Internasional
UNHCR: Pengungsi Ukraina Lampaui Setengah Juta
UE menghadapi krisis kemanusiaan terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
JENEWA -- Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengurusi pengungsi, UNHCR, Senin (28/2) menyebutkan, lebih dari 500 ribu warga Ukraina telah menjadi pengungsi. Mereka berupaya meninggalkan Ukraina dan mengungsi ke sejumlah negara tetangga, sejak Rusia melakukan invasi ke Ukraina, 24 Februari lalu.
"Lebih dari 500 ribu pengungsi kini meninggalkan Ukraina ke negara sekitarnya," cicit Komisioner Tinggi PBB untuk PBB (UNHCR), Filippo Grandi, di Twitter, pukul 17.42 WIB, Senin.
Negara-negara yang dituju para penggungsi itu antara lain Moldova, Rumania, dan Polandia. Mereka berupaya meninggalkan Ukraina dengan kendaraan sendiri maupun kereta.
Di stasiun Przemysl, Polandia, para pengungsi itu tiba lengkap dengan jaket penahan dingin di tengah suhu udara yang nyaris nol derajat Celsius, Senin pagi. Banyak yang datang dengan membawa koper kecil, mereka antre di stasiun untuk keluar.
Sejumlah orang terlihat melambaikan tangan ke kamera, menunjukkan kelegaan karena lepas dari zona perang. Sedangkan sebagian orang lagi terlihat sibuk berbicara dengan menggunakan telepon genggam.
Associated Press menggambarkan, sambutan Polandia dan Polandia terhadap para pengungsi Ukraina berbeda saat mereka kedatangan pengungsi asal Timur Tengah dan Afrika dalam beberapa tahun terakhir. Hungaria bahkan sengaja membangun dinding untuk menjaga agar wilayah mereka tidak dimasuki pengungsi. Banyak pengungsi itu melarikan diri dari perang di Suriah pada sekitar 2015 silam.
Polandia juga kini membangun dinding bersama Belarus setelah ribuan imigran Timur Tengah mencoba memasuki Polandia melalui Belarusia, Januari. UE menuding Belarus --yang dekat dengan Rusia-- sengaja mendorong migran untuk mengguncang stabilitas UE melalui Polandia. Sejumlah orang dilarang masuk Polandia akhirnya meninggal di hutan, di tengah suhu membeku.
Penulis Jamey Keaten dari Associated Press kembali menggambarkan, bagi Polandia dan keluarga bangsa Slav, orang Ukraina memiliki beragam kesamaan. Mereka memiliki bahasa dan akar budaya yang mirip.
Uni Eropa (UE) mengatakan, saat ini mereka menghadapi krisis kemanusiaan terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu sehubungan dengan serangan Rusia ke Ukraina. Perhimpunan Benua Biru itu menyebut, jumlah warga Ukraina yang terlantar akibat konfrontasi bisa melampaui 7 juta orang.
“Kami menyaksikan apa yang bisa menjadi krisis kemanusiaan terbesar di benua Eropa kami selama bertahun-tahun. Kebutuhan meningkat saat kita berbicara,” kata Komisaris Eropa untuk Bantuan Kemanusiaan dan Manajemen Krisis Janez Lenarcic dalam konferensi pers di Brussels, Belgia, Ahad (27/2).
Dia menyampaikan kekhawatiran tentang mulai munculnya arus pengungsi dari Ukraina. “Untuk situasi kemanusiaan secara keseluruhan, jumlah pengungsi yang diperkirakan saat ini lebih dari 7 juta,” ucapnya.
Mengutip perkiraan PBB, Lenarcic mengungkapkan, sekitar 18 juta warga Ukraina akan terkena dampak konflik dalam hal kemanusiaan di negaranya atau negara tetangga. Akan ada pula 7 juta pengungsi di dalam negeri Ukraina. Sementara pengungsi yang melarikan diri ke negara lain bisa mencapai 4 juta orang.
“Meskipun ini perkiraan yang sangat kasar, angkanya sangat besar, dan kami harus bersiap untuk keadaan darurat semacam ini, yang menunjukkan fenomena angka bersejarah,” katanya.
Jadi anggota UE
Dalam perkembangan berbeda, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyatakan dukungan bagi Ukraina untuk menjadi anggota UE.
“Memang, seiring berjalannya waktu, mereka (Ukraina) menjadi bagian dari kami. Mereka adalah salah satu dari kami dan kami ingin mereka masuk (ke Uni Eropa),” kata von der Leyen dalam wawancara dengan Euronews, Ahad (27/2).
Pernyataan von der Leyen itu dibuat beberapa jam setelah 27 negara anggota UE memutuskan untuk pertama kalinya dalam sejarah untuk memasok persenjataan ke Ukraina. Sebelumnya UE belum pernah memberikan pasokan atau bantuan militer ke negara yang terlibat konflik aktif.
Seorang sumber mengungkapkan, UE akan mengirim persenjataan senilai 450 juta euro ke Ukraina. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden juga telah mengumumkan bahwa negaranya akan memberikan bantuan militer senilai 600 juta dolar AS kepada Kiev. Bantuan serupa juga diberikan beberapa negara lain, seperti Inggris, Swedia, dan Kanada.
Pada 24 Februari lalu, Rusia memulai serangannya terhadap Ukraina. Serangan itu merupakan buntut setelah Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dinilai mengabaikan tuntutan Rusia.
Putin mengakui, secara postur militer, Rusia kalah jika dibandingkan NATO. Namun dia pun mengingatkan bahwa Rusia adalah salah satu kekuatan nuklir dunia. Dalam pandangan Putin, tidak akan ada pemenang jika Rusia berperang dengan NATO.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.