President Joe Biden menjawab pertanyaan wartawan di Gedung Putih, Washington DC, Senin (24/1/2022). | AP/Andrew Harnik

Internasional

Biden: Rusia Menginvasi Ukraina Februari

Biden menegaskan dukungan AS kepada Ukraina.

WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Kamis (27/1). Biden menegaskan dukungan AS kepada Ukraina, sehari setelah AS mengirimkan balasan atas proposal Rusia.

"Presiden Biden mengatakan, ada kemungkinan bahwa Rusia menginvasi Ukraina pada Februari," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Emily Horne. "Beliau menyatakannya secara terbuka dan kami juga telah memperingatkan hal ini selama beberapa bulan ini," katanya.

Zelenskyy menyatakan di Twitter bahwa ia dan Biden membahas kemungkinan dukungan bantuan keuangan kepada Ukraina.  

Pada Desember, Rusia mengajukan proposal yang isinya meminta AS dan NATO menolak permohonan Ukraina menjadi anggota NATO. Rusia juga meminta NATO menarik senjatanya yang ditempatkan di anggota NATO yang ada di Eropa Timur.

AS dan NATO menuding Rusia akan menginvasi Ukraina. Tudingan ini ditampik Rusia. Pada 2014, Rusia melakukan invasi ke Ukraina timur.

Seperti sudah diduga, AS dan NATO menolak tuntutan Rusia kali ini. AS dan NATO menyatakan, ingin membuat NATO tetap terbuka. Namun, pernyataan AS menyiratkan tetap membuka dialog.

Tidak Ingin Perang

Rusia pada Jumat (28/1) mengirimkan sinyal bahwa mereka bersedia untuk terlibat dengan proposal keamanan AS. Rusia menegaskan kembali bahwa mereka tidak menginginkan perang dengan Ukraina.

"Jika itu tergantung pada Rusia, maka tidak akan ada perang. Kami tidak menginginkan perang. Tetapi kami juga tidak akan membiarkan kepentingan kami diinjak-injak secara kasar, dan diabaikan," ujar Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov kepada stasiun radio Rusia dalam sebuah wawancara.

photo
Foto yang dilansir Kementerian PErtahanan Rusia menunjukkan prajurit berlatih di Golovenki, Rusia, Selasa (25/1/2022). - (Russian Defense Ministry Press Service via AP)

Rusia telah mengerahkan puluhan ribu tentara di dekat perbatasan Ukraina, dan mendesak permintaan untuk mengatur ulang pengaturan keamanan pasca-Perang Dingin di Eropa. Amerika Serikat dan sekutunya telah memperingatkan bahwa, Rusia akan menghadapi sanksi ekonomi yang keras jika menyerang Ukraina. 

Lavrov mengatakan, Barat telah mengabaikan kepentingan Rusia. Lavrov berharap dapat melakukan pertemuan berikutnya dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam beberapa minggu ke depan. Lavrov mengatakan, Rusia sedang mempelajari proposal AS dan Presiden Vladimir Putin akan menanggapinya.

Komentar Lavrov merupakan pernyataan Rusia yang paling mendamaikan mengenai krisis Ukraina. Krisis ini telah meningkat menjadi salah satu kebuntuan Timur-Barat yang paling tegang sejak Perang Dingin berakhir tiga dekade lalu.

Pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko yang merupakan sekutu dekat Rusia mengatakan, negaranya sama sekali tidak tertarik pada perang. Menurutnya, konflik akan pecah  jika Belarus atau Rusia diserang secara langsung. Di sisi lain, Prancis menyerahkan keputusan di tangan Presiden Putin.

 "Terserah Vladimir Putin untuk mengatakan apakah dia menginginkan konsultasi atau konfrontasi," kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian kepada radio RTL.

Pada Rabu (26/1) lalu AS dan NATO mengirimkan respons tertulis pada tuntutan Rusia untuk menarik perjanjian keamanan pasca-Perang Dingin di Eropa. Tuntutan tersebut disampaikan setelah Moskow menumpuk pasukannya dekat Ukraina.

Washington menolak permintaan Moskow tentang jaminan Ukraina tidak akan bergabung dengan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO). AS menilai apa yang diminta Rusia bisa secara efektif merusak “kebijakan pintu terbuka” NATO yang sudah lama ada.

“Kami akan menjunjung tinggi prinsip pintu terbuka NATO. Pintu NATO terbuka, tetap terbuka, dan itu adalah komitmen kami,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam sebuah pernyataan.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Moskow butuh waktu untuk meninjaunya dan tidak akan buru-buru menyimpulkan. Tapi pernyataan AS dan NATO yang menggambarkan tuntutan utama Rusia tidak bisa diterima, dan tidak meninggalkan banyak ruang pada optimisme.  

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat