Ekonomi
Impor Daging Kerbau Mulai Masuk
Percepatan impor daging untuk membantu pemerintah dalam upaya stabilisasi harga daging.
JAKARTA -- Perum Bulog akan merealisasikan importasi daging kerbau beku asal India mulai bulan ini. Percepatan impor daging dilakukan untuk membantu pemerintah dalam upaya stabilisasi harga daging sapi dan kerbau di dalam negeri menjelang momen Ramadhan.
Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto mengatakan, dari kontrak tahap pertama sebanyak 20 ribu ton daging kerbau beku, per Sabtu (5/3) telah tiba sebanyak 60 persen atau sekitar 12 ribu ton.
"Sampai akhir Maret ini akan rampung 100 persen. Kami sudah melakukan pengaturan dan percepatan semaksimal mungkin untuk proses kedatangan stok daging impor ini," kata Suyamto melalui keterangan tertulis pada Ahad (6/3).
Ia mengatakan, daging impor tersebut selanjutnya akan didistribusikan ke seluruh Indonesia melalui jaringan infrastruktur gudang pendingin milik Bulog. Ia mengatakan, Perum Bulog menjamin kebutuhan daging beku tersedia di masyarakat meski terdapat lonjakan permintaan.
View this post on Instagram
Suyamto menuturkan, Bulog akan terus berkoordinasi dengan Badan Pangan Nasional (NFA) ataupun pemerintah daerah guna membantu menyukseskan program pemerintah dengan menstabilkan harga pangan pada saat Ramadhan dan Idul Fitri.
"Bulog akan menggunakan seluruh instrumen yang ada untuk menjamin ketersediaan pangan tersebut,” kata Suyamto.
Sementara itu, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan, kedatangan stok daging impor oleh Bulog sangat dibutuhkan guna menjawab persoalan ketersediaan daging yang mengalami tren kenaikan permintaan menjelang hari besar keagamaan.
“Seperti yang telah kami sampaikan, kami mendorong BUMN pangan yang mendapat penugasan untuk mempercepat masuknya cadangan stok nasional. Alhamdulillah pada hari ini saya bersama direksi Bulog memantau langsung kedatangan daging impor dan saya juga minta untuk bisa langsung didistribusikan,” kata Arief.
Dengan jumlah stok daging beku yang dikuasai Bulog saat ini, Arief berharap dapat membantu mengatasi lonjakan permintaan serta menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri. Dia mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir terkait ketersediaan pasokan daging.
Stabilisasi jagung
Tahun ini, pemerintah akan mengimpor daging sapi dan kerbau sebanyak 266.065 ton. Kementerian Pertanian mengatakan, volume impor daging sapi terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
"Impor memang iya masih dilakukan, tapi jumlahnya terus menurun," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Makmun dalam webinar yang digelar Pataka, Kamis (13/1).
Makmun menjelaskan, pemerintah telah menetapkan neraca daging sapi dan kerbau nasional untuk 2022. Tingkat konsumsi diperkirakan sebesar 2,57 kilogram (kg) per kapita per tahun atau 706 ribu ton secara nasional. Sedangkan, kemampuan produksi dalam negeri diproyeksikan hanya 436 ribu ton dan stok awal tahun 62 ribu ton. Dengan demikian, pasokan yang ada masih di bawah dari kebutuhan.
Di sisi lain, pemerintah pun menargetkan harus terdapat stok sisa akhir tahun sebesar 58,8 ribu ton. Dengan demikian, diperoleh defisit daging 2022 sebesar 266 ribu ton. Defisit tersebut akan dipenuhi melalui impor.
Melihat tren tahun-tahun sebelumnya, impor daging berasal dari impor sapi bakalan, daging sapi beku dari Australia dan Brasil, serta daging kerbau beku India.
Makmun mengatakan, alokasi impor daging tahun ini telah dihitung bersama dengan para kementerian terkait. Volume impor tersebut tercatat turun 3,4 persen dibandingkan impor pada 2021 yang sebesar 284,2 ribu ton. Impor pada 2021 juga menurun jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Sementara itu, dari sisi produksi terus mengalami peningkatan. Pada 2022, ditargetkan produksi dapat mencapai 274,8 ribu ton, naik 3,13 persen dibandingkan 2021 yang sebesar 272,2 ribu ton.
"Produksi sapi lokal kita terus tumbuh, tapi memang belum bisa mengejar kebutuhan konsumsi daging sapi yang sebetulnya partisipasinya hanya tujuh persen dari konsumsi pangan hewani," kata Makmun.
Ia mengatakan, Kementan akan terus meningkatkan produksi daging sapi lokal dengan berbagai program. Salah satu yang masih diupayakan, yakni integrasi lahan perkebunan sawit untuk peternakan sapi.
Budi daya ternak sapi di lahan sawit juga akan menciptakan siklus kehidupan yang baik karena dapat mencegah efek rumah kaca. Keberadaan sapi dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia serta untuk membersihkan gulma dan rumput di area perkebunan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.