Ekonomi
Mendag Jamin Izin Impor Memadai
Gejolak harga pangan dinilai akan memengaruhi laju inflasi 2022.
JAKARTA -- Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi telah mengeluarkan izin impor terhadap tiga komoditas pangan pokok, yakni gula, daging sapi, dan bawang putih, untuk 2022. Ia memastikan, ketiga bahan pangan impor itu akan cukup memenuhi kebutuhan dalam negeri dalam setahun ke depan.
"Izin gula impor sudah dikeluarkan dan itu lebih dari cukup. Ini untuk memastikan kalau terjadi kenaikan harga, kita punya stok yang cukup," kata Lutfi dalam konferensi pers, Selasa (18/1).
Lutfi belum mengungkapkan detail volume izin impor ketiga komoditas tersebut. Untuk komoditas daging sapi, Lutfi menuturkan, semua izin untuk kebutuhan impor tahun ini telah dikeluarkan. Impor daging sapi beku selama ini mayoritas berasal dari Australia. Selain impor daging sapi beku, sapi bakalan juga akan didatangkan dan digemukkan di peternakan dalam negeri. "Saya tidak bisa sebut jumlah (impor) karena di internal harga sedang ketat," kata Lutfi.
Menurut dia, pasokan daging sapi impor terdekat akan tiba di Indonesia pada pekan terakhir Januari ini. Pihaknya pun menjamin kebutuhan daging sapi impor cukup.
Untuk komoditas bawang putih, Lutfi mengatakan, importasi pada tahun ini tidak jauh berbeda dengan mekanisme pada tahun lalu. Sepanjang 2021, Kementerian Pertanian (Kementan) mengeluarkan rekomendasi impor sebanyak 864 ribu ton. Sementara itu, izin impor yang diterbitkan Kemendag sekitar 600 ribu ton.
"Realisasi (impor) tidak lebih dari 475 ribu ton, jadi impor bawang putih sekitar 500 ribu ton setahun dan ini sesuai dengan yang kita jalankan dari tahun ke tahun," kata dia.
Sementara itu, ekonom dari Universitas Indonesia (UI), Mohamad Ikhsan, mengatakan, pemerintah harus siap menghadapi tantangan pada awal tahun karena situasi iklim yang dapat mengganggu proses produksi pangan nasional. Gejolak harga pangan akan memengaruhi laju inflasi, terutama komponen volatile foods.
Ia mengakui, selama 2021, inflasi volatile foods cukup terkendali, yakni di kisaran 3,2 persen. Angka itu turun signifikan bila dibandingkan dengan kondisi inflasi volatile foods sebelum 2018 yang dapat melonjak hingga 7 persen per tahun.
Ikhsan mengatakan, pemerintah perlu menyambut 2022 dengan sejumlah mitigasi agar angka inflasi bisa dijaga. "Stok (pangan) harus naik dan kita harus membuka keran impor jika stok di dalam negeri tidak ada. Kuncinya, produksi harus dijaga dan dari sisi rantai pasok juga dijaga," kata dia.
Sebelumnya, pemerintah berencana mengimpor daging sapi dan kerbau sebanyak 266.065 ton pada tahun ini. Kementerian Pertanian (Kementan) mengatakan, volume impor daging sapi terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Makmun, menjelaskan, pemerintah telah menetapkan neraca daging sapi dan kerbau nasional untuk 2022. Tingkat konsumsi diperkirakan sebesar 2,57 kilogram (kg) per kapita per tahun atau 706 ribu ton secara nasional. Sementara itu, kemampuan produksi dalam negeri diproyeksikan hanya 436 ribu ton dan stok awal tahun 62 ribu ton. Dengan demikian, pasokan yang ada masih di bawah dari kebutuhan.
Di sisi lain, pemerintah pun menargetkan harus terdapat stok sisa akhir tahun sebesar 58,8 ribu ton. Dari target itu, masih ada defisit daging 2022 sebanyak 266 ribu ton. Defisit tersebut akan dipenuhi melalui impor.
Makmun mengatakan, alokasi impor daging tahun ini telah dihitung bersama dengan kementerian terkait. Volume impor tersebut tercatat turun 3,4 persen dibandingkan impor pada 2021 yang sebesar 284,2 ribu ton. Impor pada 2021 juga menurun jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Sementara itu, Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) menilai, kebijakan pemerintah membuka impor daging kerbau beku India sejak 2016 belum mampu memberikan dampak pada penurunan harga daging dalam negeri. Tren harga justru terus mengalami fluktuasi, bahkan cenderung meningkat.
Ketua Gapuspindo Didiek Purwanto mencatat realisasi impor daging kerbau beku pada 2016 sebesar 39,5 ribu ton dan meningkat menjadi 73 ribu ton pada 2021. "Kita lihat harga eceran daging sapi dari data BPS sejak 2019 sampai 2021 ternyata hampir berdampingan (sama) sehingga tidak terlalu berdampak menurunkan harga daging," kata Didiek.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.