Tajuk
Membiarkan Anak Sebagai Anak
Semua pihak harus memastikan agar anak-anak dapat bergembira, tumbuh sebagai manusia yang berjiwa merdeka, dan menjadi bagian dari kemajuan bangsa.
Masyarakat Indonesia memperingati Hari Anak Nasional (HAN) 2022 pada Sabtu, 23 Juli kemarin. Peringatan ini harus menjadi momentum bagi setiap kita untuk mengingat dan memastikan pemenuhan seluruh hak-hak yang harus didapat oleh anak. Kita harus melihat anak sebagai seorang anak dan memperlakukan mereka sebagai seorang anak.
Berdasarkan literasi, menurut Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Indonesia (KPPAI), peringatan HAN dimaknai sebagai kepedulian seluruh bangsa terhadap perlindungan anak Indonesia agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Hal ini dilakukan dengan menjadikan keluarga sebagai lembaga pertama dan utama dalam memberikan perlindungan kepada anak.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun dalam peringatan HAN 2022 menyampaikan bahwa setiap anak memiliki cita-cita dan impian masa depannya sendiri. Karena itu, semua pihak harus memastikan agar anak-anak dapat bergembira, tumbuh sebagai manusia yang berjiwa merdeka, dan menjadi bagian dari kemajuan bangsa.
Dia menegaskan, anak-anak harus dilindungi dan setiap haknya dipenuhi. "Kita hanya perlu memastikan anak-anak Indonesia tetap terlindungi, terpenuhi hak-haknya," kata dia melalui unggahan di akun resmi media sosialnya, Sabtu.
Semua pihak harus memastikan agar anak-anak dapat bergembira, tumbuh sebagai manusia yang berjiwa merdeka, dan menjadi bagian dari kemajuan bangsa.
Berdasarkan hal itu dan berbagai pernyataan lain mengenai anak, kita dapat melihat bahwa unsur utama bagi perkembangan anak-anak adalah memastikan bahwa mereka dapat tumbuh berkembang sesuai dengan usianya. Dengan kata lain, kita harus memastikan bahwa anak-anak dapat hidup sebagai anak-anak. Bukan mereka yang hidup dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan usianya.
Hal ini yang kadang kita lupakan sebagai orang tua adalah kita secara tidak sadar dan tanpa sengaja, sering menganggap dan memperlakukan anak-anak sebagai orang dewasa. Baik melalui bahasa maupun perilaku yang kita pertontonkan kepada mereka sehari-harinya. Kita sering bersikap bahwa anak tidak akan terpengaruh dengan apa pun yang kita lakukan.
Kita seakan lupa bahwa anak-anak itu seperti spons yang akan menyerap apa pun yang mereka lihat dan dengar dengan sangat cepat. Baik secara langsung di rumah dan lingkungan sekitar, maupun melalui gawai yang mereka mainkan setiap saat. Karena itu, kita semua harus sangat berhati-hati dengan apa yang anak-anak lihat dan dengar.
Otak manusia, apalagi anak-anak, memiliki kemampuan yang luar biasa. Namun, otak adalah organ paling malas dari seluruh bagian yang ada di dalam tubuh. Maka itu, jika ada informasi baru yang mereka terima, hal tersebut akan menjadi pola yang akan digunakan pada saat menerima kondisi serupa pada masa mendatang.
Hal ini yang kadang kita lupakan sebagai orang tua adalah kita secara tidak sadar dan tanpa sengaja, sering menganggap dan memperlakukan anak-anak sebagai orang dewasa.
Jika diibaratkan, otak manusia itu seperti hutan yang belum dieksplorasi. //Nah//, bagi otak, informasi baru itu seperti eksplorasi untuk membuka jalan di hutan tersebut. Otak merupakan organ yang malas, ketika kemudian ada upaya perjalanan lagi menembus hutan itu maka jalan pertama kali yang dibuka, yang akan digunakan.
Hal ini akan terus berlangsung. Kecuali kemudian ada upaya keinginan dan upaya keras untuk menerima bahwa sesungguhnya, ada jalan-jalan lain yang bisa dilalui ketika menembus hutan tersebut.
Ini merupakan gambaran sederhana, bagaimana apa yang dilihat dan didengar oleh anak itu memiliki arti yang sangat penting bagi pemikiran dan perilaku mereka pada masa mendatang. Karena itu, orang tua dan anggota keluarga tidak bisa berperilaku sembarangan. Kita harus selalu ingat bahwa apa yang diperlihatkan kepada anak, termasuk yang mereka lihat melalui gawai, akan membentuk pemikiran dan perilaku mereka nantinya.
Jadi, mari kita pastikan bahwa anak-anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia mereka. Mari kita biarkan anak-anak menjadi anak-anak. Ini bisa kita mulai dengan berperilaku baik dan menjaga agar anak-anak melihat dan mendengar hal-hal yang baik pula.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.