Konsultasi Syariah
Agar Khusyuk dalam Shalat
Salah satu kewajiban yang harus ditunaikan saat shalat adalah tumakninah dan khusyuk.
DIASUH OLEH USTAZ DR ONI SAHRONI; Anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
Salah satu kewajiban yang harus ditunaikan saat shalat adalah tumakninah dan khusyuk. Tanpa khusyuk, shalat tidak akan menjadi tabungan pahala karena kewajiban yang harus dipenuhi saat shalat bukan sekadar rangkaian takbiratul ihram hingga salam.
Melainkan juga khusyuk—sebagaimana dijelaskan para ahli fikih—melekatkan tumakninah sebagai rukun yang harus dilakukan dalam setiap gerakan shalat (seperti berdiri dengan tumakninah, rukuk dengan tumakninah, sujud dengan tumakninah).
Sesungguhnya tidak mudah shalat dengan khusyuk sebagaimana dijelaskan dalam nash alquran dan realitas yang dikeluhkan masyarakat yang sudah menunaikan shalat sekian lama.
Di antara hal yang membantu khusyuk adalah, pertama, berikhtiar maksimal untuk tidak melakukan maksiat (penyimpangan) kepada Allah SWT. Karena itu berpengaruh terhadap kemampuan khusyuk dalam shalat. Setiap dosa besar akan menyisakan perasaan tidak bersih dan tidak semangat shalat.
Kedua, melakukan prakondisi sebelum shalat, sebagai pengondisian ulang agar suasana dan aktivitas sebelum shalat tidak terbawa. Misalnya, saat shalat teringat dengan teman yang menyinggung perasaannya saat meeting.
Hal itu karena tidak ada jeda (tidak ada prakondisi) sebelum shalat atau tidak sukses melakukan pengondisian ulang. Atau saat shalat ingat kunci hilang karena itu yang paling membebani pikirannya atau kejadian itu yang paling dekat dengan shalat. Prakondisi ini dengan adanya jeda beberapa waktu untuk wudhu dengan tumakninah, berdoa sebelum shalat, tawakal dan qanaah.
Prakondisi ini dengan adanya jeda beberapa waktu untuk wudhu dengan tumakninah, berdoa sebelum shalat, tawakal dan qanaah.
Ketiga, menghadirkan suasana ketundukan dalam setiap gerakan shalat. Misalnya, saat melakukan takbir "Allahu Akbar" menghadirkan betapa agungnya Allah SWT. Pada saat sujud, hadirkan suasana sebagai hamba Allah SWT yang tidak ada daya di hadapan Allah SWT. Pada saat berdiri, bayangkan suasana di hadapan Allah SWT berkomunikasi dengan Allah SWT.
Keempat, memahami setiap lafaz yang dibacakan dalam shalat, memahami bacaan "subhana rabbiyal azhimi" saat rukuk. Memahami bacaan al-Fatihah saat berdiri, memahami kata per kata "subhana rabbiyal a'la" saat sujud.
Mungkin lebih mudah untuk merenungi saat seseorang memaknai bacaan tersebut sesuai dengaan bahasa dan makna yang dipahami. Misalnya, dengan kata "bismillah" menghadirkan niat karena Allah SWT saat di masjid, saat berdagang, saat menjadi suami atau istri. Mungkin itu lebih mudah daripada membaca terjemahan kata per kata sebagaimana dalam terjemahan Alquran.
Kelima, melafazkan setiap ucapan bacaan shalat minimum ia terdengar oleh telinga sendiri tanpa mengganggu orang yang shalat di samping kiri dan kanannya agar tidak ada ruang kosong dalam pikiran dan hatinya.
Keenam, berdoa kepada Allah SWT agar kita khusyuk dalam shalat, di antaranya doa: Ya Allah, bantulah aku untuk berzikir dan bersyukur kepada-Mu serta beribadah kepada-Mu dengan baik (HR Abu Daud).
Ketujuh, membaca fadhail (keutamaan) khusyuk dalam shalat sehingga hadir bahwa itu rukun dan penting dan bahwa shalat tanpa khusyuk tidak akan diterima.
Wallahu a'lam.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Merebut Waktu Mustajab
Ramadhan kesempatan terbaik untuk berdoa karena semua waktu di dalamnya adalah mustajab.
SELENGKAPNYA