Ekonomi
Dukung Green Business, Adaro Resmikan TWA Pulau Bakut
Pulau Bakut menyajikan pemandangan alam yang mengasyikkan.
JAKARTA -- PT Adaro Indonesia (Adaro) bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan meresmikan Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Bakut di Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Pembangunan TWA Pulau Bakut merupakan bentuk dukungan Adaro untuk melaksanakan green business.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong menyampaikan, TWA Pulau Bakut yang dikembangkan oleh Adaro bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalsel memiliki luas 15,54 hektare dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Di dalamnya terdapat 116 ekor bekantan dan 42 jenis burung yang menjadikan kawasan mangrove ini sebagai tempat hidup dan berkembang biak.
TWA Pulau Bakut diharapkan menjadi tujuan wisata edukasi bagi masyarakat Indonesia dan dunia. "Kami yakin masyarakat akan asyik menikmati pemandangan alam di sini," kata Alue saat Grand Launching TWA Pulau Bakut, pekan lalu.
Kepala Teknik Tambang PT Adaro Indonesia Suhernomo mengatakan, green business telah menjadi komitmen perusahaan dalam beroperasi. Adaro senantiasa menerapkan good mining practices dan terus berupaya melakukan terobosan dalam melestarikan keanekaragaman hayati baik di dalam maupun di luar wilayah operasi.
"Program TWA Pulau Bakut yang kami kembangkan bekerja sama dengan BKSDA Kalsel mengemban misi untuk mengembangkan kawasan konservasi bekantan," katanya.
View this post on Instagram
Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan wisata TWA Pulau Bakut diharapkan akan semakin memberikan manfaat langsung bagi masyarakat sekitarnya. Dengan rasa memiliki, memelihara, dan melestarikan TWA Pulau Bakut dari masyarakat sekitar, diharapkan kelestarian akan tetap terjaga.
Dampaknya akan bergulir pada ekonomi masyarakat yang berkembang dan sumber daya di sekitarnya bisa lebih produktif. Adaro berharap, pengelolaan taman wisata alam berkelanjutan dapat terwujud. Keberhasilan upaya pelestarian keanekaragaman hayati di TWA Pulau Bakut yang dilaksanakan sejak 2018 tidak hanya berdampak positif terhadap kelestarian Bekantan, tetapi juga terhadap komponen ekosistem lain, seperti mangrove dan spesies burung.
Rehabilitasi mangrove dapat memberikan kontribusi dalam penurunan emisi gas rumah kaca secara nasional dan berperan dalam upaya penanganan perubahan iklim. TWA Pulau Bakut juga telah berkembang menjadi tempat penelitian, penyebaran informasi, dan peningkatan pengetahuan bagi para pemangku kepentingan.
Untuk memaksimalkan fungsi TWA Pulau Bakut sebagai Pusat Edukasi Konservasi Bekantan dan Pengembangan Masyarakat, tempat ini dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana. Hal itu seperti pengawetan konservasi flora dan fauna, pemulihan habitat bekantan, serta pengembangan pusat rehabilitasi.
Selain itu, lokasi ini juga dilengkapi fasilitas untuk pengunjung, seperti jembatan titian sepanjang 630 meter. Selain itu, terdapat sejumlah fasilitas baru seperti dua buah menara pantau, dermaga apung, gazebo, sarana pengolahan air bersih, dan pusat informasi.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.