Internasional
Hotel Kebanjiran Pengunjung di Libur Imlek
Selama liburan Tahun Baru Imlek tahun lalu, konsumen Cina menghabiskan 821 miliar yuan untuk ritel dan katering.
BEIJING -- Hotel dan restoran di kota-kota besar Cina bersiap menyambut kedatangan tamu selama liburan Tahun Baru Imlek. Pembatasan sosial membuat masyarakat memilih untuk merayakan Tahun Baru Imlek dengan cara lain.
Liburan Imlek yang dimulai pada Senin (31/1) adalah periode puncak mobilitas masyarakat. Mereka biasanya pulang ke kampung halaman untuk merayakan Imlek bersama keluarga besar.
Sebenarnya, pemerintah telah menyarankan agar warga tetap tinggal di rumah selama liburan Imlek, karena varian omicron telah menyebar luas. Larangan ini kemudian membuat sebagian besar restoran dan hotel memilih tetap beroperasi selama liburan Imlek yang berlangsung satu pekan.
Warga pun banyak yang memutuskan menghabiskan liburan Imlek dengan menginap di hotel, di sejumlah wilayah wisata. Agen perjalanan dan perusahaan hotel mengatakan, pemesanan hotel mengalami peningkatan, terutama dari pelanggan yang ingin memanjakan diri mereka dengan sedikit kemewahan. “Semakin mahal kamarnya, semakin cepat dipesan,” kata pernyataan Qunar.com, dilansir Euro News, Ahad (30/1).
Qunar.com menambahkan bahwa, pemesanan hotel untuk periode Tahun Baru Imlek tahun ini, naik tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu. Chief Operating Officer InterContinental Hotels Group untuk Cina daratan, Jerome Qiu, mengatakan, hunian untuk InterContinental Hotels Group tahun ini juga mengalami peningkatan di seluruh Cina dibandingkan dengan liburan tahun lalu.
“Hari ketiga dan keempat masa liburan biasanya merupakan permintaan puncak. Berdasarkan pola saat ini, kinerja kuat tahun ini mungkin mencakup periode yang lebih lama, yakni mulai dari Malam Tahun Baru," ujar Qiu.
Selama liburan Tahun Baru Imlek tahun lalu, konsumen Cina menghabiskan 821 miliar yuan untuk ritel dan katering. Jumlah tersebut naik 28,7 persen dari liburan pada 2020.
Kepala ekonom untuk wilayah Cina daratan di ING, Iris Pang, mengatakan, dia memperkirakan peningkatan pengeluaran masyarakat Cina pada perayaan Imlek tahun ini akan naik 10 persen dari tahun lalu. Menurutnya, situasi pandemi Covid-19 tidak berpengaruh pada konsumsi warga ketika liburan Imlek.
“Bahkan jika orang tidak dapat bepergian, mereka masih memiliki uang untuk dibelanjakan, termasuk ketika mereka membelanjakannya untuk transportasi. Beberapa orang menahan pengeluaran pada Desember untuk Tahun Baru Imlek, jadi pengeluaran yang terjadi mungkin akan mengejutkan,” kata Pang.
Lonjakan pengeluaran ini juga akan memberikan dorongan jangka pendek untuk konsumsi, yang telah lesu dalam beberapa bulan terakhir karena ekonomi melambat. Pada Desember 2020, penjualan ritel naik 1,7 persen dari tahun sebelumnya. Sementara, Laju penjualan ritel bulanan paling lambat terjadi pada 2021.
Pekerja media, Pan Lei, termasuk di antara penduduk Beijing yang berencana menghabiskan liburan Imlek ke sebuah wilayah pegunungan. Dia telah memesan hotel butik di pegunungan di sebelah barat Beijing dengan biaya hampir 5.000 yuan.
“Biasanya, harganya kurang dari 2.000 yuan tapi saya tidak punya pilihan. Semua hotel di sekitar Beijing mahal selama liburan. Ini Tahun Baru Imlek dan saya ingin keluarga melakukan sesuatu yang istimewa dan bersenang-senang bersama," kata Lei.
Sementara itu di Singapura, instansi pemerintah akan meningkatkan penegakan hukum di sejumlah pusat keramaian selama periode Tahun Baru Imlek. Pemerintah juga akan menerapkan langkah-langkah manajemen kerumunan tambahan di area populer, seperti Chinatown.
Untuk mengantisipasi peningkatan jumlah pengunjung ke pasar dan pusat jajanan di Kompleks Chinatown, Pemerintah Singapura juga memberlakukan pembatasan kedatangan pengunjung. Pelanggan tidak akan diizinkan masuk setelah jumlah orang mencapai kapasitas yang diizinkan yaitu 300 orang.
“Pengaturan arus masuk pelanggan memperhitungkan kerumunan lokal yang bisa terjadi di dalam pasar,” ungkap pernyataan resmi dari Kementerian Keberlanjutan dan Lingkungan Singapura, dilansir Channel News Asia, Ahad (30/1).
Badan Lingkungan Nasional (NEA) dan Dewan Kota Singapura juga telah meningkatkan jumlah petugas lapangan untuk mengingatkan warga agar tetap memakai masker dan menjaga jarak aman dari orang lain. Untuk mengatur keramaian di sepanjang Temple Street, jalan akan ditutup mulai pukul 12 siang pada 31 Januari hingga pukul 2 pagi pada 1 Februari. Pemerintah juga mengimbau masyarakat agar tidak bepergian ke Chinatown dan daerah populer lainnya di luar jam sibuk.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.