Kabar Ramadhan
Muslim Diingatkan tidak Boros THR
Umat Islam diminta fokus meningkatkan amal ibadah pada 10 hari terakhir Ramadhan.
JAKARTA -- Tunjangan Hari Raya (THR) merupakan salah satu hal yang dinanti-nanti menjelang Hari Raya Idul Fitri. Jumlahnya yang cukup besar mampu memancing masyarakat menjadi konsumtif dan menghabiskannya untuk barang yang kurang perlu.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis mengatakan, seorang Muslim yang mendapat THR harus melakukan dua hal. Pertama bersyukur dan kedua syukuran. Bersyukur artinya menggunakan harta tersebut di jalan Allah SWT dan menjauhkannya dari yang dilarang Allah SWT.
"Sedangkan syukuran artinya dibagi sebagian kepada orang lain. Kalau telah sampai satu nisab, bagi yang punya kewajiban zakat profesi tiap bulannya, maka langsung dikeluarkan zakatnya," kata dia kepada Republika, Rabu (20/4).
Kiai Cholil mengingatkan orang-orang yang diberikan kelebihan harta untuk tidak bersikap boros. Harta tersebut harus digunakan seperlunya, bukan sesuai keinginannya. Kemudian, infakkan sebagiannya.
“Setiap orang yang memiliki kelebihan harta atau uang, disunahkan untuk bersedekah,” ujarnya. Jika masih ada lebih, ditabung untuk keperluan yang akan datang.
Kiai Cholil mengajak masyarakat Muslim fokus meningkatkan amal ibadah pada 10 hari terakhir Ramadhan. Sebab, momentum 10 hari terakhir Ramadhan ini adalah ladangnya pahala dan musim gugurnya dosa.
Menurut dia, betapa pentingnya bagi orang Muslim untuk memiliki banyak tabungan amal demi meraih ridha Allah SWT. “Mudah-mudahan mendapatkan Lailatul Qadar dan diniatkan untuk mengikuti Rasulullah SAW," ujarnya.
Nabi Muhammad SAW tidak pernah meninggalkan iktikaf selama 10 hari terakhir Ramadhan sepanjang hidupnya. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Aisyah RA yang bercerita, "Nabi SAW (selalu) beriktikaf di sepuluh (hari) terakhir bulan Ramadhan sampai Allah SWT mewafatkan beliau." (HR Bukhari dan Muslim).
Perencana keuangan syariah dari Finansialku, Harryka Joddy, memberikan tips bagaimana agar THR tidak langsung habis. Makin detail pos pengeluaran yang dibuat, maka akan makin baik dan terarah.
Menurut dia, perlu sekali membuat pos pengeluaran untuk uang THR. Pasalnya, kebutuhan yang ada akan cukup banyak. Mulailah dari kebutuhan yang sifatnya primer atau dharuriyah, kemudian sekunder (hajiyat), sampai tersier (tahsiniyat)," ucap dia saat dihubungi Republika, Rabu (20/4).
Kebutuhan primer yang dimaksud, antara lain, membayar utang dan membayar zakat, kemudian kebutuhan makan pada saat Lebaran dan berkumpul bersama keluarga. Sementara, kebutuhan sekunder mulai dari kebutuhan sosial, sedekah, bagi angpao, dan lainnya. Terakhir, kelompok kebutuhan tersier atau tahsiniyat, antara lain, keperluan membeli baju baru atau liburan bersama keluarga.
"Jadi yang pertama kita harus list dulu kebutuhan masing-masing keluarga atau rumah tangga dan belajar juga dari pengalaman tahun lalu kira-kira masih boncos atau tidak THR-nya," ujarnya.
Dia mengimbau masyarakat mencatat pengeluaran anggaran setelah selesai liburan, sehingga bisa dijadikan bahan evaluasi untuk tahun depan. Menurut Harryka, pengeluaran terbesar masyarakat selama Ramadhan dan hari raya ada pada kebutuhan pokok untuk hari H dan sebelum Lebaran.
Untuk itu, dia menekankan agar lebih baik dibuatkan anggaran sejak dini agar alokasi THR makin tepat sasaran dan tidak berlebihan dalam membelanjakannya. Biasanya, dengan bujet yang terbatas, masyarakat bisa mengukur diri dalam berbelanja.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Mutiara Ramadhan
Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896
HIKMAH RAMADHAN
Memahami Makna Ramadhan
Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.