Ekonomi
Defend ID Perkuat Ekosistem Industri Pertahanan
Defend ID terdiri atas PT Len Industri sebagai induk holding, PTDI, PT PAL, PT Pindad, dan PT Dahana.
JAKARTA — Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertahanan atau Defend ID diyakini akan meningkatkan kemampuan finansial dan akses pendanaan. Presiden Joko Widodo telah menandatangani pembentukan Defend ID pada 12 Januari 2022.
“Holding akan meningkatkan skala bisnis di level regional dan internasional, termasuk meningkatkan bargaining power dalam kerja sama dan alih teknologi. Termasuk, mempercepat penguasaan teknologi melalui kolaborasi dalam membangun produk bersama yang berteknologi khusus dan tinggi berbasis dual use of technology atau pertahanan dan nonpertahanan,” kata Direktur Utama Len Industri Bobby Rasyidin dalam keterangan tertulis yang diterima Republika di Jakarta, Ahad (6/2).
Bobby mengatakan, pembentukan holding akan memberikan keuntungan bagi Kementerian Pertahanan. Misalnya, kesesuaian produk alat peralatan pertahanan dan keamanan (alpalhankam) dengan kebutuhan militer, pelayanan yang lebih baik dari sisi kualitas produk, serta dapat menjamin kemudahan perawatan, dan pemeliharaan alpalhankam dalam negeri.
Defend ID terdiri atas PT Len Industri (Persero) sebagai induk holding, PT Dirgantara Indonesia, PT PAL Indonesia, PT Pindad, dan PT Dahana. "Kuncinya, semua unsur industri pertahanan nasional harus dapat saling mendukung satu sama lain, baik BUMN maupun swasta," ujar Bobby.
View this post on Instagram
Bobby menyampaikan, kolaborasi dan keterkaitan antarlembaga stakeholder yang kuat merupakan prasyarat untuk menciptakan ekosistem industri pertahanan nasional yang kuat, mandiri, dan sehat. Ia mengatakan, peningkatan kontribusi nasional dan bersaing di level internasional merupakan dua tantangan utama dan target holding ke depan.
Berdasarkan prognosis, lanjut Bobby, kinerja kelima BUMN industri pertahanan pada akhir 2021 meraup total pendapatan sebesar Rp 15,98 triliun dari pertahanan dan nonpertahanan. Kata Bobby, sebesar Rp 7,98 triliun berasal dari sektor pertahanan atau 19 persen penyerapan terhadap anggaran alpalhankam 2021.
"Pencapaian tersebut meningkat dari total pendapatan 2020 yang tercatat sebesar Rp 12 triliun (pertahanan dan nonpertahanan) atau sebesar Rp 5,8 triliun dari sektor pertahanan atau 16 persen penyerapan terhadap anggaran alpalhankam 2020,” kata Bobby.
Bobby menyebutkan, prognosis total aset Defend ID pada akhir 2021 sebesar Rp 36,04 triliun dan ditargetkan tumbuh menjadi Rp 39,88 triliun pada 2022. Ia mengatakan, kinerja sepanjang 2020 belum dapat membawa Defend ID masuk dalam daftar Top 100 Global Defence Company pada 2021.
Bobby mengatakan, pendapatan konsolidasi pada tahun ini ditargetkan bisa mencapai Rp 20,87 triliun atau Rp 11 triliun di antaranya dari sektor pertahanan. Ia memproyeksikan, Defend ID dapat merangsek ke Top 90 Global Defence Company dengan asumsi pendapatan perusahan lain tidak berubah.
"Kondisi saat ini dipengaruhi keterbatasan pembiayaan modal kerja dan investasi, keterbatasan kontrak jangka panjang lima hingga 10 tahun, ekosistem industri pertahanan dan pengadaan yang belum sepenuhnya terintegrasi, serta rasio TKDN dan anggaran R&D yang perlu makin ditingkatkan," ujar Bobby.
Di level internasional, lanjut Bobby, holding industri pertahanan dituntut dapat meningkatkan bargaining position dengan mitra asing dan meningkatkan kerja sama dengan berbagai skema, seperti join production, join investment, join development, join marketing, join operation, dan skema bisnis lainya yang saling menguntungkan.
Bobby mengungkapkan, sepuluh prioritas Defend ID yang melingkupi business development melalui global partnership, pengembangan bisnis maintenance, repair, & overhaul (MRO), integrasi matra, digitalisasi dan implementasi ERP, restrukturisasi financial & liabilities management, streamlining anak perusahaan.
Menurut Bobby, holding juga dapat meminimalisasi terjadinya tumpang tindih produk antaranggota Defend ID. Len sebagai induk holding berperan mewujudkan interoperability atau mengintegrasikan elektronik tiga matra TNI, baik darat, laut, maupun udara.
"Len fokus pada platform dan MRO yang menjadi penentu superioritas alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan terintegrasinya berbagai sistem pertahanan nasional (network centric warfare) dengan radar pertahanan dan pengindraan bawah air sebagai program prioritasnya,” kata Bobby.
Bobby menjelaskan, Dirgantara Indonesia (DI) fokus ke pengembangan platform matra udara dan MRO dengan pesawat tempur, rudal, dan drone sebagai program prioritasnya.
Sedangkan, PAL Indonesia fokus pada pengembangan platform matra laut dan MRO dengan kapal selam sebagai program prioritasnya dan Pindad fokus pada pengembangan platform matra darat dan MRO serta penyediaan senjata dan amunisi dengan medium tank dan roket sebagai program prioritasnya.
"Dahana fokus pada pengembangan produk energetic materials atau bahan peledak untuk seluruh matra dengan propelan sebagai program prioritasnya," kata Bobby menambahkan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.