Suasana permukiman padat penduduk di kawasan Tanah Abang, Jakarta, beberapa waktu lalu. BPS mengabarkan bahwa rasio gini antara kelompok kaya dan miskin membaik. | Republika/Thoudy Badai

Tajuk

BPS dan Sejuta Orang tak Miskin

BPS juga mengabarkan bahwa rasio gini antara kelompok kaya dan miskin membaik.

 

Bisakah kita melihat satu juta orang, dalam waktu setahun, mendadak naik kelas dari miskin menjadi tidak miskin? Di tengah kondisi pagebluk Covid-19 seperti ini? Di mana industri belum berjalan normal? Dengan daya beli masyarakat yang masih tertekan?

Meskipun kelihatannya mustahil, tapi rekaman data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis kemarin memperlihatkan hal tersebut dengan gamblang. Oh, selain itu, BPS juga mengabarkan bahwa rasio gini antara kelompok kaya dan miskin membaik. Maksud BPS: dalam setahun terakhir makin banyak orang yang makmur dan sejahtera hidupnya.

Berikut kutipan BPS: “Jumlah penduduk miskin pada September 2021 sebesar 26,50 juta orang, menurun 1,04 juta orang terhadap Maret 2021 dan menurun 1,05 juta orang terhadap September 2020.” Kemudian BPS juga menemukan bahwa penduduk miskin di kota dan desa sama sama turun.

Sedangkan terhadap rasio gini, BPS mengatakan, “Pada September 2021, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur oleh Gini Ratio adalah sebesar 0,381. Angka ini menurun 0,003 poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2021 yang sebesar 0,384 dan menurun 0,004 poin dibandingkan dengan Gini Ratio September 2020 yang sebesar 0,385.”

BPS juga menemukan, ketimpangan di kota dan di desa sama sama turun dalam setahun terakhir.

 
BPS juga menemukan, ketimpangan di kota dan di desa sama sama turun dalam setahun terakhir.
 
 

Ini jelas kabar baik. Meskipun bagi sekelompok orang ada yang sukar percaya soal jumlah orang miskin yang tidak bertambah banyak, maupun ketimpangan yang ternyata tidak begitu timpang lagi. Kita harus mengapresiasi kerja pemerintahan Presiden Joko Widodo-Wapres KH Ma’ruf Amin dan kabinetnya.

Bisa membalikkan kondisi di tengah gempuran Covid-19 itu bukan hal yang mudah. Seluruh negara dan pemerintahan sekarang sedang berupaya ke arah itu. Karena itu dalam berbagai publikasi internasional enam bulan terakhir, alarm bahwa jumlah orang miskin bertambah banyak terus disuarakan berbagai pihak.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Desember lalu merilis bahwa pandemi Covid-19 merontokkan upaya dua dekade untuk memerangi kemiskinan internasional. Dua tahun ini malah sebanyak 500 juta orang terpuruk menjadi miskin.

 
Bank Dunia, pada paruh 2021, mengestimasi bahwa Covid-19 menjorokkan 90-200 juta orang di seluruh dunia ke dalam kemiskinan ekstrem.
 
 

Bank Dunia, pada paruh 2021, mengestimasi bahwa Covid-19 menjorokkan 90-200 juta orang di seluruh dunia ke dalam kemiskinan ekstrem. Pada Oktober tahun lalu, kelompok pemikir terkemuka dari Amerika Serikat, Brookings Institute, mengambil data dari Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia membuat prediksi angka kemiskinan akibat Covid-19.

Bila estimasi sebelum Covid-19 ada sekitar 597 juta orang di dunia yang miskin, maka pada 2021 diprediksi angka itu bertambah menjadi 776 juta orang miskin. Koran bergengsi internasional The New York Times pada September kemarin merilis berita, ‘Millions Had Risen Out of Poverty, Coronavirus Pulling Them Back’.

Bahkan data organisasi internasional asal Inggris memperlihatkan, selama pagebluk, jumlah kekayaan orang tajir malah makin meroket. Elon Musk dan Jeff Bezos adalah dua di antaranya. Sementara jumlah harta orang miskin semakin menipis. Dari dalam negeri, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bahkan merilis data selama pandemi jumlah harta para penyelenggara negara malah naik!

 
Bahkan data organisasi internasional asal Inggris memperlihatkan, selama pagebluk, jumlah kekayaan orang tajir malah makin meroket.
 
 

Data BPS di atas akan memancing diskusi panas hingga kontroversi. Terutama di media sosial. Kita tentu harus mengkritisi data tersebut. Paling tidak melihat di sekitar kita, benarkah dalam setahun terakhir ada sejuta orang yang hidupnya kian sejahtera?

BPS bergerak dengan metode shahih untuk merumuskan naik turun orang miskin dan lebar sempitnya jurang orang kaya-miskin. Hasil rilis BPS, kita yakini, mengacu pada metode penghitungan yang ketat, yang tidak bisa ditarik oleh kepentingan kelompok manapun. Toh kita melihat pemerintah memang sudah menggelontorkan ratusan triliun rupiah untuk perekonomian rakyat kecil.

Berbagai macam program dan bantuan disalurkan. Ada bagi-bagi bahan pokok, ada bagi bagi uang tunai dan kursus kerja ke karyawan korban pemecatan, ada program subsidi bunga ke bank untuk peminjam yang kesulitan membayar kredit mereka, dan lain sebagainya.

Harapannya, dengan angka kasus Covid-19 yang menurun, maka pabrik yang tadinya tutup bisa kembali dibuka, karyawan bisa masuk kantor, pedagang ada pembeli, tamu tamu wisata berdatangan, dan lain sebagainya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat