Ekonomi
Waspadai Gangguan Eksternal Pertumbuhan Ekonomi
Beberapa indikator pertumbuhan ekonomi terutama konsumsi atau belanja rumah tangga mulai pulih pada kuartal IV 2021.
JAKARTA -- Sejumlah ekonom menilai, pertumbuhan ekonomi pada 2021 akan kembali ke wilayah positif setelah mengalami kontraksi 2,07 persen pada 2020. Kendati demikian, pertumbuhan pada akhir 2021 dinilai mengalami tekanan akibat penyebaran Covid-19 varian omikron dan sejumlah isu eksternal.
Hal ini dinilai perlu diantisipasi guna menjaga laju pemulihan pada 2022. "Kinerja ekspor kalau melihat data Desember ikut terkoreksi surplusnya semakin mengecil. Di saat yang bersamaan, kemudian gangguan rantai pasok juga masih terjadi menambah biaya logistik," ujar Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira kepada Republika, Ahad (6/2).
Isu tapering off oleh bank sentral Amerika Serikat the Federal Reserve (the Fed) membuat pelaku usaha bersiap-siap mengantisipasi naiknya biaya bahan baku dan suku bunga pinjaman. Itu menyebabkan ekspansi bisnis tertahan.
Bhima pun memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2021 mencapai 4 persen year on year (yoy). Dengan proyeksi tersebut, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 akan berada pada kisaran 3,46 persen.
"Meskipun pertumbuhan ekonomi 2021 terbantu low base effect karena pertumbuhan 2020 yang rendah, tapi untuk tumbuh setahun penuh di atas 4 persen sepertinya masih overoptimistic," kata Bhima.
View this post on Instagram
Bhima mengatakan, beberapa indikator pertumbuhan terutama konsumsi atau belanja rumah tangga mulai pulih pada kuartal IV 2021. Namun, hal itu diprediksi mengalami perlambatan khususnya pada Desember 2021.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) per Desember 2021 juga telah menunjukkan koreksi tipis dari 118,5 poin ke 118,3 poin. Ia menilai, koreksi atas keyakinan konsumen tidak lepas dari kemunculan varian omikron.
Selain belanja rumah tangga, tingkat belanja pemerintah juga kurang mendukung. Menurut dia, total serapan dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) hanya 88 persen sehingga peran stimulus belum dirasakan optimal terhadap pemulihan sektor riil.
"Memang penerimaan pajaknya tinggi didorong booming harga komoditas, tapi realisasi belanja di beberapa pos masih belum memuaskan," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal, menuturkan, kegiatan ekonomi pada akhir tahun lalu jauh lebih lancar sehingga seluruh lapangan usaha mulai bergeliat kembali. Faisal pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2021 bisa mencapai 4 persen hingga 5 persen.
Tercatat, pada kuartal III 2021 pertumbuhan ekonomi melambat ke level 3,51 persen (yoy) dibandingkan pertumbuhan pada kuartal II 2021 yang tembus 7,07 persen (yoy). Penurunan yang cukup dalam itu terutama diakibatkan oleh aktivitas ekonomi yang lesu saat Indonesia mengalami puncak gelombang ketiga Covid-19 pada awal kuartal III.
Faisal mengatakan, sektor industri pengolahan paling berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi pada akhir kuartal 2021. Sektor ini, pada kuartal III 2021 juga masih tumbuh positif dengan angka 3,86 persen (yoy).
Kemudian, sektor perdagangan dan pertanian juga berkontribusi pada pembentukan PDB pada akhir tahun. Untuk sektor perdagangan, di tengah situasi pandemi, kegiatan ekspor dan impor tetap tinggi meski juga terbantu akibat kenaikan harga-harga komoditas dunia. Sementara itu, untuk sektor pertanian juga memiliki ketahanan yang terbukti sejak awal pandemi tetap dalam tren pertumbuhan positif.
"Sebetulnya hampir seluruh sektor lapangan usaha itu diproyeksikan akan tumbuh lebih bagus dari kuartal sebelumnya karena memang kegiatan usaha sangat berpengaruh pada mobilitas masyarakat," ujar Faisal.
View this post on Instagram
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis pertumbuhan ekonomi pada 2021 dapat mencapai empat persen. Hal ini seiring berbagai indikator perekonomian pada kuartal IV 2021 yang menunjukkan sinyal positif. Hal itu diyakini akan mendorong kinerja pertumbuhan ekonomi secara kumulatif pada tahun lalu.
Angka ini pun meningkat dibandingkan proyeksi sebelumnya, yakni sebesar 3,7 persen. “Kalau kuartal IV 2021 (tumbuh) sebesar lima persen, maka keseluruhan tahun pertumbuhan akan sekitar empat persen," ujar Sri.
Menurut dia, momentum pemulihan ekonomi Indonesia menunjukkan kondisi yang baik. Setelah Indonesia mengalami dampak penyebaran Covid-19 varian delta, kondisi ekonomi pada akhir tahun kembali memasuki tren pemulihan.
"Ini berarti outlook-nya kalau dilihat kita ada higher end, sekitar empat persen bukan 3,5 persen," ucapnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.