IMAN SUGEMA | Daan Yahya | Republika

Analisis

Waktu Tempuh

Ukuran yang lebih pas untuk mengukur jarak adalah delivery time dan berapa ongkosnya.

Oleh IMAN SUGEMA

OLEH IMAN SUGEMA

Sebulan yang lalu saya menempuh perjalanan darat dari kota Palembang ke Bandar Lampung melalui jalan tol. Agak terkejut karena perjalanan hampir 300 kilometer bisa saya tempuh hanya dalam waktu kurang dari empat jam. Sepuluh tahun yang lalu, perjalanan antar kedua kota tersebut harus saya tempuh dalam 12 jam, melalui jalur jalan yang melewati pertambangan batu bara Bukit Asam.

Tentu Anda juga tahu perbedaannya. Terang aja dong, jalan tol kan berbayar. Kalau tidak bisa lebih cepat, untuk apa kita bayar Rp 1.000 per kilometer. Nah itu dia, ternyata jalan tol tersebut sudah lumayan ramai dilintasi kendaraan pribadi, truk, dan bus. Kalau manfaat yang diberikan oleh jalan tol itu terlalu sedikit, mana ada orang yang mau bayar. Keramaian yang tercipta merupakan bukti empiris bahwa manfaatnya lebih besar dari biayanya.

Jalan tol merupakan alternatif selain jalan raya yang tidak berbayar. Anda mau menggunakan jalan tol dengan prinsip sukarela. Tak ada yang memaksa atau mengarahkan. Keputusan yang Anda ambil sepenuhnya berdasarkan pertimbangan mana yang lebih menguntungkan. Nah, karena hal tersebut saya sempat berbincang dengan para pelaku ekonomi yang memanfaatkan jalan tol tersebut. Di antaranya adalah sopir dan pemilik truk dan bus.

 
Jalan tol merupakan alternatif selain jalan raya yang tidak berbayar. Anda mau menggunakan jalan tol dengan prinsip sukarela. Tak ada yang memaksa atau mengarahkan.
 
 

Sebelum mengulas hasil perbincangan dengan mereka di sela-sela perjalanan tersebut, saya ingin menegaskan bahwa prinsip yang sama berlaku tidak hanya untuk jalan tol, tetapi juga untuk jalan desa yang bagus, jasa pelabuhan, jasa bandara, dan pelayanan komunikasi. Tentunya Anda mafhum bahwa sekarang ini kita tidak lagi menggunakan jasa pos untuk surat menyurat.

Kita sekarang hanya menggunakan e-mail atau pesan melalui WA. Alasannya sederhana, waktu tempuhnya jauh lebih singkat.

Kita tahu bahwa ada ungkapan waktu adalah uang atau time is money. Ini berlaku bukan karena persepsi, tetapi karena realitasnya memang begitu. Kalau Anda petani sayur atau buah-buahan, Anda akan segera menyadari ini.

Waktu tempuh yang lebih singkat memungkinkan Anda melakukan delivery barang dengan kualitas dan bobot yang lebih baik. Buah dan sayur yang lebih segar tentunya akan memiliki harga yang lebih baik. Susut bobot dan volume yang merugikan juga bisa Anda hindari. 

 
Karena itu, pengenaan tarif untuk tol atau jasa apapun tak bisa dilakukan secara semena-mena. Kalau tarifnya terlalu mahal, pasti tidak akan ada yang mau menggunakannya.
 
 

Selain itu, secara alamiah manusia memiliki kecenderungan untuk sampai ke tujuan secara lebih singkat. Kalau Anda disuruh memilih antara yang singkat dengan yang lambat, pasti Anda memilih yang singkat. Naluri manusia memang seperti itu. Tentunya ketika Anda harus membayar untuk kecepatan yang diberikan maka secara naluriah Anda pasti membandingkan manfaat dan biayanya.

Karena itu, pengenaan tarif untuk tol atau jasa apapun tak bisa dilakukan secara semena-mena. Kalau tarifnya terlalu mahal, pasti tidak akan ada yang mau menggunakannya.

Bicara mengenai biaya tentunya tidak hanya menyangkut tarif saja. Untuk jalan tol kita harus mempertimbangkan biaya bahan bakar, tenaga kerja, dan penyusutan kendaraan karena pemakaian.

Kalau ternyata total biaya tersebut masih lebih rendah, maka penggunaan jalan tol cenderung menciptakan efisiensi. Tentunya kita paham bahwa para pelaku ekonomi secara rasional akan memilih yang memberikan efisiensi terbaik. Jadi ramainya penggunaan jalan tol atau jenis infrastruktur apapun merupakan bukti adanya peningkatan efisiensi.

Secara ekonomi makro, efisiensi merupakan penentu pertumbuhan dan daya saing. Wilayah yang memiliki infrastruktur yang lebih baik akan cenderung berkembang lebih cepat. Biaya produksi dan transportasi menjadi lebih rendah. Dengan beban biaya yang lebih rendah maka perusahaan akan memiliki daya saing yang lebih baik dibandingkan perusahaan serupa di wilayah yang lain.

 
Secara ekonomi makro, efisiensi merupakan penentu pertumbuhan dan daya saing. Wilayah yang memiliki infrastruktur yang lebih baik akan cenderung berkembang lebih cepat.
 
 

Karena alasan itu pula interkoneksi dan pemerataan di bidang infrastruktur merupakan salah satu penentu bagi pemerataan pembangunan. Wilayah dengan infrastruktur yang jelek akan cenderung menjadi wilayah yang tertinggal. Percepatan pembangunan infrastruktur menjadi sebuah kewajiban.

Saat ini jarak tidak lagi diukur dengan seberapa jauh yang harus Anda tempuh. Ukuran yang lebih pas untuk mengukur jarak adalah delivery time dan berapa ongkosnya. Rumus dasarnya adalah semakin singkat waktu tempuh semakin lebih bermanfaat. Semakin lebih murah ongkosnya semakin bersaing. Akan menjadi lebih sempurna lagi bila kita punya mindset yang teguh untuk membangun infrastruktur yang mempersingkat waktu tempuh dan sekaligus menekan ongkos.

Tentu sarat utamanya adalah kita meninggalkan anggapan bahwa kalau bisa dibuat lama, untuk apa dipercepat atau kalau bisa dibuat mahal, untuk apa dibuat murah. Anda mau pilih yang mana?

Yang cepat dan efisien atau yang lama dan mahal? Pilihan ada di tangan kita semua dan ini tidak hanya berlaku di kasus jalan tol. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Blokir Paypal Dibuka Sementara

Pemerintah dan pihak Paypal diharapkan bisa berkomunikasi untuk mencari solusi.

SELENGKAPNYA

Raja Maroko Isyaratkan Normalisasi dengan Aljazair

Aljazair memutuskan hubungan diplomatik dengan Maroko pada Agustus 2021

SELENGKAPNYA