Tenaga kesehatan memberi laporan kepada petugas yang berjaga sebelum memasuki Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Senin (10/1/2022). | Republika/Thoudy Badai

Kabar Utama

PDPI: Lonjakan Omikron adalah Fenomena Super Spreader

Grafik perkembangan kasus omikron 14 hari terakhir terus menunjukkan peningkatan.

JAKARTA – Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Erlina Burhan menyebut, lonjakan kasus omikron di Indonesia sebagai fenomena super spreader. Sebab, karakteristiknya yang cepat menular dan masif.

“Varian Covid-19 sekarang sudah omikron, delta yang sempat mendominasi sudah digantikan omikron yang lebih cepat dan luas menyebar. Grafik kenaikan kasus lebih cepat dari varian sebelumnya. Ini fenomena super spreader," kata Erlina Burhan saat menyampaikan keterangan pers melalui aplikasi Zoom yang diikuti di Jakarta, Rabu (2/2).

Berdasarkan laporan GSAID per 29 Januari 2022, kata Erlina, grafik perkembangan kasus omikron dalam 14 hari terakhir terus menunjukkan peningkatan di Indonesia. Jika pada 15 Januari 2022 berada di kisaran 600 kasus per hari, saat ini sudah menembus 2.613 kasus lebih di Indonesia. 

“Risiko penularannya 2,9 kali lebih tinggi dibandingkan varian Delta,” ujarnya.

Dokter spesialis paru RSUP Persahabatan Jakarta Timur itu juga menyebut omikron 5,4 kali lipat terjadi reinfeksi pada penyintas. Erlina mengatakan, omikron telah berkontribusi pada lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di Indonesia saat ini.

“Terjadi peningkatan kasus Covid-19 secara signifikan di Indonesia pada awal tahun 2022 diduga akibat varian omikron," katanya.

Penambahan kasus harian Covid-19 di Indonesia mencapai 11.588 kasus. Kasus varian omikron kumulatif adalah 2.613 kasus dengan probable 6.935. “Bahkan, ada kemungkinan saat ini Indonesia sudah memasuki gelombang ketiga pandemi Covid-19,” ujarnya.

Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama, mengatakan, berdasarkan studi di Amerika Serikat, kasus Covid-19 harian rata-rata tertinggi akibat varian omikron adalah lima kali lipat dari varian delta. Dampak ke pelayanan kesehatan di AS lebih besar ketika omikron daripada ketika varian delta.

“Bukan karena tingkat beratnya penyakit, tetapi karena jumlah total kasus jauh lebih tinggi, sehingga walaupun persentase yang harus masuk rumah sakit lebih rendah dari Delta, tetapi angka mutlaknya tetap saja tinggi,” kata Tjandra dalam keterangannya.

Tjandra mendorong pemerintah menyampaikan persentase dominasi omikron di antara varian-varian lain yang masih ada di negara ini. Selain itu, Indonesia juga perlu mengantisipasi beban rumah sakit di AS ketika menghadapi varian omikron.

Lima antisipasi untuk menghadapi beban RS, yakni ketersediaan tempat tidur dan ruang rawat, obat, dan alat kesehatan, sistem pelayanan di RS yang efisien dan aman, sistem rujukan, dan tenaga kesehatan. 

“Mudah-mudahan hal seperti tahun lalu tidak sampai terjadi lagi. Simulasi lapangan dan table top exercise tentu baik dilakukan secara rutin dari waktu ke waktu,” kata dia.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pemerintah memprediksi lonjakan kasus akibat varian omikron masih akan terjadi pada akhir Februari. Pemerintah mengantisipasi lonjakan kasus tiga kali dibandingkan saat varian delta.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by KPCPEN #PakaiMasker (@lawancovid19_id)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat