Tajuk
Swasembada dan Tantangan Iklim
Swasembada idealnya seiring dan sejalan dengan kondisi ekonomi petani yang terus beranjak naik.
Indonesia, kemarin, mendapatkan kehormatan. International Rice Research Institute (IRRI) memberikan penghargaan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Penghargaan ini diberikan karena Indonesia dinilai mampu melakukan swasembada beras dan memiliki sistem ketahanan pangan yang baik.
Presiden mengungkapkan, surplus yang dimiliki di tengah krisis pangan dunia, menjadi salah satu indikator Indonesia meraih penghargaan tersebut. Stok di lapangan pada akhir April 2022, menurut dia, mencapai 10,2 juta ton.
Selama tiga tahun terakhir pada 2019 sampai 2021, Indonesia pun tak mengimpor beras karena kebutuhan dalam negeri terpenuhi oleh produk nasional. Rata-rata selama kurun tiga tahun itu, produksi beras nasional mencapai 31,3 juta ton.
Pemerintahan Presiden Jokowi tentu juga menghendaki produktivitas itu konsisten meningkat. Agar stok beras berlimpah, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga diekspor hingga menghasilkan devisa bagi negara.
Presiden mengungkapkan, surplus yang dimiliki di tengah krisis pangan dunia, menjadi salah satu indikator Indonesia meraih penghargaan tersebut.
Di sisi lain, Presiden mengingatkan soal diversifikasi pangan. Sorgum, salah satu produk yang ia contohkan. Diversifikasi memang penting selain menambah keragaman produk pangan, juga mengantisipasi beragam gejolak pada masa depan.
Bila pada suatu waktu, beragam tantangan muncul yang memaksa produksi beras menurun, diversifikasi pangan yang dirintis sejak sekarang bakal menjadi penyelamat. Masyarakat tentu tak akan kaget jika mengonsumsi komoditas pengganti.
Diversifikasi pun secara ekonomi bakal menguntungkan. Apalagi, ada tambahan komoditas yang berpotensi memenuhi pasar dalam negeri juga memungkinkan diekspor. Lebih banyak petani, pihak terkait terlibat dalam prosesi budi daya hingga kegiatan ekonominya.
Selain menjadi kebanggaan, pencapaian terkini yang diganjar penghargaan mestinya juga memotivasi Indonesia berjuang lebih keras, mempertahankan swasembada. Kelemahan yang masih ada mesti diperbaiki dan memperkuat keunggulan selama ini.
Diversifikasi pun secara ekonomi bakal menguntungkan. Apalagi, ada tambahan komoditas yang berpotensi memenuhi pasar dalam negeri juga memungkinkan diekspor.
Faktor-faktor yang berpengaruh dan berpotensi memengaruhi pertanian dan ketahanan pangan seharusnya menjadi perhatian. Perubahan iklim dan cuaca ekstrem, misalnya. Apalagi, perubahan iklim saat ini sudah jelas melahirkan beragam dampak buruk.
Tak menentunya musim kering dan penghujan berpengaruh pada pertanian. Jika dampak ini tak diatasi secepatnya, bakal merusak pertanian termasuk tanaman padi yang ujungnya mengancam ketahanan pangan nasional.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyinggung masalah ini saat Rakornas BMKG 2022 pada 8 Agustus 2022. Ia mengingatkan, dampak perubahan iklim dapat mengancam kedaulatan pangan nasional.
Perubahan iklim menyebabkan sering terjadinya banjir, longsor, banjir bandang, badai tropis, angin beliung, hingga kekeringan. Kejadian ekstrem dan bencana hidrometeorologi ini dikhawatirkan, mengganggu ketahanan pangan, yang berakibat terganggunya kedaulatan pangan.
Kejadian ekstrem dan bencana hidrometeorologi ini dikhawatirkan, mengganggu ketahanan pangan, yang berakibat terganggunya kedaulatan pangan.
Maka itu, ia mendorong peningkatan literasi bagi petani juga nelayan dalam menghadapi perubahan iklim ini. Dengan bekal literasi ini diharapkan, para petani mampu memanfaatkan informasi BMKG agar mereka lebih adaptif dan produktif dalam bertani.
Kemajuan teknologi pun mestinya lebih intens dimasukkan sebagai bagian dari pertanian di Tanah Air. Teknologi memudahkan petani memantau lahan pertaniannya, mengolah informasi cuaca yang berdampak pada pertanian, serta menghemat tenaga dan biaya.
Dengan begitu, dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Ini yang juga seharusnya diperhatikan. Swasembada idealnya seiring dan sejalan dengan kondisi ekonomi petani yang terus beranjak naik.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Beri Contoh Baik pada Anak
Anak-anak adalah peniru yang baik. Maka, orang tua harus memberi contoh kebiasaan yang baik.
SELENGKAPNYAHaji Kodrin dan Kebaikannya
Haji Kodrin menatap haru pria berkulit hitam yang berdiri di depan mimbar Mushala At-Taqwa.
SELENGKAPNYA