Kabar Utama
Warisan Kesederhanaan Buya Syafii
Buya berpesan agar menjaga keutuhan bangsa, keutuhan Muhammadiyah, dan keutuhan umat.
YOGYAKARTA – Prof Ahmad Syafii Maarif berpulang ke rahmatullah pada Jumat (27/5) pagi, di Yogyakarta. Wafatnya Buya Syafii membuat seluruh insan merasa begitu kehilangan.
Sosoknya yang gigih melawan ketidakadilan, teguh dalam berprinsip, selalu menggaungkan pentingnya persatuan, hingga kesederhanaan dalam keseharian, menjadi warisan berharga untuk bangsa Indonesia.
Kesaksian itu tak hanya diucapkan satu atau dua orang. Berbagai tokoh hingga masyarakat biasa menyaksikan betapa kesederhanaan mantan ketua umum PP Muhammadiyah itu melekat hingga akhir hayatnya. Dengan kapasitas dan besarnya pengabdian almarhum untuk republik semasa hidupnya, harusnya lebih dari sekadar pantas bagi Buya untuk mendapatkan semua fasilitas.
Tetapi itu semua tidak ‘dimanfaatkan’ Buya Syafii Maarif. Hingga wafat di usia 86 tahun, almarhum memilih untuk tetap hidup bersahaja di Yogyakarta bersama masyarakat pada umumnya dengan terus memberikan sumbangsih melalui gagasan-gagasan besarnya. Hidupnya jauh dari kata mewah secara materi. Semua yang menjadi laku almarhum semasa hidup adalah warisan abadi untuk seluruh anak bangsa.
Presiden Joko Widodo ikut memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum dengan ikut menshalati jenazah. Shalat digelar di Masjid Gedhe Kauman dan diimami Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir. Jokowi atas nama pribadi, bangsa, dan negara menyampaikan duka cita mendalam. Buya Syafii, kata Jokowi, adalah guru bangsa yang hidup dalam kesederhanaan.
“Beliau adalah kader terbaik Muhammadiyah yang selalu menyuarakan tentang keberagaman dan selalu menyuarakan tentang toleransi umat beragama. Dan beliau juga selalu menyampaikan pentingnya Pancasila bagi perekat bangsa,” ujar Jokowi saat menyampaikan sambutan dalam prosesi penghormatan terakhir bagi almarhum, di Yogyakarta, Jumat (27/5).
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menganggap Buya Syafii sebagai sosok seorang guru, pengasuh ruhani, pembimbing, orang tua yang dicintai dan dikasihi. Wafatnya Buya merupakan sebuah kehilangan besar bagi bangsa Indonesia. Atas nama PBNU dan seluruh keluarga besar Nahdlatul Ulama, Gus Yahya menyampaikan bela sungkawa kepada keluarga Buya dan keluarga besar Muhammadiyah.
“Sekarang, menjadi tanggung jawab kita semua untuk melanjutkan visi dan idealisme Buya. Semoga barakah dari perjuangan yang digeluti Buya seumur hidup terus langgeng, memberkahi kita semua di dalam pergulatan kita memperjuangkan kemuliaan bagi peradaban kita bersama,” ujar dia.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X juga menyampaikan duka mendalam atas kepergian Buya Syafi. Sultan menyebut almarhum merupakan sosok berwawasan luas. Dengan kearifannya, kata Sultan, almarhum dinilai lembut dalam membangun komunikasi dengan semua pihak. “Kami di Yogya kehilangan (Buya Syafii),” ujar Sultan.
Rasa kehilangan tak hanya dirasakan umat Islam saja. Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt Gomar Gultom mengatakan, sosok almarhum sangat dekat dengan semua kalangan. Menurutnya, Buya patut menjadi pola teladan semua pemimpin agama di Indonesia, sebagai bangsa yang besar dan menghargai kemajuan.
“Kita semua kehilangan Buya Syafii, yang bukan hanya seorang tokoh pluralis dan nasionalis, tetapi lebih merupakan guru dan bapak bangsa, yang banyak menyumbang gagasan untuk mencerdaskan bangsa,” ujar Gultom.
Pesan Buya
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, mengatakan, selama hampir satu bulan Buya Syafii dirawat di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Setelah sempat pulang untuk rawat jalan, almarhum kembali dilarikan ke rumah sakit dua pekan lalu karena mengeluhkan sesak napas.
Pada 26 Maret 2022, Presiden Jokowi dan Mensesneg Pratikno sempat menjenguk Buya Syafii setelah ke luar dari RS dengan kondisi sehat. Tetapi, 13 hari lalu Buya merasakan lagi sakitnya dan harus dirawat di RS PKU Gamping.
Buya dirawat dengan tim dokter lengkap dan berkoordinasi langsung dengan tim dokter kepresidenan. Walau masih sempat sarapan pagi dan berkomunikasi pada Jumat pagi, sekitar pukul 07.30 Buya Syafii mengalami kritis, hingga wafat sekitar pukul 10.15 WIB.
“Terima kasih kepada seluruh pihak yang begitu mencintai beliau dengan segala dukungan, takziah, doa bahkan tadi jamaah yang menshalati beliau bergelombang tiada henti,” kata Haedar.
Mewakili keluarga Buya Syafii dan keluarga besar Muhammadiyah, Haedar memohon maaf jika Buya Syafii ada kelemahan, kekurangan, kekhilafan, dan kesalahan semasa hidupnya. Jika ada hak-hak yang belum ditunaikan dan diselesaikan, PP Muhammadiyah terbuka untuk menyelesaikannya.
Haedar melihat sosok Buya Syafii sebagai pribadi yang sederhana dan bersedia menerima kritik. Pemikiran dan jejak langkah Buya Syafii sudah disaksikan seluruh masyarakat Indonesia. Karenanya, ia berharap, apa yang semasa hidup sudah dikerjakan Buya semuanya bisa menjadi amal jariyah dan ilmu bermanfaat.
“Beliau selalu berpesan agar menjaga keutuhan bangsa, keutuhan Muhammadiyah, dan keutuhan umat, itu yang selalu diulang,” ujar Haedar.
Ingin ‘Beristirahat’ di Husnul Khotimah
Husnul Khotimah menjadi lokasi yang diinginkan Prof Ahmad Syafii Maarif sebagai peristirahatan terakhirnya. Permintaan tersebut disampaikan Buya Syafii ketika diizinkan pulang setelah dirawat di RS PKU Muhammadiyah Gamping pada Maret 2022 lalu atau kurang lebih dua bulan sebelum wafat.
Wakil Ketua Pelayanan Rukti Jenazah Taman Makam Husnul Khotimah Muhammadiyah, Kabupaten Kulon Progo, DIY, Umar Said Prawoto mengatakan, permakaman tokoh Muhammadiyah di Karangkajen telah penuh. Saat diperlihatkan dengan lokasi Taman Makam Husnul Khotimah, kata Umar, Buya berkeinginan untuk “beristirahat” di taman makam itu.
“Saat beliau pertama kali dirawat dan diperbolehkan pulang, beliau menyampaikan kepada kami, apakah bisa menjadi anggota Pelayanan Rukti Jenazah Makam Taman Makam Husnul Khotimah Muhammadiyah. Beliau ingin agar dimakamkan di sini,” kata Umar di lokasi Taman Makam Husnul Khotimah Muhammadiyah, Kulon Progo, Jumat (27/5).
Penjaga Taman Makam Husnul Khotimah Muhammadiyah, Arifin, mengatakan, permakaman ini merupakan tempat permakaman anggota Muhammadiyah. Makam di Desa Donomulyo, Kecamatan Nanggulan, tersebut baru diresmikan menjelang Ramadhan 2020 atau dua tahun silam dengan luas area 1 hektare.
“Untuk saat ini, ada 25 makam yang terisi, ditambah Buya Syafii dimakamkan di sini jadi nanti total 26 makam,” kata Arifin.
Hidup beliau terbilang sederhana sehingga banyak orang yang terkejut bila berhadapan dengannya.
Pemakaman jenazah Buya Syafii berlangsung khidmat. Jenazah tiba di lokasi sekitar pukul 16.15 WIB, Jumat (27/5). Sejumlah tokoh mengantar Buya hingga ke tempat peristirahatan terakhir. Di antaranya Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, dan ratusan warga yang ikut memadati Taman Makam Husnul Khotimah.
Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas mengatakan, tak sedikit yang melekatkan predikat guru bangsa kepada almarhum. Gelar tersebut memang sangat mewakili kepribadian Buya Syafii yang dalam kesehariannya selalu diisi dengan kepentingan umat dan bangsa. Tidak hanya itu, sosoknya yang sederhana dan tidak haus dengan gemerlap kemewahan dan kekuasaan menjadikannya tokoh yang langka.
“Hidup beliau terbilang sederhana sehingga banyak orang yang terkejut bila berhadapan dengannya. Banyak orang yang mencoba mendekat, merayunya dengan uang dan kemewahan, tetapi hatinya sudah kaya dan sangat teguh. Jangan coba-coba untuk merayu beliau dengan uang dan kemewahan. Barang siapa yang mencoba-coba melakukannya maka pasti akan kena semprot dari beliau,” kata Anwar.
View this post on Instagram
Banyak sekali pesan Buya Syafii kepada kader-kader Muhammadiyah. Anwar mengatakan, almarhum selalu mengingatkan kader-kader muda Muhammadiyah bahwa Muhammadiyah tidak hanya merupakan gerakan Islam, gerakan tajdid, dan gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar, tapi juga gerakan ilmu.
“Kami sebagai generasi yang ada di belakangnya tentu tidak lupa menyampaikan terima kasih, dengan doa semoga semua dosamu diampuni dan semua amal ibadahmu diterima oleh Allah SWT,” ujar Anwar.
Pesan yang ditinggalkan Buya Syafii tentu tak hanya untuk kader Muhammadiyah. Sebagai guru bangsa, Buya tak pernah lelah mengingatkan seluruh komponen bangsa untuk terus merawat persatuan hingga tutup usia. Semua itu tak lain untuk Muhammadiyah dan Indonesia yang sangat beliau cintai.
Selamat jalan, Buya. Jariyah-mu untuk agama dan bangsa ini tak terhitung banyaknya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Seumpama Pohon Durian
Salah satu ayat kauniyah itu adalah pohon durian yang harum dan enak rasanya.
SELENGKAPNYAHabis Presiden Tiga Periode, Terbitlah Koalisi Kaki Tiga
Manuver koalisi kaki tiga memberi peluang munculnya tiga pasang capres-cawapres dalam Pemilu 2024.
SELENGKAPNYA135 Tahun Sherloc Holmes
Publikasi tahun 1949 menyatakan warga London begitu putus asa setelah mendengar berita kematian Holmes.
SELENGKAPNYA