Geni
Menyambut Film the Batman
Sosok Batman di film ini berada di perjalanan awalnya sebagai pahlawan super.
OLEH SHELBI ASRIANTI
Usia karakter Batman sebagai ikon budaya pop sudah melampaui 80 tahun. Tidak heran tim produksi memiliki ambisi besar agar film The Batman yang akan tayang mulai 2 Maret 2022 sukses.
Film tersebut akan menyoroti cerita sang pahlawan super asal Gotham City, yaitu Batman alias Bruce Wayne, pada tahun kedua dia memerangi kejahatan. Menjelang penayangan film, Warner Bros Pictures menggelar konferesi pers virtual yang membahas seluk-beluk mengenai sinema mendatang. Sutradara, produser, dan sejumlah pemeran hadir dalam bincang-bincang santai tersebut.
Sutradara The Batman, Matt Reeves, mengulas soal proses kreatifnya mengembangkan film. Sineas yang juga menyutradarai film Dawn of the Planet of the Apes itu sangat tertarik mengeksplorasi sosok Batman yang lebih muda. Batman berada di awal perjalanannya sebelum dikenal meluas sebagai pahlawan super.
"Ada ruang untuk bertumbuh, ruang untuk bangkit, dan menempatkan dia di pusat misteri ini," ujar Reeves pada konferensi pers virtual global, Jumat (18/2).
Reeves juga menulis skenario film bersama Peter Craig. Kisah dalam film besutan Warner Bros Pictures, 6th & Idaho, serta Dylan Clark Productions itu mengadaptasi karakter Batman di DC, ciptaan Bob Kane dan Bill Finger.
Inspirasi Reeves untuk mengembangkan film The Batman bersumber dari sejumlah sinema pada era 1970-an. Komik Year One (1987) juga disebutnya memberikan pengaruh serta novel grafis Ego (2000) dari Darwyn Cooke.
Menurut Reeves, nuansa sinematik The Batman bakal terasa serupa dengan film Halloween yang dirilis pada 1978 dan Taxi Driver yang tayang pada pada 1976.
Dia mengibaratkan relasi Batman dengan James Gordon dari Departemen Kepolisian Gotham City mirip dengan Carl Bernstein dan Bob Woodward dari drama misteri All The President's Men (1976). "Maksud saya, semua korupsi yang ada dan bagaimana mereka menanganinya," ungkapnya.
Reeves mengulas pula mengenai score musik dalam film yang digubah oleh komposer Michael Giacchino. Ide besarnya adalah untuk sebisa mungkin menempatkan penonton dalam sudut pandang karakter melalui alunan musik.
Aspek suara dinilainya sangat membantu guna menerbitkan suasana beragam. Misalnya, adrenalin yang terpacu berkat musik pengiring di adegan batmobile atau musik yang kian intens ketika ada suasana genting.
Tujuannya adalah memastikan penonton ikut mengalami berbagai emosi mendalam dari tiap adegan di film. "Desain suara adalah bagian besar dalam menciptakan pengalaman subjektif yang imersif semacam itu," tutur Reeves.
Produser Dylan Clark menyebut Reeves sebagai sutradara dan penulis naskah yang luar biasa. Clark menyebut, Reeves menghabiskan banyak waktu untuk merancang dan mengerjakan semuanya, sangat teliti soal kedalaman cerita.
Menurut Clark, proses produksi The Batman termasuk yang memiliki waktu syuting cukup lama. Tim menghadapi tantangan akibat pandemi Covid-19, tetapi para pemeran dan kru menjalankan tugasnya dengan sangat baik.
Clark mengapresiasi semua anggota tim yang mencurahkan kemampuan dan bakat seninya untuk The Batman. "Ini adalah salah satu pengalaman paling memuaskan dalam hidup saya," ujar Clark.
Punya kelemahan
The Batman menampilkan aktor Robert Pattinson sebagai sosok Batman. Deretan pemeran lain, yakni Zoë Kravitz, Paul Dano, Jeffrey Wright, John Turturro, Peter Sarsgaard, Jayme Lawson, Andy Serkis, dan Colin Farrell.
Pattinson mengungkapkan pandangannya mengenai sosok Batman yang dia perankan. Bagi Pattinson, Batman sebenarnya hanyalah seorang pria dalam setelan berlapis baja. Sosok itu tetap memiliki berbagai jenis kelemahan.
Dengan semua aksi heroik yang dilakoni, Batman alias Bruce Wayne bisa saja mengambil keputusan atau melakukan perbuatan yang keliru. Terlebih, dalam film tersebut, Bruce Wayne belum lama mengenakan jubah Batman.
Pattinson justru menganggap semua kombinasi demikian membuat versi Batman tersebut menarik untuk diperankan. "Ini adalah pengalaman reflektif, memacu untuk bekerja lebih keras," kata pria 35 tahun itu.
Pada cuplikan yang sudah dirilis, film The Batman menampilkan sejumlah adegan antara Batman dan Catwoman alias Selina Kyle. Hubungan antara keduanya tentu menjadi aspek cerita yang ditunggu-tunggu penggemar.
Bagi pemeran Selina, aktris Zoë Kravitz, tidak sulit menjalin kedekatan emosional dengan Pattinson. Terlebih, perempuan 33 tahun itu sudah berteman dengan Pattinson dalam jangka waktu yang cukup lama.
Menurut Kravitz, terbentuknya dinamika hubungan di layar juga terbantu dengan skenario yang ditulis oleh Reeves. "Keadaan emosional kedua karakter ini begitu jelas dan begitu juga koneksi di antara mereka," kata Kravitz.
Aktor Jeffrey Wright memerankan James Gordon. Pria 56 tahun beretnis Afrika Amerika itu berpendapat, hubungan dinamis Batman dan Gordon terjalin karena dua karakter itu menghadapi hal yang sama.
"Menurut saya, itu adalah keputusasaan, rasa terisolasi, dan gelombang ketidakpercayaan yang ada di Gotham," ujarnya. Dia menyoroti Batman digambarkan begitu heroik, kuat, dan ikonik di sejumlah film, namun bisa jadi tidak demikian di The Batman.
View this post on Instagram
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.