Internasional
Jerman dan Prancis Kirim Menlu ke Ukraina
Uni Eropa tidak akan ragu menjatuhkan sanksi sebagai pencegahan jika Rusia merusak integritas teritorial Ukraina.
PARIS - Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis dan Jerman akan melakukan perjalanan ke Ukraina dalam waktu dekat. Helatan keduanya bertujuan sebagai upaya mengurangi ketegangan yang kini terus terjadi dengan Rusia.
Dilansir laman Anadolu Agency, Ahad (30/1), sebuah pernyataan oleh Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan bahwa Jean-Yves Le Drian dan timpalannya dari Jerman, Annalena Baerbock akan mengunjungi Kyiv pada 7-8 Februari 2022.
Le Drian mengatakan dia akan meyakinkan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba tentang dukungan penuh dan solidaritas keduanya terhadap Ukraina. "Mobilisasi kami berlanjut, khususnya dalam format Normandia, untuk meredakan ketegangan," katanya melalui akun Twitter pribadinya.
Awal pekan ini, Prancis menjadi tuan rumah pertemuan tingkat tinggi para penasehat kepala Negara Normandia Empat, yakni Jerman, Prancis, Rusia, dan Ukraina, di Paris, Prancis. Presiden Emmanuel Macron pun secara pribadi terlibat dalam dialog dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Prancis, yang saat ini memegang kursi kepresidenan Dewan Uni Eropa, telah berjanji bahwa blok tersebut tidak akan ragu untuk menjatuhkan sanksi sebagai pencegahan jika Rusia merusak integritas teritorial Ukraina. Rusia baru-baru ini mengumpulkan puluhan ribu tentara di dekat perbatasan timur Ukraina.
Hal itu memicu kekhawatiran bahwa Kremlin merencanakan serangan militer lain terhadap bekas tetangga Sovietnya. Namun Moskow membantah bahwa pihaknya tengah bersiap untuk menyerang dan mengatakan pasukannya ada di sana untuk latihan militer.
Fokus beri dukungan
Menanggapi situasi yang terus memanas antara Rusia dan Ukraina, organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak memiliki rencana untuk mengerahkan pasukan tempur ke Ukraina, jika terjadi invasi Rusia.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada Ahad (30/1) mengatakan, Ukraina bukan negara anggota NATO sehingga aliansi militer tersebut tidak bisa mengirim pasukan ke negara itu. "Kami tidak memiliki rencana untuk mengerahkan pasukan tempur NATO ke Ukraina, kami fokus untuk memberikan dukungan. Ada perbedaan antara menjadi anggota NATO dan menjadi mitra yang kuat dan sangat dihargai seperti Ukraina," ujar Stoltenberg.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyatakan akan mengirim pasukan Amerika ke Eropa Timur dan negara-negara NATO. Hal ini diungkapkan Biden beberapa hari setelah Pentagon menempatkan ribuan tentara dalam siaga tinggi, di tengah ketegangan antara Rusia dan Ukraina.
"Saya akan memindahkan pasukan AS ke Eropa Timur dan negara-negara NATO dalam waktu dekat," kata Biden dilansir Anadolu Agency.
Sebelumnya, Pentagon mengatakan, 8.500 tentara telah disiagakan jika NATO mengaktifkan Pasukan Responnya atau jika situasi keamanan di Eropa semakin memburuk.
Juru bicara Departemen Pertahanan John Kirby mengatakan, pasukan angkatan darat akan dikerahkan ke Eropa jika diperlukan, termasuk logistik, medis, penerbangan, intelijen, pengawasan dan pengintaian serta transportasi.
Keputusan untuk menempatkan pasukan dalam keadaan siaga muncul di tengah meningkatnya ketegangan di Eropa timur, ketika Barat dan NATO menuduh Rusia tengah mempersiapkan invasi ke Ukraina. Rusia pun telah mengerahkan lebih dari 120 ribu tentara di perbatasan Ukraina.
Tak ketinggalan, Rusia juga mengerahkan tank dan artileri. Pada Jumat (28/1), Rusia menegaskan kembali bahwa mereka tidak menginginkan perang dengan Ukraina.
"Jika itu tergantung pada Rusia, maka tidak akan ada perang. Kami tidak menginginkan perang. Tetapi kami juga tidak akan membiarkan kepentingan kami diinjak-injak secara kasar, dan diabaikan," ujar Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov kepada stasiun radio Rusia dalam sebuah wawancara.
Rusia saat ini telah mengerahkan puluhan ribu tentara di dekat perbatasan Ukraina, dan mendesak agar dilakukan pengaturan ulang terkait keamanan pasca-Perang Dingin di Eropa.
Pada Rabu (26/1) lalu AS dan NATO telah mengirimkan respons tertulis pada tuntutan Rusia untuk menarik perjanjian keamanan pasca-Perang Dingin di Eropa. Washington menolak permintaan Moskow tentang jaminan Ukraina tidak akan bergabung dengan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
AS menilai apa yang diminta Rusia bisa secara efektif merusak “kebijakan pintu terbuka” NATO yang sudah lama ada. “Kami akan menjunjung tinggi prinsip pintu terbuka NATO. Pintu NATO terbuka, tetap terbuka, dan itu adalah komitmen kami,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam sebuah pernyataan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.