Nasional
Hewan Terjangkit PMK Terus Bertambah
Jawa Timur masih jumlah tertinggi kasus PMK yang belum sembuh.
JAKARTA – Kasus hewan ternak yang terjangkit penyakit kuku dan mulut (PMK) meningkat pada Ahad (24/7). Berdasarkan data Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB), kasus kumulatif hewan terpapar PMK total mencapai 427.169, atau bertambah 5.238 kasus dibandingkan hari sebelumnya.
Dari jumlah kumulatif tersebut, rinciannya adalah sapi sebanyak 411.030 ekor, kerbau 11.550 ekor, domba 1.498 ekor, kambing 3.044 ekor dan babi 47 ekor. Selain itu, total hewan yang sembuh juga alami peningkatan, dari sebelumnya 178.723 ekor menjadi 183.440 ekor.
Untuk kasus PMK yang belum sembuh juga bertambah dari 234.778 ekor menjadi 235.130 ekor. Angka kematian hewan ternak akibat wabah PMK juga semakin bertambah, dari sebelumnya 3.300 ekor menjadi 3.356 ekor.
Terdapat juga penambahan hewan terpapar yang dipotong bersyarat sebanyak 5.243 ekor dari sebelumnya di angka 5.130 ekor. Saat ini terdapat 22 provinsi dan 266 kabupaten kota yang sudah terdeteksi kasus PMK pada hewan ternak.
Kasus belum sembuh tertinggi masih diduduki wilayah Provinsi Jawa Timur dengan 99.850 kasus, disusul Nusa Tenggara Barat 28.451 kasus dan Aceh 27.046 kasus.Pemerintah juga mengupayakan vaksinasi hewan yang rentan PMK, khususnya pada sapi. Per Ahad, disebutkan sudah ada 636.948 hewan dilakukan vaksinasi agar terhindar dari dampak serius wabah PMK.
“Kami terus mengingatkan kepada masyarakat peternak agar tidak menjadi pembawa atau carrier virus PMK dari hewan yang sakit ke ternak yang sehat,” kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan, Nasrullah.
Sementara, Pemerintah Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah menerima 1.400 dosis vaksin hewan ternak untuk mencegah PMK. Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Belitung Timur Heru Indramata mengatakan, sebanyak 1.400 dosis vaksin itu untuk ternak sapi yang sehat atau tidak tertular PMK untuk kekebalan tubuh hewan tersebut.
"Apabila dalam kelompok atau kandang ternak ada salah satu sapi yang sakit, sapi lainnya tidak akan divaksin," kata Heru.
Dia mengatakan, pemberian vaksin PMK untuk sapi dimulai dari Kecamatan Dendang dan diikuti kecamatan lainnya. Pihaknya menargetkan setiap hari mampu memberikan dosis vaksin untuk 100 ekor sapi, karena satu botol vaksin isinya 200cc untuk 100 dosis. "Data hingga 21 Juli 2022, sapi yang sakit tinggal 13 ekor dari sebanyak 164 kasus," kata dia.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan juga mencatat sebanyak 2.634 ekor hewan ternak di daerah itu telah divaksinasi untuk pencegahan PMK. Kadis DPKH Sulsel Nurlina Saking mengatakan, ribuan ekor ternak itu berasal dari lima kabupaten dan kota di Sulsel yakni Kabupaten Bone, Toraja Utara, Makassar, Kabupaten Jeneponto dan Bantaeng.
"Hewan ternak yang paling banyak divaksinasi sampai saat ini berada di Kabupaten Bone dengan 1.918 ekor, kemudian Kabupaten Bantaeng (428 ekor), Toraja Utara (189 ekor), Jeneponto (70 ekor) serta Makassar sebanyak 29 ekor," kata Nurlina.
Sementara untuk dua daerah lainnya yakni Kabupaten Takalar dan Enrekang, kata dia, masih dalam proses pengiriman vaksinasi ke daerah masing-masing. Pihaknya juga terus berupaya untuk mempercepat proses vaksinasi kepada hewan ternak agar penyebaran wabah PMK dapat terkendali atau tidak semakin meluas.
Kepala Dinas Pertanian Lombok Tengah, Taufikurahman juga mengatakan, jumlah kasus PMK di Lombok Tengah hingga saat ini telah mencapai 26 ribu kasus. Namun, jumlah ternak yang telah sembuh itu sekitar 23 ribu dan 3.000 ekor masih dalam proses pengobatan.
"Vaksinasi terus kita lakukan, capaian vaksinasi PMK di Lombok Tengah itu sebanyak 1.300 dosis," kata Taufikurahman.
Paling baik
Prof. dr Fedik Abdul dari Divisi Mikrobiologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga menyampaikan, hingga kini belum ada obat yang digunakan untuk mengobati infeksi sekunder seperti bakteri. "Jadi vaksinasi paling baik dalam pencegahan penyakit infeksi karena virus seperti PMK," ujar Fedik, Ahad.
Untuk mengendalikan PMK, lanjut Fedik, tentu harus menghindari membawa hewan ternak dari daerah yang terkena PMK. Begitu juga sebaliknya, usahakan agar hewan ternak yang sehat tidak dibawa ke daerah tercemar.
"Karena dapat membawa penyakit. Namun vaksin khusus PMK harus sama serotipnya karena tidak ada cross protection," kata dia.
Fedik menjelaskan, penularan virus ini dapat terjadi melalui wol, rambut, rumput, udara dan jerami. Selain itu, lumpur atau kotoran yang menempel pada alas kaki, pakaian dan peralatan ternak juga bisa jadi media penularannya.
Penularan juga bisa melalui inseminator (penyuntikan semen beku atau sperma ternak ke tubuh sapi betina), serta air yang terkontaminasi dan kontak langsung saat pemerahan susu. Sebagai solusi jangka pendek, tambah Fedik, hewan ternak yang terinfeksi bisa diberikan antibiotik, antipyretic, vesicle treatment dan vitamin
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Pengalaman Berbelanja Saat Musim Haji dan Penipuan di Makkah
Banyak pengalaman berbelanja selama musim haji yang unik karena kendala bahasa.
SELENGKAPNYA