Perencanaan
Imlek yang Tetap Meriah tanpa Gegabah
Masyarakat diharapkan waspada dan tidak gegabah saat merayakan Imlek di luar rumah.
OLEH SHELBI ASRIANTI
Masyarakat Tionghoa merayakan tahun baru Imlek 2573 pada Selasa (1/2). Tradisi memperingati tahun baru tersebut kerap dilaksanakan di keluarga dan komunitas dengan penuh kebersamaan dengan orang-orang terkasih.
Hanya, pandemi Covid-19 belum usai, bahkan ada potensi lonjakan kasus akibat varian omikron saat ini. Sekjen Badan Sosial Lintas Agama (Basolia) Kota Bogor Arifin Himawan menyadari kondisi itu, tetapi berusaha tetap optimistis. "Tentu, harapannya tetap menjaga kondisi agar virus tidak semakin menyebar, dengan cara merayakan Imlek bukan di tempat keramaian," kata Arifin kepada Republika, Senin (24/1).
Pria yang akrab disapa Ahim itu merayakan Imlek di rumah bersama keluarganya. Dia mengaku tidak melakoni persiapan khusus, hanya menyambut anak-anak dan sanak familinya yang datang berkunjung. Sebagai antisipasi, dia dan keluarga akan menerapkan protokol kesehatan (prokes) ketat dan menjaga betul kondisi orang tuanya yang sudah sepuh dan kini tinggal bersamanya.
Menurut Ahim, masyarakat Tionghoa lainnya pun sepertinya sudah beradaptasi dengan perayaam Imlek di tengah pandemi, seperti tahun lalu, agar mereka tidak gegabah. Wasekjen Federasi Olahraga Barongsai Indonesia (FOBI) ini juga menyadari masyarakat umum ingin partisipasi dalam kemeriahan Imlek, tetapi diharapkan mereka tetap meningkatkan kehati-hatian. Prokes tetap dijalankan sesuai ketentuan.
View this post on Instagram
Dia berharap semua bisa bekerja sama menerapkan protokol kesehatan dan menghindari kemungkinan terjadinya skenario terburuk. Tahun baru ini adalah shio macan air. Macan merupakan hewan yang kuat dan tegas, sedangkan air bersifat terus mengalir.
Dia berharap pandemi segera usai, aktivitas kembali normal, dan perekonomian mengalir layaknya aliran air. "Mudah-mudahan Imlek di awal Februari ini menjadi titik awal recovery, kembali ke kehidupan yang lebih baik lagi," katanya.
Kehati-hatian ini juga diserukan Wakil Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor Dedie Rachim. Dia berharap warga tetap menjaga kesadaran dalam penerapan prokes saat menyambut Imlek, bahkan dia menganjurkan masyarakat mengurangi mobilitas.
"Kita harus tetap waspada dan terus mengingatkan masyarakat supaya tidak abai. Pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan situasional agar bisa meredam mobilitas warga," kata Dedie.
Awal pekan ini, status Kota Bogor tengah menerapkan PPKM level dua dan Pemerintah Kota Bogor menyiapkan langkah antisipasi. Salah satunya dengan aktivasi Posko Gabungan Satgas Covid-19 yang menyediakan sembako, oksigen, dan kebutuhan lain bagi masyarakat terdampak pandemi.
Rumah Sakit Perluasan RSUD Kota Bogor juga kembali menggencarkan persiapan sebagai antisipasi ledakan kasus Covid-19. Pusat-pusat isolasi juga diaktifkan kembali apabila dibutuhkan. Jika memungkinkan, Satgas bersama Polresta dan Kodim akan menempelkan pula tanda di rumah warga yang sedang melakukan isolasi mandiri.
"Hal ini supaya meningkatkan kewaspadaan masyarakat bahwa sekarang sedang menuju situasi di mana kalau tidak ditangani dengan baik, kemungkinan bisa terjadi ledakan kasus," ucap Dedie.
Bogor Street Festival Cap Go Meh yang dihelat dua pekan setelah Imlek, pada tahun ini pun kemungkinan tidak dilaksanakan lagi. Pasalnya, arak-arakan dikhawatirkan memicu kerumunan. Sebagai gantinya, tahun lalu berlangsung doa bersama, pergelaran seni budaya daring, serta kegiatan pemasangan lampion di sekitar area Vihara Dhanagun.
Dedie menyilakan apabila tahun ini terdapat kegiatan serupa. Asalkan, acara menerapkan prokes, termasuk pembatasan kapasitas ruangan dan penggunaan aplikasi PeduliLindungi di lokasi yang memungkinkan. "Dalam situasi seperti ini harus diperketat," tuturnya.
View this post on Instagram
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.