Kisah Mancanegara
Angkatan Perdana MAU di Negeri Kanguru
Ini menandai hari pertama resmi beroperasinya lembaga pendidikan pertama Muhammadiyah di Australia.
OLEH ROSSI HANDAYANI, ZAHROTUL OKTAVIANI
Muhammadiyah Australia College di Melton, Melbourne, menyambut angkatan pertama siswa sekolah pada Senin (31/1). Dekorasi kantor depan dan ruang kelas dipasang spanduk besar bertuliskan, "Welcome to Muhammadiyah Australia College: School of Akhlaq, School of Ihsan".
Kepala Sekolah Muhammadiyah Australia College Muhammad Edwars mengatakan, penyambutan angkatan pertama tersebut bukan hanya menjadi hari yang spesial bagi siswa dan orang tuanya, melainkan juga menjadi momen bersejarah bagi gerakan Muhammadiyah dan Muhammadiyah Australia College.
“Ini menandai hari pertama resmi beroperasinya lembaga pendidikan pertama Muhammadiyah di Australia," kata Edwars dikutip dari laman Facebook Muhammadiyah Australia College, Rabu (2/2).
Edwars menceritakan, pada jam 10.00 pagi, guru kelas mengantar siswanya ke kelas masing-masing. Tidak ada satu siswa yang menangis atau berpegangan pada orang tuanya.
Mereka pindah ke kelas dengan tertib dan senyum lebar. “Tidak butuh waktu lama bagi murid untuk mengenal satu sama lain, dan mereka tidak malu berpartisipasi serta berkolaborasi dalam diskusi kelompok,” ujarnya.
Hari itu juga merupakan hari pertama pelaksanaan Shalat Zuhur berjamaah di sekolah pada pengujung waktu makan siang. Siswa berwudhu pada pukul 13.30 dan menuju ke mushala di bawah pengawasan staf pengajar.
Salah satu siswa secara sukarela mengumandangkan azan, dan semua siswa lainnya, laki-laki dan perempuan, mendengarkan dengan penuh perhatian dalam diam. Mereka tampak tenang dan fokus selama berdoa.
Dalam kegiatan penyambutan angkatan pertama, President of the Muhammadiyah Australia College Board of Directors Hamim Jufri turut menyampaikan pidato singkat tentang visi dan misi sekolah. Sementara, Edwars berbicara tentang pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai Islam dan pendidikan Australia dalam mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga dunia yang berkontribusi pada komunitas luas.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah memperoleh izin operasional sekolah Muhammadiyah di Australia. Sekolah tersebut diberi nama Muhammadiyah Australia College (MAC).#Muhammadiyah #Islam #Australia pic.twitter.com/GOHBeIvHVY — Muhammadiyah (@muhammadiyah) December 29, 2021
"Saya tegaskan kepada semua, sekolah memiliki komitmen untuk memiliki nilai-nilai Islam yang kuat dan akan menunjukkan rasa hormat dan penghormatan terhadap Alquran dengan merekrut guru-guru berkualitas yang memiliki sanad,” katanya.
Edwars dalam kesempatan tersebut menambahkan bahwa keterlibatan orang tua dalam perjalanan pendidikan anak sangat penting. Orang tua didorong untuk berpartisipasi aktif dalam pendidikan anak-anak dan memberikan nasihat serta dukungan.
"Saya berterima kasih kepada semua pihak yang berpartisipasi dalam perayaan ini. Dan terakhir, dan yang paling penting, saya bersyukur kepada Allah SWT yang telah membuat mimpi ini menjadi kenyataan.
Muhammadiyah saat ini terus menggencarkan pembangunan institusi pendidikan di luar negeri. Muhammadiyah diketahui sedang membangun Madrasah Muhammadiyah di Kamp Pengungsian Palestina di Shatila, Beirut. Melalui Lazismu, langkah ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk membangun perdamaian di bumi ini.
Dubes RI untuk Lebanon, Hajriyanto Y Thohari, saat dihubungi Republika beberapa waktu lalu mengatakan, Muhammadiyah sudah memiliki Madrasah Muhammadiyah I di Shatila. "Kenapa disebut sebagai Madrasah Muhammadiyah I? Karena Muhammadiyah sedang membeli sebuah gedung di Shatila juga, untuk nanti didirikan Madrasah Muhammadiyah kedua,” kata Hajriyanto.
Gedung tujuh lantai ini akan digunakan sebagai sekolah dan diberi nama Muhammadiyah Center for Education, Culture and Humanity. Madrasah Muhammadiyah II di Shatila ini rencananya diresmikan pada tahun ini.
Muhammadiyah memahami, pendidikan merupakan kunci dari sebuah perdamaian. Karena itu, mereka kerap memberikan bantuan yang berkaitan dengan pendidikan di beberapa negara konflik.
Pendidikan sebagai sarana perdamaian yang percayai oleh LazisMu merupakan upaya memperbaiki tata nilai sumber daya manusia. Karena itu, melalui tasaruf zakat dengan skema beasiswa, diharapkan bisa membantu tersebarnya nilai-nilai Islam rahmatan lil 'alamin, Islam tengahan, nilai Islam nusantara, serta nilai-nilai Islam berkemajuan.
Hajriyanto lantas berpesan kepada kader-kader Muhammadiyah untuk bisa berkiprah di luar negeri. Baik kader melalui jalur pengaderan konvensional yang aktif di organisasi otonom Muhammadiyah maupun kader melalui jalur pendidikan sama-sama memiliki peluang untuk aktif dan proaktif, serta mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
"Kader-kader Muhammadiyah melalui dua jalur tersebut memiliki peluang untuk berperan besar di kancah internasional. Oleh karena itu, kader Muhammadiyah perlu membenahi diri dan mengembangkan diri dengan meningkatkan berbahasa asing, terlebih bahasa Inggris dan Arab," ujarnya.
Derap internasionalisasi Muhammadiyah dalam membangun peradaban global merupakan amanat dari hasil Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar. Tokoh-tokoh teras Muhammadiyah dalam bidang politik juga dipersiapkan dalam peran kebangsaan untuk mewakili perjuangan Indonesia di ranah internasional.
Pada era mutakhir, terutama sejak tahun 2000 setelah muktamar di Jakarta, dimulailah secara khusus peran internasionalisasi Muhammadiyah. Pertama, dengan mengawali berdirinya PCIM Mesir dan PCIA Mesir pada era 2002-2003. Proses ini merupakan embrio dari lahirnya Cabang Istimewa Muhammadiyah dan Aisyiyah di berbagai negara lainnya.
Bantuan yang diberikan oleh Muhammadiyah melalui Lazismu beragam contohnya. Salah satunya donasi atau sumbangan bagi Palestina, serta program beasiswa bagi pelajar di Perguruan Tinggi Muhammadiyah.
Direktur Korporat dan Kelembagaan Lazismu Pusat Edi Suryanto menyampaikan, sekolah yang akan didirikan di Beirut, Lebanon, diperuntukkan pengungsi Palestina di Shatila. Pendirian sekolah tersebut dilakukan bekerja sama dengan Kedutaan Besar RI untuk Lebanon.
Pendirian sekolah ini dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas SDM di sana yang diharapkan ke depan akan mampu mengelola dan mengoptimalkan berbagai sumber untuk kemandirian bangsa Palestina," ujar dia kepada Republika, belum lama ini.
Program ini juga merupakan kebijakan Muhammadiyah dalam rangka untuk internasionalisasi pendidikan. Lazismu juga telah bekerja sama dengan Majelis Dikti PP Muhammadiyah dan Baznas RI dalam proses penerimaan mahasiswa Palestina yang akan belajar di kampus-kampus Muhammadiyah.
Edi memaparkan, dana pendirian sekolah ini bersumber dari infak kemanusiaan Palestina bidang pendidikan. Dana untuk pembangunan sekolah pertama sekitar Rp 100 juta. Sementara, pendirian sekolah kedua juga telah disiapkan dananya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.