Olahraga
Duka Italia
Untuk kali kedua berurutan Italia absen di Piala Dunia.
PALERMO -- Kesedihan menyelimuti Stadion Renzo Barbera, Jumat (25/3) dini hari WIB. Arena milik Palermo FC itu menjadi saksi kegagalan tim nasional Italia lolos ke Piala Dunia 2022. Gli Azzurri kalah 0-1 dari Makedonia Utara pada laga pertama playoff alias semifinal Jalur C.
Mimpi berlaga di Qatar sirna. Lebih menyakitkan, untuk kali kedua berurutan Italia absen di Piala Dunia. Sebelumnya, Italia gagal berpartisipasi di Rusia.
Tuan rumah diunggulkan menjadi pemenang sebelum laga berlangsung. Kalkulasi dari setiap aspek menempatkan Italia lebih unggul. Skuad polesan Roberto Mancini berada di peringkat keenam FIFA, jauh di atas kubu tamu yang menempati urutan ke-67. Italia juga tampil di rumah sendiri dengan puluhan ribu penggemar di belakang mereka. Kemudian, Gli Azzurri baru menjadi juara Eropa, setahun lalu.
Berbagai fakta tersebut sudah menunjukkan kedigdayaan pasukan Negeri Spageti atas the Lions. Namun, hasil menunjukkan sebaliknya. "Sulit untuk mengatakan sesuatu sekarang. Saya tidak tahu harus berkata apa," kata Mancini, dikutip dari ESPN.
Ia pasang badan atas hasil negatif ini. Menurut Mancini, Ciro Immobile dan rekan-rekan tidak pantas menerima kekalahan ini. Mereka mendominasi di seluruh area. Dalam catatan Whoscored, penguasaan bola Italia mencapai lebih dari 65 persen. Gli Azzurri memiliki 32 tembakan ke gawang Makedonia Utara dengan lima di antaranya tepat sasaran. Sementara, Makedonia Utara hanya mempunyai dua tembakan tepat sasaran sepanjang 90 menit plus injury time. Satu di antaranya berbuah gol.
Kapten tuan rumah, Giorgio Chiellini, merasakan kekecewaan mendalam. Sama seperti pelatihnya, ia sulit bertutur kata. "Kami semua sedih dan kecewa, tetapi kami harus memulai lagi," ujar bek tengah Juventus itu.
Hidup seperti menaiki sebuah roller coaster. Pada musim panas tahun lalu, para gladiator Negeri Piza berada di puncak Benua Biru. Mereka meraih trofi prestisius Euro 2020 dengan identitas baru. Italia era Mancini identik dengan permainan menyerang.
Mancio membuat anak asuhnya konsisten menerapkan garis pertahanan tinggi. Banyak pujian mengalir ke kamar ganti Gli Azzurri. Pada Oktober 2021, Italia mencetak rekor sebagai satu-satunya timnas yang tak terkalahkan dalam 37 pertandingan beruntun.
Setelah itu, awan kelam mulai bergelayut di langit Italia. Nicolo Barella dkk tak bisa menumbangkan Swiss, Irlandia Utara, hingga ditaklukkan Makedonia Utara. Dalam sejumlah partai tersebut, mereka mendominasi, tapi berbagai peluang emas gagal berbuah gol. Itu termasuk dua penalti Jorginho ketika bertemu Swiss. Sang gelandang tak bisa menyembunyikan kekecewaannya.
"Kami belum bisa menyelesaikan pekerjaan (dengan baik), dan saya terlibat di dalamnya. Itu menyakitkan dan akan menghantui seumur hidup saya," ujar penggawa Chelsea tersebut.
Kegagalan ini seperti mengulang kisah-kisah sedih penuh kejutan di Eropa sepanjang kualifikasi Piala Dunia. Jauh ke belakang, Inggris pernah gagal lolos ke Piala Dunia 1974 karena butuh menang, tapi kemudian ditahan imbang Polandia 1-1 pada laga terakhir kualifikasi Grup 5. Empat tahun berselang, the Three Lions kembali absen, kali ini karena selisih gol dari Italia di puncak klasemen.
Pada 1986, Belanda juga menerima pukulan menyakitkan. Meski punya trio Marco van Basten, Frank Rijkaard, dan Ruud Gullit, Belanda gagal ke Meksiko karena dijegal Belgia di kualifikasi.
Kemudian, tahun 1994, Inggris dan Prancis sama-sama jadi penonton Piala Dunia Amerika Serikat. Prancis paling tragis, hanya butuh imbang pada laga terakhir lawan Bulgaria, tapi justru kalah 1-2.
Kemudian, generasi emas Portugal gagal meloloskan timnya ke Piala Dunia 1998, diikuti Belanda pada Piala Dunia 2002. Oranje hanya finis di belakang Portugal dan Irlandia di fase grup. Belanda kembali gagal tampil di Piala Dunia 2018, kali ini kalah bersaing di Swedia pada penyisihan grup. Swedia kemudian menyisihkan Italia di playoff.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Thomas Partey, Sukses di Spanyol Hingga Jadi Muslim
Thomas Partey dinilai Arteta punya pemahaman lebih baik dengan rekan setimnya di Arsenal.
SELENGKAPNYASatria Muda Pertahankan Standar Permainan
Satria Muda akan selalu tampil dengan permainan terbaik siapa pun lawannya.
SELENGKAPNYAEkuador dan Uruguay Menuju Qatar
Ekuador mengantongi peluang terbesar untuk segera lolos mendampingi Brasil dan Argentina.
SELENGKAPNYA