Internasional
Rusia dan Belarusia Perpanjang Latihan Militer
Presiden Turki berupaya mempertemukan Presiden Rusia dan Presiden Ukraina.
MOSKOW -- Kementerian Pertahanan Belarusia mengatakan, Rusia dan Belarusia memperpanjang latihan militer yang seharusnya berakhir Ahad (20/2). Langkah ini meningkatkan tekanan pada Ukraina saat pemimpin-pemimpin Barat memperingatkan invasi Rusia ke negara itu.
Kementerian Belarusia mengatakan, keputusan ini diambil seiring meningkatnya aktivitas militer di perbatasan luar Rusia dan Belarusia. Ketegangan juga meningkat di wilayah Donbass, Ukraina timur.
Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengatakan, Rusia mengerahkan 30 ribu pasukan di Belarusia. NATO mengatakan, pasukan itu dapat digunakan untuk melancarkan serangan ke Ukraina, meski Rusia sudah membantah berencana menginvasi negara tetangganya itu.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menuding, Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin tidak berpikir logis. Ia mengatakan, ancaman sanksi mungkin tidak cukup untuk mencegah Rusia menginvasi Ukraina.
"(Sanksi-sanksi) mungkin tidak cukup untuk mencegah aktor irasional dan kami harus menerima di saat Vladimir Putin mungkin berpikir dengan tidak logis mengenai ini dan tidak melihat bencana di masa mendatang," kata Johnson kepada BBC.
Johnson mengatakan, akan ada sanksi keras bila Rusia menginvasi Ukraina. Sebelumnya, ia juga mengancam Amerika Serikat (AS) dan Inggris akan memutus akses perusahaan-perusahaan Rusia dari dolar AS dan poundsterling bila Kremlin memerintahkan invasi ke Ukraina.
Kantor berita Reuters melaporkan suara ledakan di pusat Kota Donetsk, Donbass, yang dikuasai separatis. Terdengar pula suara tembakan artileri di tempat lain di wilayah tersebut. Muncul pesan singkat yang meminta warga laki-laki di kota itu melapor untuk menjalani tugas militer.
Beberapa hari terakhir, terdengar suara tembakan di sebagian daerah yang dikuasai separatis yang didukung Rusia. Sementara, Rusia telah mengumpulkan lebih dari 150 ribu prajurit di perbatasan utara, timur, dan selatan Ukraina. Rusia membantah berencana menyerang Ukraina walaupun sejumlah pasukan disiapkan.
Diplomat Rusia di PBB, Dmitry Polyanskiy, mengatakan, penilaian mata-mata Amerika Serikat (AS) dan Inggris di Ukraina tidak dapat diandalkan. Ia mengungkit kesalahan besar seperti intelijen yang mendorong invasi AS ke Irak.
"Kami tidak percaya pada intelijen AS dan Inggris, mereka telah mengecewakan kami, seluruh dunia, di banyak kesempatan, cukup untuk mengingat senjata pemusnah massal di Irak," kata Dmitry Polyanskiy pada Sky News, Ahad.
Polyanskiy mengatakan, tidak boleh ada yang mengatur Rusia tentang di mana dan kapan mereka menggelar latihan militer di wilayahnya sendiri.
Upaya Erdogan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melanjutkan upaya untuk mempertemukan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Turki memiliki posisi unik karena termasuk anggota NATO namun juga cukup dekat dengan Rusia.
“Tawaran presiden kami untuk menyatukan para pemimpin Rusia dan Ukraina sebenarnya adalah proposal paling penting dan konkret untuk mengatasi krisis ini,” kata juru bicara kepresidenan Turki Ibrahim Kalin kepada awak media, Sabtu (19/2), dikutip laman Yeni Safak.
Kalin mengungkapkan, saat ini, Turki sedang mempersiapkan kunjungan Putin ke negara tersebut yang diharapkan terlaksana dalam waktu dekat. “Kami berhubungan dengan rekan-rekan Rusia kami mengenai hal ini,” ucapnya.
Zelensky juga telah mengusulkan pertemuan antara dirinya dan Putin. “Saya tidak tahu apa yang diinginkan Presiden Rusia. Untuk alasan ini, saya mengusulkan agar kita bertemu,” kata Zelensky saat menghadiri forum keamanan internasional di Munchen, Jerman, Sabtu.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.