Hikmah
Meraih Hidup Bahagia
Semua orang Islam bisa meraih hidup bahagia jika benar-benar mau bertakwa.
Oleh IMAM NAWAWI
OLEH IMAM NAWAWI
Sebagai petunjuk (hudan), kitab suci Alquran selalu menerangkan perihal bagaimana manusia dapat meraih hidup bahagia. Mulai dari cara mendapatkan hingga siapa orang yang sejatinya berbahagia.
Orang yang pasti bahagia ialah orang yang bertakwa. Oleh karena itu, Allah memerintahkan umat Islam bertakwa. “Bertakwalah kepada Allah agar kamu berbahagia.” (QS al-Baqarah [2]: 189).
Kemudian Alquran juga menerangkan bagaimana sikap, karakter, dan ciri dari orang-orang yang bertakwa itu. “(Yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran [3]: 134).
Dengan demikian, Islam menerangkan dengan gamblang bahwa kebahagiaan bukan soal kepemilikan harta berlimpah dan kedudukan yang tinggi tetapi tentang ketakwaan. Dalam kata yang lain, semua orang Islam bisa meraih hidup bahagia jika benar-benar mau bertakwa. Orang kaya pun dalam Islam bisa bahagia dalam pengertian yang sebenarnya.
Suatu waktu menjelang Perang Tabuk, para sahabat berlomba-lomba menyedekahkan hartanya untuk persiapan perang. Kala itu, Utsman bin Affan menyumbangkan uang tunai sebesar 1.000 dinar, kemudian 950 ekor unta dan 50 ekor kuda.
Artinya, apabila ada orang yang kekayaannya melimpah tapi ia jauh dari kebahagiaan, sudah pasti langkah yang pertama harus ia tempuh adalah berjuang menjadi pribadi takwa. Dengan begitu ia akan menjadi manusia yang sadar bahwa harta bukanlah tujuan hidup.
Harta hanyalah sarana mencapai kemaslahatan tertentu, terutama untuk menolong agama Allah, menciptakan kebaikan dengan membantu yang membutuhkan sehingga tidak ada yang kelaparan, gelandangan, dan terlunta-lunta.
Demikian pula halnya orang yang dalam hidup tidak mendapati rezeki keberlimpahan harta. Ia tetap dapat meraih hidup bahagia jika sadar bahwa Allah Yang Maha Memberi Rezeki dan mencukupi segala kebutuhan hidup.
Itulah kebahagiaan hidup Bilal bin Rabah, hidup dengan status budak. Namun ketika iman menghujam dalam hatinya ia tidak merasa hidup hina dan memalukan. Sebaliknya ia sangat bahagia dan senantiasa berusaha mengisi kehidupannya dengan ketaatan demi ketaatan kepada Allah Ta'ala.
Ja'far bin Sulaiman berkata, "Kerisauan terhadap duniawi adalah kegelapan dalam hati. Sedangkan kecemasan terhadap akhirat adalah cahaya dalam hati.”
Seseorang mustahil meraih kebahagiaan di dalam kehidupannya jika ia tidak pernah memerhatikan hatinya, apakah ada cahaya karena takwa ataukah hati berada dalam kegelapan. Ketika dalam kegelapan maka semua sifat buruk akan menggerogoti hati hingga rusak dan akhirnya mati.
Hati yang mati itulah yang mendorong orang mencuri, korupsi, khianat, dan suka ingkar janji. Sungguh kehidupan orang yang seperti itu tidak akan pernah sampai pada keadaan bahagia, betapa pun ia memiliki harta dan kedudukan.
Sebab, fitrah hati hakikatnya hanya akan bahagia ketika mengenal Allah kemudian bertakwa selalu kepada-Nya dalam situasi dan kondisi bagaimanapun juga.
Wallahu a’lam.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.