Geni
Ambulance: Klasik Namun Menegangkan
Film Ambulance membius penonton tetap fokus pada layar selama dua jam 16 menit.
Setelah pengajuan asuransinya ditolak, Will Sharp (Yahya Abdul-Mateen II) memutuskan untuk menemui saudara tirinya, Danny Sharp (Jake Gyllenhaal). Dia ingin meminjam uang 230 ribu dolar AS.
Siapa sangka, pertemuan ini malah menyeret Will pada aksi perampokan terbesar sepanjang sejarah Los Angeles, AS. Will awalnya menolak ajakan Danny untuk ikut dalam misi, tapi Danny terus membujuknya untuk mengambil bagian dalam perampokan senilai 32 juta dolar AS tersebut.
Setelah beradu argumen, Will yang merupakan veteran perang AS akhirnya mau bergabung dalam misi karena dia sangat membutuhkan uang untuk biaya operasi istrinya yang mengalami kanker.
Bersama dengan beberapa anak buah Danny, misi pun dimulai. Semuanya berjalan sesuai rencana, hingga ada seorang polisi junior yang datang ke bank dengan niat mengajak kencan seorang teller. Dany dan Will kini menghadapi situasi sulit.
Film arahan sutradara Transformer, Michael Bay, ini mampu membius penonton untuk tetap fokus pada layar selama dua jam 16 menit. Bay menyuguhkan alur klasik yang dibalut dengan aksi-aksi segar, menegangkan, penuh strategi, dan manipulasi.
Di sisi lain, dia mampu menonjolkan sisi kemanusiaan Will dan Danny di mana keduanya sangat kooperatif membantu menyelamatkan nyawa polisi yang sekarat di dalam mobil ambulans.
Sulitnya polisi di film ini menangkap Will dan Danny seolah ingin memberi gambaran bahwa mafia besar yang beroperasi secara global bukanlah orang-orang bodoh. Mereka terlatih, paham cara berbisnis, paham prosedur hukum, bahkan taktik militer sekalipun.
Film ini juga sukses menyorot berbagai sudut Kota Los Angeles yang disajikan dengan manis lewat sinematografi dari Roberto De Angelis. Penataan scoring di sepanjang film juga membantu menguatkan adegan demi adegan.
Lagu-lagu 1980-an seperti “Sailing” dari Christopher Cross berhasil menciptakan warna sekaligus dunia baru di tengah semua ketegangan yang terjadi, menjadikan film ini makin layak untuk ditonton di layar lebar.
Yang tak kalah menarik juga peran Camille Thompson (Eiza Gonzalez), seorang perempuan petugas paramedis, yang terus berada di dalam ambulans sepanjang film. Meski gagal dari sekolah kedokteran karena penyalahgunaan narkoba, nyatanya Camille bisa mengeksekusi berbagai tindakan medis, meski dalam situasi menegangkan sekalipun.
Film ini merupakan remake dari film Denmark tahun 2005 berjudul sama karya Laurits Munch-Petersen dan Lars Andreas Pedersen. Skenario Ambulance (2022) digarap oleh Chris Fedak yang mengaku jatuh cinta dengan cerita tentang perampok bank yang membajak mobil ambulans tersebut.
“Ide saya adalah mengambil itu dan mengubahnya menjadi aksi besar dengan latar Los Angeles, sehingga membuatnya menjadi aksi paling gila,” kata Fedak.
Produser dan Fedak mengembangkan skenario selama beberapa tahun, namun baru “berjodoh” dengan Michael Bay pada musim gugur 2020. Kala itu, para produser mengetahui bahwa Bay sedang mencari proyek yang memungkinkan krunya melakukan syuting di Los Angeles selama lockdown.
Bay dinilai sebagai sosok tepat untuk menyutradarai film ini. “Bukan hanya untuk memberinya kesempatan melakukan aksi kejar-kejaran mobil, tetapi juga membuat sesuatu yang luar biasa seperti Bad Boys dan The Ro,” kata produser Bradley J Fischer.
Saat Bay memulai persiapannya, dia juga memilih untuk tidak menonton film aslinya dari Denmark. Bay dilaporkan hanya membaca naskah dari film itu, untuk memastikan bahwa dia tidak terpengaruh oleh film tersebut. Proses syuting film berlangsung selama 39 hari.
Film ini mulai tayang di bioskop Indonesia mulai Rabu (16/3), berbarengan dengan jadwal rilis di Mesir dan Filipina. Sementara, di AS film ini baru akan tayang tiga pekan mendatang.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.