Resonansi
Perang Rusia-Ukraina Persatukan Timur Tengah
Turki menunjukkan isyarat ingin memperbaiki hubungan dengan Saudi dan negara Teluk lainnya.
Oleh IKHWANUL KIRAM MASHURI
OLEH IKHWANUL KIRAM MASHURI
Negara-negara Timur Tengah kini mengarah pada ‘nol persoalan’, dalam hubungan di antara mereka. Terutama negara yang berpengaruh besar, seperti Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Iran, dan Turki. Karena, AS tak bisa lagi jadi sandaran.
Fokus AS kini memenangkan persaingan global dengan Rusia dan Cina. Apalagi, AS dipusingkan serangan militer Rusia ke Ukraina.
Bahkan, demi menciptakan ‘nol persoalan’ itu, Turki mengabulkan permohonan Saudi menyerahkan kasus terdakwa pembunuhan jurnalis Jamal Kashoggi ke Riyadh pada 7 April lalu. Alasannya, tak ada gunanya melanjutkan persidangan in absentia.
Pembunuhan Kashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul empat tahun lalu, menyeret 26 terdakwa warga Saudi yang diadili in absentia di Turki sejak Juli 2020. Saudi menolak menyerahkan para terdakwa.
Selama satu dekade hubungan Turki dengan negara Teluk, termasuk UEA, memburuk. Perbaikan hubungan tampak ketika Putra Mahkota Abu Dhabi ke Ankara. Dibalas kunjungan Erdogan.
Bagi sejumlah pengamat Timur Tengah, pengumuman Turki tak terlalu mengejutkan. Ankara dalam beberapa tahun ini menunjukkan isyarat ingin memperbaiki hubungan dengan Saudi dan negara Teluk lainnya.
Penyerahan pengadilan kasus Kashoggi dianggap tepat sebelum Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke Saudi dalam waktu dekat. Isyarat perbaikan hubungan dua negara terlihat sejak setahun lalu, saat Menlu Turki Mevlut Cavusoglu mengunjungi Saudi, Mei 2021.
Berbarengan dengan kunjungan itu, Presiden Turki pun berbicara lewat telepon dengan Raja Salman bin Abdulaziz. Kedua pemimpin negara sepakat memastikan stabilitas keamanan dan kemakmuran kawasan.
Selain dengan Saudi, Turki memperbaiki hubungan dengan UEA. Pertengahan Februari 2022, Presiden Erdogan ke Abu Dhabi bahkan disambut Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed Al Nahyan di paviliun Turki di ‘Expo Dubai 2020’.
Selama satu dekade hubungan Turki dengan negara Teluk, termasuk UEA, memburuk. Perbaikan hubungan tampak ketika Putra Mahkota Abu Dhabi ke Ankara. Dibalas kunjungan Erdogan.
Ankara dalam beberapa tahun ini menunjukkan isyarat ingin memperbaiki hubungan dengan Saudi dan negara Teluk lainnya.
Dalam kunjungan Erdogan ke UEA, 13 perjanjian kerja sama dan nota kesepahaman ditandatangani, termasuk 10 miliar dolar AS investasi UEA di Turki. Turki berhubungan baik dengan seteru lainnya, yaitu Mesir.
Retorika pejabat Turki terhadap Mesir, yang biasanya sangat keras menjadi sangat lunak. Ankara menegaskan siap bekerja sama dengan Kairo dalam bidang keamanan, intelijen, politik, ekonomi, dan sosial-budaya. Uluran tangan Turki disambut baik Mesir.
Upaya memperbaiki hubungan Turki dengan negara Teluk plus Mesir setelah menyadari selama yang bersinggasana di Gedung Putih adalah Joe Biden, mengembalikan hubungan baik dengan AS sulit dilakukan. Biden tampak ogah bermesraan dengan Ankara.
Hubungan dengan Washington memburuk, antara lain karena perbedaan dalam menangani kelompok Kurdi, ketika berlangsung perlawanan terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad dan munculnya ISIS (Islamic State of Iraq and Syria).
AS dianggap mendukung Kurdi padahal masalah ini sensitif bagi Turki. Ini mendorong Ankara bekerja sama militer lebih erat dengan Rusia, yang membuat marah Paman Sam.
AS dianggap mendukung Kurdi padahal masalah ini sensitif bagi Turki. Ini mendorong Ankara bekerja sama militer lebih erat dengan Rusia, yang membuat marah Paman Sam.
Turki juga mengalami banyak kerugian akibat salah perhitungan menyikapi revolusi rakyat Arab sejak 2011 (the Arab Spring). Di antaranya, karena Erdogan dianggap mengambil sikap bermusuhan dengan negara-negara Teluk.
Lalu Turki dituduh mendukung kelompok Islam politik, yang diwakili Ikhwanul Muslimin saat Mesir dan negara Teluk menganggapnya teroris. Sejak itu, terjadi perseteruan Turki dan Mesir plus negara Teluk kecuali Qatar.
Perseteruan hingga pemutusan hubungan diplomatik dan ekonomi. Bahkan, konfrontasi militer secara tak langsung di beberapa negara, seperti di Libya. Kemudian datang krisis Teluk pada 2017. Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir memutuskan hubungan dengan Qatar.
Di lain pihak, Ankara justru membangun aliansi lebih kuat dengan Doha, termasuk penguatan kehadiran militer Turki di Qatar. Puncaknya, kasus pembunuhan Kashoggi, yang membuat hubungan Turki dengan negara-negara Teluk pada tingkat terendah.
Tentu bukan hanya Turki yang ingin memperbaiki hubungan dengan negara Teluk dan Mesir, juga sebaliknya. Bagi negara-negara Teluk dan Mesir, perubahan geopolitik di Timur Tengah dianggap mengkhawatirkan.
Timur Tengah tak lagi menjadi prioritas kebijakan luar negeri AS. Dengan kata lain, perang Rusia-Ukraina membantu dalam mempersatukan Timur Tengah.
Tepatnya tentang pengaruh perubahan pendekatan AS selama masa Presiden Joe Biden. Gedung Putih lebih fokus memenangkan persaingan global dengan Rusia dan Cina. AS dan sekutunya kini bahkan sedang diuji agresi militer Rusia di Ukraina.
Timur Tengah tak lagi menjadi prioritas kebijakan luar negeri AS. Dengan kata lain, perang Rusia-Ukraina membantu dalam mempersatukan Timur Tengah.
Kekhawatiran perubahan geopolitik di kawasan mendorong negara-negara Teluk, Mesir, Turki menurunkan tensi permusuhan. Bahkan, perubahan geopolitik mendorong Saudi dan Iran berbaikan. Minimal pembicaraan ke arah sana kini berlangsung.
Negara-negara di Timur Tengah tampaknya menyadari perang, konflik tak banyak membawa manfaat, terutama bagi rakyat mereka.
Tidak apa perubahan sikap itu dipicu perubahan kebijakan Paman Sam, yang tak lagi menjadikan Timur Tengah sebagai prioritas. Tidak apa perubahan sikap itu terlambat, setelah berakibat pada penderitaan rakyat.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Melebur Dosa di Masa Lalu dengan Membakar Mercon
Tak ada suara nyinyir terhadap tindakan boros merayakan Lebaran dengan cara membakar mercon.
SELENGKAPNYASamarkand Era Gemilang
Kota Samarkand menjadi pusat kekuasaan Dinasti Timuriyah pada abad silam.
SELENGKAPNYA