Geni
Rilis Musik di Dunia Metaverse
NFT memberikan kesempatan bagi musisi untuk memonetisasi dari penggemar.
Kemajuan teknologi membuka cara baru bagi musisi untuk terhubung dengan penggemar mereka melalui rilis musik. Musisi Once Mekel memilih non fungible token (NFT) untuk menyebarkan musik teranyarnya.
Di Indonesia, menapaki industri musik dalam bentuk NFT tergolong masih baru. Saat ini, NFT yang berbasis teknologi Blockchain menjadi hal yang sangat menarik dan menjadi perbincangan di kalangan masyarakat, baik di Indonesia maupun mancanegara. Once tidak sendirian.
Dia berkolaborasi dengan sejumlah musisi dunia dalam DREAM Team Project. Dalam tim itu juga ikut serta gitaris Guns n’ Roses, Ron “Bumblefoot” Thal.
Tim tersebut merupakan proyek musik yang diprakasai oleh Once Mekel, Indra Putra, Edo Widiz, serta musisi internasional seperti Jeff Scott Soto, Dino Jelusic, Derek Sherinian, Billy Sheehan, dan Simon Philips. Lagu berjudul “Human Race” ini nantinya akan hadir dalam bentuk NFT.
“Kami merespons tantangan zaman dengan merilis lagu yang sudah kita distribusikan lewat platform NFT ini. Januari (2022) baru rilis lagu, bulan depan (April 2022) di NFT,” kata Once dalam konferensi pers yang digelar di Mayosi Cafe & Eatery BSD, Tangerang, Sabtu (12/3).
Musisi berusia 51 tahun ini melihat perkembangan teknologi dunia harus terus diamati dengan cara menarik. Sebab, teknologi sudah berjalan dengan segala macam tantangannya. Untuk itu, harus dipikirkan apa yang bisa dilakukan untuk memperkenalkan teknologi yang sudah lahir ini, khususnya di Indonesia.
Menurut dia, hal tersebut menjadi menarik karena teknologi ini murni untuk mengembangkan dan menjual musik secara lebih lanjut. “Mendistribusikan musik secara autentik. NFT itu sesuatu yang baru sekarang dan pasarnya bisa dibilang ajaib,” kata mantan vokalis Dewa 19 itu.
Semua musisi Tanah Air maupun dunia bisa menggunakan lagu “Human Race” yang dibeli dari NFT ini. Mereka kemudian dipersilakan membuat versi masing-masing. Jika sudah rampung hasil aransemennya, bisa dikirim lagi kepada DREAM Team Project.
Hasil aransemen akan dikurasi oleh semua orang yang tergabung dalam tim tersebut untuk kemudian dibantu didistribusikan lagi di NFT. Meski begitu, Once lebih memfokuskan pada orang-orang yang membeli lagu itu secara utuh di NFT. Alasannya, karena akan memiliki rasa yang berbeda.
“Mendapat track dengan jumlah sekian, itu sebenarnya akan berbeda dibandingkan ketika mendapat versi lengkapnya. Berikutnya baru buat karya dengan versi baru,” ujar Once.
Lagu “Human Race” dibuat berbeda karena berhubungan dengan perubahan iklim, kental dengan nuansa charity, dan ada musik tradisional di dalamnya. Bahkan, mereka memilih perusahaan NFT dari Swiss yang mendukung penghijauan.
“Pendapatan dari program ini akan menjadi kontribusi kepada program ‘Human Race Forest’, kerja sama dengan ForestNation untuk mencegah perubahan iklim,” kata Indra Putra yang juga hadir dalam kesempatan yang sama.
Pada pekan lalu Kanye West meluncurkan album Donda 2. Dia meninggalkan layanan streaming mainstream dan memilih merilis album studionya secara eksklusif melalui perangkat keras Stem Player miliknya. Dalam 24 jam pertama setelah debut, Donda 2 membuat lebih dari 8.000 Stem Players terjual.
Menurut West, angkanya sekitar 2,2 juta dolar AS. Daya tarik perangkat sonik kecil ini terletak pada kemampuannya untuk memungkinkan pendengar menambahkan efek, mengisolasi bagian lagu, membagi file untuk mengontrol vokal, drum, bas, dan lainnya.
Menurut CEO perusahaan teknologi suara Moodelizer yang berbasis di Swedia, Mathias Rosenqvist, dunia terus berubah, termasuk dari sisi rilis musik para musisi. Dia menyebut, perangkat West telah memanfaatkan bentuk teknologi musik modern yang disebut musik reaktif.
Musik reaktif adalah format eksklusif yang dipatenkan yang membawa kemampuan untuk mengontrol musik secara real-time ke tingkat berikutnya. “Ini menggabungkan kekuatan stem dengan dimensi tambahan dari kontrol kreatif untuk pengguna dan pencipta musik itu sendiri,” kata dia seperti dikutip dari laman Hypebeast, Jumat (4/3).
Musisi lain seperti Deadmau5, Grimes, 3Lau, Jacques Greene, dan Kings of Leon sedang mengerjakan musik mereka sebagai NFT, baik dengan melelang single yang belum dirilis atau merilis seluruh album di Blockchain. NFT memberikan bukti kepemilikan atas aset digital tertentu, memberikan pemilik NFT saham yang lebih besar dalam distribusi dan penggunaan. Selain hasil dari penjualan lelang, musisi terkadang akan menerima royalti setiap kali penjualan kembali NFT terjadi.
“NFT musik memungkinkan artis untuk mengeksplorasi aliran pendapatan langsung ke penggemar yang bisa sangat menguntungkan,” kata Direktur Kemitraan di NFT Rally, Bryce Carr.
Menurut dia, NFT memberikan kesempatan bagi artis untuk memonetisasi dari penggemar, bahkan jika mereka tidak menerima bagian mayoritas dari pendapatan streaming. “Sering kali pendapatan penjualan dapat langsung ke artis,” ujar Carr.
Steve Aoki sebagai contoh musisi yang memanfaatkan ledakan NFT untuk meluncurkan sistem tokennya sendiri dan komunitas penggemar metaverse. Di dalam AOK1VERSE, penggemar yang disebut sebagai “pemegang paspor” dapat menukarkan token kripto untuk pertunjukan virtual, tiket konser langsung, pakaian, perangkat yang dapat dikenakan digital, dan NFT.
Berbicara tentang popularitas komunitas virtualnya, Aoki mengungkapkan bahwa dia telah menghasilkan lebih banyak uang dari penjualan NFT dibandingkan yang dia dapatkan dari royalti musik di enam album yang dia rilis selama 10 tahun terakhir.
View this post on Instagram
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Bank Mandiri Kembangkan Ekosistem Metaverse
Dengan metaverse, masa depan perbankan digital tentu akan sangat berbeda dengan saat ini.
SELENGKAPNYASains, Tauhid, dan Pengetahuan Intuitif
Relevansi pengetahuan intuitif, berdasarkan pemikiran Imam al-Ghazali, dalam bentuk tiga aspek.
SELENGKAPNYA