Jakarta
Tawuran Pelajar pada Masa PTM Agak Aneh
Tawuran pelajar dapat diminimalisasi dengan kembali diberlakukannya PTM.
JAKARTA -- Subordinator Peserta Didik dan Pembangunan Karakter SMP SMA DKI Jakarta, Horale Simanullang, mengaku merasa aneh karena masih adanya tawuran antarpelajar di Jakarta Barat, beberapa waktu lalu. Terlebih, saat para pelajar dinilainya tidak datang ke sekolah untuk bertatap muka.
“Makanya kita agak aneh ada kabar polisi Jakbar mengamankan pelajar karena dugaan tawuran,” kata Horale kepada Republika, Selasa (8/3).
Horale mengatakan, pihaknya sejauh ini telah mengupayakan pendidikan pembangunan karakter guna mengurangi tingkat tawuran di DKI Jakarta. Bahkan, sejak sebelum pandemi Covid-19 menyerang, rasio tawuran dinilainya berkurang drastis meski tak membandingkan angka secara perinci.
Menurut dia, berbagai langkah konkret guna mengantisipasi hal tersebut dilakukan dengan simultan bersama evaluasi. Bahkan, saat beberapa waktu sebelumnya dia mengaku mengumpulkan para OSIS dan pelajar SMP-SMA seluruh DKI Jakarta guna memberikan pendidikan pembangunan karakter.
“Untuk tawuran, sebetulnya sudah berkurang. Jadi, harus dilihat apa itu murni pelajar atau tawuran wilayah yang melibatkan pelajar,” ujar dia menjelaskan.
Kendati demikian, Horale menyebut, akan menindaklanjuti laporan tawuran tersebut kepada pihak kepolisian dan sekolah terkait. Dia menyebut, jika terbukti ada tindak tersebut dari para pelajar, koordinasi lebih jauh akan dilakukan.
Aksi tawuran yang melibatkan sejumlah pelajar juga kerap terjadi di wilayah Kota Tangerang, Banten. Terbaru, tawuran antarpelajar sekolah menengah pertama (SMP) terjadi di Jalan Poris Indah, Kecamatan Batuceper, Kota Tangerang, Ahad (6/3), melukai sebanyak tiga orang. Enam orang pelajar diamankan pihak kepolisian.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang Jamaludin berpendapat, aksi tawuran pelajar terjadi disebabkan oleh kurangnya penguatan karakter pada anak didik. Hal itu berkaitan dengan pembelajaran yang dialihkan ke daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dilakukan pada masa pandemi Covid-19.
Dia mengakui, ada kaitan pelaksanaan PJJ dan PTM terhadap aksi tawuran pelajar. "Tadinya PJJ kan banyak di rumah. Ini kan kita learning loss ya," ujar Jamal.
Menurut dia, aksi tawuran pelajar dapat diminimalisasi dengan kembali diberlakukannya pembelajaran tatap muka (PTM). Yakni, pelajaran tentang penguatan karakter siswa yang dilakukan dan dicontohkan oleh para pendidik di sekolah.
“Insya Allah, saya rasa dengan pembelajaran tatap muka yang kita mulai lagi sejak 7 Maret 2022, mudah-mudahan penguatan karakter dan penguatan ibadah bisa lebih maksimal lagi, belajar anak-anak juga lebih maksimal. Penguatan karakter memang di PTM, kalau PJJ tidak maksimal dan tidak ideal,” kata dia.
Jamal menuturkan, dengan berlangsungnya PTM, pihaknya akan menginstruksikan para pendidik di sekolah untuk lebih mendorong ihwal penguatan karakter para pelajar. “Guru-guru akan saya imbau lagi terkait dengan penguatan karakter, bisa di mata pelajaran budi pekerti. Mudah-mudahan sejak PTM kembali diberlakukan, dari jam 7 hingga 11, kan empat jam itu bisa dipantau oleh guru-gurunya, nanti ke depan guru-guru harus betul-betul memantau anak-anak kita,” tuturnya.
Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya tak membuat surut kaum remaja melakukan tawuran. Bahkan, pascadibentuk Tim Perintis Presisi Polda Metro menggantikan tim-tim kecil yang ada di polsek jajaran juga tak membendung aksi kenakalan anak-anak remaja tersebut. Justru, tampak semakin marak, nyaris setiap pekannya ada aksi tawuran kaum remaja.
Namun, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Endra Zulpan menepis anggapan bahwa dileburnya tim-tim kecil, seperti tim Jaguar, Raimas Backbone, dan juga tim Kobra membuat pengawasan lemah dan memicu aksi-aksi tawuran. Karena tim-tim tersebut bukan dibubarkan, melainkan diganti atau dilebur menjadi lebih baik, lebih profesional, dan lebih canggih dibanding sebelumnya.
"Ada pelatihan khusus sebelum dijadikan tim patroli perintis presisi, dilatih di Lido selama dua bulan. Semua ada sarana prasarananya. Bahkan, motor-motor baru akan dibagi di polres-polres. Jadi, nanti lebih canggih lagi, nanti ada anjing pelacak," ujar Zulpan menjelaskan saat ditemui di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan.
Sementara itu, terkait dengan maraknya aksi tawuran oleh anak-anak berusia remaja pada akhir-akhir ini, Zulpan mengatakan, itu fenomena baru. Dalam hal ini, sejumlah kelompok remaja ini mencari lawan untuk tawuran melalui media sosial.
Karena itu, kata dia, polsek-polsek jajaran kerap tidak bisa mengendus akan adanya aksi tawuran, baik pada malam maupun siang hari. Dengan demikian, untuk mencegah aksi tawuran, pihaknya melibatkan Tim Siber Polda Metro Jaya.
"Kenapa kayak polsek-polsek itu kadang-kadang tidak mengetahui jam sekian ada tawuran di Pasar Rumput atau di Tanjung Priuk, karena sekarang mereka janjiannya di media sosial. Makanya, tim Siberlah yang memantau," ungkap Zulpan.
Zulpan menilai, permasalahan tawuran bukan tugas kepolisian semata, melainkan juga seluruh stakeholder harus terlibat. Mulai dari departemen pendidikan, para guru, orang tua, juga tokoh-tokoh agama agar memberikan pemahaman positif kepada anak-anak remaja. Karena faktanya, kata dia, pelaku tawuran yang melakukan kejahatan itu dipengaruhi narkoba.
View this post on Instagram
Anak di bawah umur
Tawuran pelajar tak jarang melibatkan anak di bawah umur atau pelajar. Dalam menekan angka tawuran pelajar, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor memiliki Satgas Pelajar yang berkoordinasi dengan seluruh sekolah se-Kota Bogor.
Berdasarkan data dari Polresta Bogor Kota, selama 2022 puluhan pemuda pelaku tawuran yang ditangkap beberapa di antaranya merupakan anak di bawah umur. Hal itu pun menjadi atensi Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Bogor.
Kadisdik Kota Bogor, Hanafi, mengatakan, dalam rangka menekan angka tawuran dan pencegahan, pihaknya melakukannya melalui Satgas Pelajar. Di mana Satgas Pelajar ini terdiri atas guru-guru yang ada di seluruh sekolah, termasuk SMA/ SMK.
“Mereka ini memberitahukan pada sekolah-sekolah untuk memantau ketika terjadi sesuatu, koordinasinya sama kepolisian dan sebagainya. Namun, intinya tugas semua sekolah untuk mengingatkan anak-anaknya tidak melakukan kegiatan yang tidak perlu di luar sekolah,” kata Hanafi.
Hanafi mengatakan, Satgas Pelajar ini bekerja sesuai dengan kewenangannya. Satgas ini dipimpin oleh Kasie Kesiswaan SMP pada Disdik Kota Bogor, yang mengatur teknis jalannya Satgas Pelajar. Mulai dari berkoordinasi dengan sekolah, mengatur jadwal, dan mengatur lokasi keliling.
Kendati demikian, Hanafi menambahkan, pengawasan terhadap pelajar bukan hanya tugas pemerintah, melainkan masyarakat juga seharusnya berpartisipasi membantu pengawasan.
Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, turut mengimbau kepada para orang tua untuk memperhatikan kebiasaan dan kegiatan anak-anaknya, terutama di luar jam pendidikan.
Ia menambahkan, termasuk jika ada warga yang melihat aksi mencurigakan dan mengarah ke kejahatan agar segera melaporkan ke polsek setempat. Ia pun mengimbau aparatur wilayah untuk melakukan pengawasan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.