Nasional
Omikron Meningkat, Pemerintah Harus Evaluasi PTM 100 Persen
Pemkot Semarang mengefektifkan rumah sakit untuk penanganan Covid-19 varian Omikron.
JAKARTA -- Lima organisasi profesi medis mengajukan surat permohonan untuk mengevaluasi proses pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen pada kelompok usia kurang dari 11 tahun.
Kelima organisasi tersebut adalah Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Indonesia Intensif Indonesia (Perdatin), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular (Perki), serta Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Hal ini berdasarkan sejumlah pertimbangan, di antaranya kepatuhan anak-anak usia 11 tahun ke bawah terhadap protokol kesehatan masih belum 100 persen, juga belum tersedianya atau belum lengkapnya vaksinasi anak-anak usia kurang dari 11 tahun.
“Laporan dari beberapa negara, proporsi anak yang dirawat akibat infeksi Covid 19 varian omikron lebih banyak dibandingkan varian-varian sebelumnya. Dan juga telah dilaporkan transmisi lokal varian omikron di Indonesia, bahkan sudah ada kasus meninggal karena omikron,” ujar Ketua Umum (PDPI) Dr dr Agus Dwi Susanto, SpP(K), Ahad (23/1).
Ditambahkan oleh Ketua Umum Perki, Dr dr Isman Firdaus, SpJP(K), anak potensial mengalami komplikasi berat, yaitu multisystem inflammatory syndrome in children associated with Covid 19 (MIS-C). Anak yang terpapar Covid-19 juga rentan terkena komplikasi long covid lainnya sebagaimana dewasa yang akan berdampak pada kinerja dan kesehatan organ tubuh lainnya.
Lima organisasi profesi medis tersebut mengajukan usul sebagai berikut, pertama, anak-anak dan keluarga tetap diperbolehkan untuk memilih pembelajaran tatap muka atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) berdasarkan kondisi dan profil risiko masing-masing keluarga. Kedua, anak-anak yang memiliki komorbid diimbau untuk memeriksakan diri terlebih dahulu ke dokter.
Ketiga, anak-anak yang sudah melengkapi imunisasi Covid-19 dan cakap dalam melaksanakan protokol kesehatan dapat mengikuti PTM. Terakhir, mekanisme kontrol dan buka tutup sekolah seyogianya dilakukan secara transparan untuk memberikan keamanan publik.
Antisipasi omikron
Antisipasi lonjakan kasus (penularan) Covid-19 --menyusul temuan kasus Omicron di Kota Semarang-- Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang mengefektifkan kembali rumah sakit untuk penanganan Covid-19 serta fasilitas isolasi terpusat.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, Mochamad Abdul Hakam mengungkapkan langkah ini diambil sebagai bentuk tindak lanjut sekaligus antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya lonjakan kasus Covid-19, pascaditemukannya varian Omikron di Kota Semarang.
"Selain langkah- langkah pengendalian, upaya untuk mengantisipasi ledakan kasus --menyusul terungkapnya varian Omikron di Kota Semarang-- segera dilakukan oleh Dinkes Kota Semarang," ungkapnya, Ahad (23/1).
Menurut Abdul Hakam Dinkes Kota Semarang telah mengaktifkan kembali isoter selain rumah sakit untuk penanganan pasien Covid-19, berikut SDM kesehatan dan ketersediaan ruang perawatan mupun tempat tidurnya
Di tingkat lingkungan warga, Pemkot Semarang juga telah menggalakkan dan mengaktifkan RT/RW untuk melakukan penelusuran terhadap warganya yang memiliki riwayat perjalanan antar daerah.
Pemangku lingkungan akan mendata warganya yang baru datang dari mana atau baru saja melakjkan riwayat perjalanan ke mana. Prinsipnya yang baru datang dari luar negeri, atau dari luar kota --terutama dari Jakarta—akan difasilitasi dengan lab pemeriksaan PCR, bagi yang bergejala.
Untuk pengambilan sampel uji whole genome sequencing (WGS) tetap akan dilakukan dengan mengacu pada persyaratan CT Valuenya di bawah 30. "Ini yang nanti akan diupayakan dan yang mengarah ke omikron untuk dilakukan uji WGS- SGTF.
Sedangkan langkah antisipasi berikutnya adalah percepatan vaksinasi booster. "Sebab jika di satu daerah sudah ditemukan varian Omicron maka percepatan vaksinasi booster harus segera dilakukan," tambahnya.
Sementara itu, data dari laman siagacorona.semarangkota.go.id sampai dengan 23 Januari 2022 tercatat ada 10 pasien warga Kota Semarang yang terkonfirmasi positif dan masih dalam perawatan. Selain itu juga ada lima orang pasien warga luar Kota Semarang yang masih menjalani perawatan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.