Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva berpose untuk Republika di Rumah Dinas Duta Besar Rusia, Jakarta Selatan, Kamis (31/3/2022). | Republika/Thoudy Badai

Wawasan

Rusia Ingin Ukraina Netral dan tak Bergabung dengan NATO

Wawancara dengan Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva

Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengatakan, Rusia merasa terancam karena Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) membawa infrastruktur militer mereka ke perbatasan Ukraina. Operasi militer menjadi jalan terakhir.

Ia juga menyoroti munculnya Rusiafobia yang mulai dirasakan warga Rusia. Semua itu diungkapkan dalam perbincangan Vorobieva dengan  wartawan Republika, Lintar Satria dan Yeyen Rostiyani, pekan lalu.

Apa posisi Rusia dalam perang Ukraina?

Pertama ingin saya katakan, kami tidak menggelar perang terhadap Ukraina. Ini merupakan operasi militer khusus dan tujuan kami bukan untuk menghancurkan Ukraina atau melukai rakyat Ukraina atau mengganti rezim di Kiev. Bukan target-target itu yang kami kejar.

Tentu kami melihat rakyat Ukraina sebagai orang-orang yang sangat dekat dengan kami. Pada dasarnya kami satu bangsa. Bahasa Rusia dan Ukraina sangat mirip dan kami sangat saling terkait. Semua orang di Rusia memiliki teman atau kerabat di Ukraina dan begitu juga sebaliknya.

photo
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva saat diwawancarai Republika di Rumah Dinas Duta Besar Rusia, Jakarta Selatan, Kamis (31/3/2022). - (Republika/Thoudy Badai)

Kami tidak menargetkan warga sipil. Kami hanya menargetkan fasilitas militer di Ukraina. Tujuan kami yang pertama untuk melindungi masyarakat Donbas dan Luhansk yang dibunuh dan dilukai oleh rezim di Kiev selama delapan tahun sejak 2014. Kami juga mendemiliterisasi dan mendenazifikasi Ukraina sehingga Ukraina tidak menjadi ancaman bagi Federasi Rusia.

Ada begitu banyak kebohongan di media terdapat puluhan ribu korban, itu tidak benar. Bila Anda melihat foto-foto banyak gedung yang hancur sebenarnya gedung-gedung dihancurkan pasukan Ukraina. Dan juga mereka menunjukkan banyak kebohongan, contohnya Anda bisa lihat di banyak media Barat, mereka menggunakan video dari Beirut atau dari Suriah dan mengatakan itu yang terjadi di Ukraina sekarang. Maka kami sangat berhati-hati.

Kami membuka jalur kemanusiaan, kami memberikan bantuan kemanusiaan bagi masyarakat Ukraina. Lebih dari 500 ton bantuan kemanusiaan sudah diberikan kepada masyarakat Ukraina.

Dan tentu kami tidak hanya mempertimbangkan opsi militer tapi kami juga seperti yang Anda ketahui kami sedang berbicara dengan Ukraina. Maka itu bila tujuan kami tercapai melalui diplomasi maka operasi akan berhenti jika tidak kami akan melanjutkan sampai kami mencapai target kami.

 
Anda tahu, kami berada di posisi yang sulit, karena presiden kami, menteri luar negeri mengatakan ini tidak hanya perang berita palsu ini terhadap Rusia ini teror penyebaran berita palsu. 
 
 

Jika Anda merasa ada berita palsu, apa yang dilakukan Pemerintah Rusia untuk menanggapinya?

Anda tahu, kami berada di posisi yang sulit, karena presiden kami, menteri luar negeri mengatakan ini tidak hanya perang berita palsu ini terhadap Rusia ini teror penyebaran berita palsu. Semua hal tentang Rusia buruk. Posisi fobia ini sangat histeris.

Anda bisa melihat apa yang terjadi di Barat 'bila Anda orang Rusia, Anda jahat'. Ini tidak terkait apakah seseorang setuju atau tidak dengan kebijakan Pemerintah Rusia. Anda orang Rusia, maka Anda orang jahat. Dan itu rasis. Itu sebuah rasialis.

Bahkan saya baca di berita, kucing Rusia dilarang ikut dalam kompetisi internasional. Atau contohnya salah satu universitas di Italia mencoba melarang Dostoevsky (buku karya Fyodor Dostoevsky--Red). Dostoevsky penulis Rusia abad ke-19. Apa hubungannya Dostoevsky dengan semua ini? Tapi para profesor memprotesnya juga mahasiswanya. 

photo
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva saat diwawancarai Republika di Rumah Dinas Duta Besar Rusia, Jakarta Selatan, Kamis (31/3/2022). - (Republika/Thoudy Badai)

Ini absurd. Dan sayangnya seperti yang Anda ketahui, sistem informasi berada di tangan Barat. Mereka menggunakan segala cara untuk mencegah sudut pandang alternatif didengar orang lain, mereka menghalangi kerja jurnalis kami, mereka melarang media kami, Russia Today dilarang.

Di mana kebebasan berbicara, di mana demokrasi? Ini terorisme, ini yang saya sebut sebagai kediktatoran. Karena bila Anda tidak setuju dengan sudut pandang mereka, Anda akan dibungkam atau Anda akan dihukum.

Tapi kami masih mencoba didengar karena negara-negara yang tidak masuk Barat di komunitas internasional masih mendengar kami. Komunitas internasional tidak hanya Eropa dan Amerika Serikat, Australia, dan Kanada. Anda tidak bisa mengisolasi Rusia dari dunia. Kami mendapat dukungan dari banyak negara, tentu Cina. Dan inti dari krisis ini sebenarnya, dunia sudah berubah, kini unilateral yang didominasi oleh Barat.

Kami Rusia melawan dominasi mereka, karena kami ingin dunia memberikan peluang yang setara pada semua orang, semua negara harus setara. Planet kita begitu kecil. Kita harus setara dan memiliki kesempatan yang setara.

 
Mengapa Barat begitu histeris terhadap apa kami lakukan di Ukraina? Apakah mereka mengira hanya mereka yang boleh melakukan hal-hal tertentu?
 
 

Mengapa Barat begitu histeris terhadap apa kami lakukan di Ukraina? Apakah mereka mengira hanya mereka yang boleh melakukan hal-hal tertentu? Di mana reaksi histeris atas Irak? Libya? Suriah? Afghanistan? Yugoslavia pada 1999? Atau ketika Israel membom Gaza? Atau Arab Saudi berperang di Yaman? Tidak ada reaksi histeris, tidak ada sanksi, karena bila Anda mematuhi perintah mereka, maka tidak apa-apa.

Saya tidak bilang operasi militer merupakan opsi terbaik, tidak. Tentu tidak. Kami selalu mengejar cara diplomatik. Tapi dalam kasus ini sayangnya kami tidak memiliki pilihan lain. Ini bukan yang kami harapkan kami ingin perdamaian.

Apa yang Rusia harapkan dari Ukraina?

Apa yang kami harapkan dari Ukraina? Kami mengharapkan Ukraina setidaknya netral. Yang terbaik, bersahabat. Kami berharap Ukraina tidak bergabung dengan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara), tidak mengizinkan pangkalan militernya di wilayah mereka, tidak memiliki senjata nuklir, dan secara keseluruhan tidak menimbulkan ancaman bagi negara kami.

photo
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva saat diwawancarai Republika di Rumah Dinas Duta Besar Rusia, Jakarta Selatan, Kamis (31/3/2022). - (Republika/Thoudy Badai)

Rusia keberatan Ukraina bergabung dengan NATO. Bagaimana jika Ukraina bergabung dengan Uni Eropa (UE)?

Bagi kami tidak apa-apa. Uni Eropa oke, tapi NATO aliansi pertahanan agresif. Bila NATO membawa infrastruktur militer mereka ke perbatasan Ukraina dan perbatasan kami dengan Ukraina hanya sekitar 2.000 kilometer, bagaimana kami tidak merasa terancam?

Jadi bagaimana perkembangan terbaru dari rencana Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)  G-20?

Beliau diundang oleh Presiden Joko Widodo dan kami menerima jawaban dari Moskow, bahwa beliau berniat untuk menghadirinya. Tentu saya tambahkan, bahwa ini tergantung pada banyak hal lain, tapi beliau memang bermaksud untuk datang ke KTT G-20 secara langsung.

Apa yang Anda harapkan dari Indonesia pada isu ini?

Kami berharap Indonesia untuk mengerti kebijakan kami dan tidak menyerah pada tekanan dari Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya. Karena mereka memberikan tekanan yang luar biasa tidak hanya pada Indonesia tapi juga negara lain di seluruh dunia.

 
Itulah cara mereka, menekan negara lain dengan sanksi. Sehingga kami melihat Indonesia sebagai mitra dan sahabat dan Indonesia tetap mitra dan sahabat kami.
 
 

Itulah cara mereka, menekan negara lain dengan sanksi. Sehingga kami melihat Indonesia sebagai mitra dan sahabat dan Indonesia tetap mitra dan sahabat kami.

Ada prospek dalam dialog melalui diplomasi?

Jelas kami sedang dalam perundingan dengan Ukraina di Turki. 

Apa yang ingin Anda katakan pada rakyat Indonesia?

Kami melihat Indonesia sebagai teman baik dan kami menyadari rakyat Indonesia sebenarnya mengerti posisi kami, kami tidak melihat adanya kebijakan yang didasari kebencian atau Rusiafobia. Tradisi pertemanan antara dua negara sangat lama terutama di masa Presiden Sukarno.

Dari pihak kami, kami tidak memiliki agenda tersembunyi pada kerja sama kami dengan Indonesia. Kami hanya ingin menjadi teman baik, bekerja sama, membangun ekonomi, kepentingan rakyat Indonesia dan Rusia. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat