Nasional
Terbit: Kerangkeng Tempat Pembinaan Pemuda Pancasila
Sel tersebut diklaim Bupati Langkat merupakan fasilitas pembinaan organisasi kepemudaan tertentu.
JAKARTA – Bupati Langkat, Terbit Rencana Perangin-angin, mengakui sel atau kurungan di rumahnya bukan merupakan sebuah kerangkeng yang dimanfaatkan untuk rehabilitasi. Menurutnya, sel tersebut merupakan sebuah fasilitas pembinaan organisasi kepemudaan tertentu.
"Itu bukan (tempat) rehabilitasi tapi itu pembinaan untuk organisasi tersendiri bagi saya sebagai tokoh Pemuda Pancasila," kata Terbit Rencana Perangin-angin di Gedung Merah Putih KPK, Senin (7/2).
Meski demikian, Terbit tidak bisa menjawab secara lugas terkait dugaan tindak kekerasan hingga menelan korban jiwa yang terjadi dalam kerangkeng tersebut. Namun, Bupati Terbit membantah bahwa telah terjadi penyiksaan dalam kerangkeng dimaksud.
"Itu (penyiksaan hingga meninggal) kita lihat nanti atau bagaimana karena itu bukan pengelolaan kami langsung," kata Terbit lagi.
Tempat pembinaan) itu juga diketahui juga oleh aparat.
Dia mengakui bahwa kerangkeng tersebut memang tidak memiliki izin tertentu serta tidak memberi laporan ke otoritas berwenang. Namun, dia mengatakan kalau tempat pembinaan itu sudah diketahui oleh publik bahkan aparat penegak hukum.
"Laporan enggak tapi sudah umum dan bukan rahasia lagi. (tempat pembinaan) itu juga diketahui juga oleh aparat," katanya.
Terbit juga tidak membantah jika para penghuni kerangkeng tersebut memang dipekerjakan di kebun sawit miliknya. Namun, menurutnya, hal itu dilakukan guna memberikan kemampuan tambahan bagi masyarakat yang setuju untuk tinggal di dalam kerangkeng tersebut.
"Bukan dipekerjakan, hanya untuk menambah skill keterampilan sehingga mereka bisa memanfaatkan di luar ketika lepas dari pembianaan," katanya.
Seperti diketahui, Keberadaan kerangkeng manusia itu diungkap oleh Lembaga swadaya pemerhati buruh migran, Migrant CARE. Mereka mendapat laporan dari masyarakat terkait keberadaan sel yang diyakini berisi 40 orang pekerja kebun kelapa sawit milik tersangka Terbit.
Migrant CARE menemukan dua sel di dalam rumah tersangka bupati Terbit yang diyakini dipakai untuk memenjarakan 40 orang. Diduga puluhan pekerja tersebut juga mengalami penyiksaan, dipukuli sampai lebam-lebam dan sebagian mengalami luka-luka.
Komnas HAM pun bergerak menggelar penyelidikan. Pada Senin, pihak Komnas HAM atas izin KPK memintai keterangan Terbit. Menurut Komisioner Komnas HAM Choirul Anam, Terbit mengakui bahwa memang ada yang meninggal dalam kerangkeng manusia yang ditemukan di rumahnya.
"Enggak ngomong jumlah orang tapi bahwa ada yang meninggal iya (mengakui)," kata Anam usai melakukan pemeriksaan di Gedung Merah Putih KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (7/2).
Anam mengatakan bahwa sejauh data yang dimiliki Komnas HAM, ada tiga orang meninggal akibat tindak kekerasan yang terjadi dalam kerangkeng tersebut. Meski demikian, Komnas HAM mengatakan, bahwa jumlah korban meninggal bisa saja bertambah menyusul para saksi yang terus bertambah memberikan keteranhan terkait kasus tersebut.
Saat ini Komnas HAM juga belum bisa memerinci prosedur pemakaman yang dilakukan pembina dalam kerangkeng manusia itu. Dia mengatakan, Komnas HAM masih mendalami prosedur yang dilakukan pembina kerangkeng saat ada korban yang meninggal.
"Nanti detailnya pascalaporan. Karena begini, ketika kita banyak mencari detail begitu enggak ada jaminan perlindungan saksi dan korban di lapangan. Kami muter terus di sana, ketika janji sudah mau dapat geser lagi, geser lagi (cari informasi)," kata Anam.
Di Sumatra Utara (Sumut), tim dari Polda Sumut mengaku sudah menemukan sejumlah makam yang diduga menjadi tempat pekuburan sejumlah korban dugaan penganiayaan di dalam kerangkeng di rumah Terbit. Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sumut, Komisaris Besar (Kombes), Hadi Wahyudi mengatakan, tim dari kepolisian juga turut memeriksa puluhan saksi terkait keberadaan pemakaman tersebut.
“Kuburan sudah ditemukan di beberapa titik oleh tim penyelidikan,” kata Hadi dalam rilis resmi kepada Republika, di Jakarta, pada Senin (7/2).
Hadi, tak menerangkan berapa kuburan sudah ditemukan. Tetapi, dikatakan dia, kuburan tersebut, diduga tempat pemakaman sejumlah penghuni kerangkeng manusia, yang tewas akibat penganiayaan. “Ada dugaan penganaiayaan hingga lebih dari satu orang yang tewas,” begitu kata Hadi.
Hadi mengatakan, saat ini, proses pengungkapan kasus keberadaan kerangkeng manusia tersebut, terus didalami. Termasuk kata dia, dengan tetap mendalami temuan-temuan baru terkait kerangkeng manusia tersebut, yang terindikasi pidana.
“Puluhan saksi-saksi, sudah diperiksa dan dimintai keterangan. Kita masih terus mendalami kasus ini,” ujar Hadi menambahkan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.