Khazanah
MUI: Syukuri dan Isi Kemerdekaan
Indonesia diharapkan menjadi negara yang berdaulat sepenuhnya.
JAKARTA – Pada Rabu, 17 Agustus 2022, Indonesia akan merayakan 77 tahun kemerdekaannya. Sebuah momen yang sangat patut disyukuri. Namun, pada saat yang sama, segenap bangsa Indonesia pun harus terus berjuang untuk mengisi kemerdekaan ini.
“Rasa syukur ini dapat dilakukan dengan mendoakan dan mengenang para pahlawan yang telah gugur memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,” kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Muhammad Cholil Nafis, kepada Republika, Senin (15/8).
Bangsa Indonesia juga dia harapkan terus berjuang untuk mengisi kemerdekaan ini sesuai dengan cita-cita pendiri bangsa, yakni menjadi negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, sebuah negeri yang mengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya, gemah ripah loh jinawi, sejahtera, aman, dan sentosa.
Kiai Cholil juga menekankan, negara yang telah merdeka adalah negara yang berdaulat. Artinya, negara yang merdeka telah berdaulat secara politik, ekonomi bahkan berdaulat dalam kerangka sosial dan keyakinan beragama.
Dalam hal ini, dia menilai, Indonesia sebenarnya telah merdeka, hanya saja belum merdeka seutuhnya. Sebab, di bidang politik, Indonesia masih bergantung pada kekuatan asing. Begitu juga di bidang ekonomi, pangan, dan energi, sebab belum dapat dikelola dan dinikmati sepenuhnya oleh bangsa sendiri.
"Saya berharap ke depan Indonesia dapat berdaulat penuh di bidang politik, ekonomi, pangan, dan sosial sehingga dapat memenuhi harapan untuk menciptakan negara yang aman, sentosa, dan mandiri," ujar dia.
Kiai Cholil juga berharap sumber daya manusia (SDM) Indonesia dapat bersaing dengan bangsa lain. “Juga, Indonesia memiliki pemimpin adil, pebisnis jujur, ulama ikhlas, dan masyarakat yang dapat bersatu serta bergotong royong,” ujar dia.
Seruan untuk mensyukuri dan mengisi kemerdekaan juga disampaikan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Fahrur Rozi. Menurut tokoh NU yang akrab disapa Gus Fahrur ini, kemerdekaan adalah anugerah besar dari Allah SWT yang wajib disyukuri. Pada saat yang sama, segenap rakyat Indonesia harus berusaha untuk mengisi kemerdekaan ini dengan kebajikan, rajin beribadah, dan patuh kepada-Nya.
Gus Fahrur menerangkan, kemerdekaan sejati dalam Islam adalah ketundukan total kepada kuasa Ilahi dan melepaskan diri dari jeratan nafsu serta mengembalikan seluruhnya kepada aturan Allah, dalam bentuk penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih, dan menegakkan keadilan. Adapun makna dari negara merdeka, menurut dia, adalah negara yang berdaulat penuh.
“Negara tersebut bebas dari kekuasaan bahkan campur tangan negara lainnya, berdiri kokoh tegak mandiri melindungi segenap warga negara dan memakmurkan penduduknya,” ujar dia.
Ia menilai, Indonesia adalah negara merdeka yang masih harus berbenah agar sepenuhnya merdeka dalam mengelola sendiri kekayaan alamnya. Juga agar mampu mandiri dan makmur, tidak bergantung pada barang-barang impor.
Menjelang tahun politik yang ditandai dengan adanya pemilu dan pergantian kekuasaan, Gus Fahrur berharap hendaknya tetap dijaga semangat kebersamaan. Penegakan hukum dan keadilan juga harus menjadi perhatian serius pemerintah dan segenap masyarakat Indonesia.
Kemerdekaan di sektor ekonomi juga sangat penting untuk kemajuan bangsa dan kemakmuran rakyat. “Kita perlu mewujudkan negara dan bangsa yang tidak hanya berdaulat secara politik, tetapi juga sejahtera dan kompetitif di tengah pasar global,” kata dia.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Opsi Menaikkan Harga Pertalite Menguat
Kenaikan harga BBM bersubsidi diprediksi akan menaikkan inflasi secara signifikan.
SELENGKAPNYAKapolri Perintahkan Sikat Bandar dan Beking Judi
Penindakan oleh aparat kepolisian diperlukan untuk mendukung pemberantasan situs judi daring.
SELENGKAPNYAJepang tak Ingin Ulangi Kengerian Perang
Saat ini, Jepang dan Cina masih terlibat dalam sejumlah perselisihan sejarah.
SELENGKAPNYA