurut statistik, suatu kebanggaan bahwa Indonesia salah satu negara yang baik pengendaliannya, karena terbukti angka kasus berada di kelompok yang terkontrol dibandingkan negara lain. Indonesia ada di jalur yang tepat,” kata Erlina Burhan dalam sebuah diskusi, di Jakarta, Senin (19/9).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini menyatakan, endemi telah di depan mata. Salah satu indikatornya, yakni angka kasus baru yang terus menurun di berbagai negara. Menurut Erlina, tren ini harus dipertahankan oleh masing-masing negara dan memastikan tidak lagi terjadi kenaikan. Selain itu, dia mengungkapkan, angka kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia juga perlu ditekan hingga angka terendah.

“Kurva penurunan harus flat, jangan bergelombang lagi. Itu dari segi kasusnya. Yang terpenting adalah ada kondisi masyarakat mempunyai kekebalan cukup kalau ada virus yang masuk. Itu bisa didapatkan dari vaksinasi,” ujar dokter dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini.

Dia mengatakan, target menuju endemi, di antaranya penularan yang menurun, angka kematian dan konfirmasi kasus yang rendah, serta cakupan vaksinasi yang tinggi. Dokter spesialis penyakit paru-paru Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur, itu mengatakan, kasus saat telah menurun drastis bila dibanding pada saat gelombang delta pada Juli 2021, dengan angka kematian tertinggi saat itu berkisar 2.000 orang sehari.

“Pada saat varian omikron yang sekarang, kebetulan gejalanya ringan dan tingkat keparahan tidak seberat delta, angka kematiannya tidak seberat dulu. Bahkan, sekarang kian menurun kira-kira 20-an orang sehari,” ujar dia.

Erlina menambahkan, masyarakat dari kelompok lanjut usia (lansia) menjadi bahan perhatian menjelang endemi karena faktor risiko kematian yang tinggi saat terinfeksi Covid-19. Menurut dia, perlindungan vaksinasi pada lansia optimal untuk memberi perlindungan, termasuk protokol kesehatan, minimal memakai masker.

“Kalau melihat kondisi sekarang di rumah sakit, umumnya adalah orang tua dan mereka yang berkomorbid yang belum divaksin. Lebih banyak pasien yang belum divaksin,” kata dia.

Dilansir dari Dashboard Vaksinasi Covid-19, jumlah lansia yang telah menerima suntikan dosis ketiga berjumlah 6,61 juta orang dari target sasaran 21,55 juta jiwa. Untuk dosis pertama berjumlah 18,36 juta jiwa atau setara 85,19 persen, serta dosis kedua berjumlah 14,84 juta jiwa atau setara 68,88 persen dari target sasaran.

photo
Tenaga kesehatan menyuntikan vaksin booster Covid-19 kepada warga di sentra vaksinasi di kawasan Kota Tua, Jakarta, Jumat (16/9/2022). - (Republika/Thoudy Badai)

WHO menggolongkan vaksinasi pada lansia sebagai salah satu indikator penting menuju endemi yang sudah di depan mata. Cakupan vaksinasi pada lansia yang direkomendasikan WHO minimal harus mencapai 97 persen dari populasi di setiap negara. Vaksinasi Covid-19 menjadi hal penting untuk menurunkan risiko kematian hingga gejala berat akibat infeksi Covid-19 di tengah peluang endemi.

“Kami sudah melihat angka kematian itu pada populasi lansia, rentan, dan komorbid relatif lebih tinggi. Bahkan, sangat signifikan pada mereka yang yang tidak divaksin," kata dokter spesialis mikrobiologi klinis, konsultan virologi, Budiman Bela.

Dia mengatakan, semakin sering seseorang menerima vaksin, yakni dosis 1, dilanjutkan dengan dosis 2, dan dosis 3, angka kematian akibat Covid-19 di suatu negara jauh berkurang. Budiman yang juga aktif sebagai panel ahli Satgas Penanganan Covid-19 BNPB itu mengatakan, vaksin bisa dengan cepat menghilangkan virus dalam tubuh, karena imunitas terbentuk dan siap menetralisasi infeksi virus.

“Vaksin bisa dengan cepat membuat virus itu hilang dari tubuh. Kalaupun masih terdeteksi, cepat juga dihilangkan, jadi tidak mudah menular,” ujarnya.

Budiman menambahkan, setiap individu dapat berstatus sebagai perantara virus untuk menulari orang lain di sekitarnya. Jadi, vaksinasi menjadi hal penting untuk memberi perlindungan kepada populasi rentan, seperti lansia, orang dengan komorbid, hingga tenaga kesehatan.

“Walau berpotensi jadi sumber penularan, jadi jauh berkurang karena vaksin. Urgensinya, dalam menghadapi mereka yang populasi rentan. Kalau tidak vaksinasi, akan lebih mudah mengalami sakit berat atau fatal akibatnya,” katanya.

HOS Tjokroaminoto, Orator dan Penggerak Perubahan

HOS Tjokroaminoto mengarahkan SI berhaluan nasionalisme yang merangkul seluruh suku bangsa di Tanah Air.

SELENGKAPNYA

Selamat Jalan Tokoh Istiqamah

Ia telah meninggalkan banyak legasi yang tak gampang digantikan.

SELENGKAPNYA

Istiqamah untuk Keilmuan Islam

Kepakaran Azyumardi di bidang sejarah Islam telah menempatkannya sebagai ahli sejarah Islam kawasan Asia Tenggara yang sangat berpengaruh.

SELENGKAPNYA