Halaman 2
Media Massa Jadi Penjernih
Tingkat kepercayaan pada media di Indonesia tertinggi di dunia, yakni 72 poin atau meningkat tiga poin dari sebelumnya yang hanya 70 persen.
Penyebaran kabar bohong atau hoaks terus meningkat dari waktu ke waktu. Bahkan, tak sedikit hoaks yang beredar dapat membahayakan keselamatan orang banyak hingga memecah persatuan bangsa.
Selama masa pandemi Covid-19, berbagai macam hoaks bermunculan di jagat maya dan menyebar cepat melalui aplikasi pesan singkat. Saat program vaksinasi Covid-19 baru dijalankan di Tanah Air, misalnya, muncul informasi menyesatkan bahwa ada mikrocip magnetis di setiap dosis vaksin. Meski hal tersebut mustahil, masih ada masyarakat yang percaya dengan informasi tersebut.
Berbagai hoaks mengenai vaksin menjadi salah satu penghambat laju vaksinasi di Tanah Air. Padahal, vaksinasi menjadi ikhtiar bersama untuk saling melindungi dari paparan Covid-19. Di sinilah media massa, termasuk Republika, berperan menjernihkan serta meluruskan informasi-informasi menyesatkan.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyampaikan, penemuan informasi hoaks di ruang siber seputar Covid-19 terus bertambah sejak Januari 2020 hingga 23 Desember 2021. Ada sebanyak 2.036 isu hoaks terkait Covid-19 pada 5.294 unggahan media sosial.
Khusus hoaks vaksin Covid-19, ditemukan sebanyak 418 isu pada 2.507 unggahan medsos dengan persebaran terbanyak di Facebook sebanyak 2.315 unggahan yang seluruhnya telah diputus akses.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo Usman Kansong mengatakan, media massa telah membantu pemerintah dalam memerangi serta mengklarifikasi hoaks yang beredar di masyarakat. "Media memiliki mekanisme cek fakta. Ini sangat membantu, semacam kontranarasi atas hoaks,” kata Usman Kansong kepada Republika, Desember lalu.
Menurut dia, media memiliki peran penting di tengah pandemi Covid-19 untuk menjernihkan disinformasi yang menyebar luas ke masyarakat. Sebab, informasi hoaks hampir selalu ada di berbagai bidang kehidupan, mulai dari sosial, ekonomi, politik, juga kesehatan. Usman mengatakan, saat ini, tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap media juga mengalami kenaikan.
Ia mengatakan, survei Edelman Trust Barometer 2021 menunjukkan, tingkat kepercayaan pada media di Indonesia tertinggi di dunia, yakni 72 poin atau meningkat tiga poin dari sebelumnya yang hanya 70 persen.
“Ini modal bagi media massa arus utama untuk terus menegakkan jurnalisme yang benar,” katanya.
Ketua Komisi Hubungan Antar-Lembaga dan Internasional Dewan Pers Agus Sudibyo mengatakan, sudah semestinya media berperan dalam membantu menangkal hoaks. Media massa, tegas dia, merupakan sumber informasi yang jauh lebih baik daripada media sosial. Sebab, mekanisme cek dan verifikasi serta prinsip jurnalisme tidak ada di media sosial.
“Media seperti Republika, menurut saya, secara konstan sudah menjalankan fungsi-fungsi jurnalisme dengan baik, sudah berkontribusi untuk mewujudkan ruang publik yang beradab," katanya.
Sementara, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Sasmito Madrim mengatakan, media massa atau jurnalis wajib menerapkan kerja jurnalistik secara benar. Apalagi, di era serbuan hoaks seperti saat ini, prinsip cek dan pengecekan kembali harus benar-benar dilaksanakan.
Menurutnya, hal ini yang menjadi tantangan media massa ke depan untuk bisa eksis di tengah kehadiran media baru, seperti media sosial, tanpa meninggalkan prinsip-prinsip jurnalisme. Karena, begitu cepatnya arus informasi masuk kepada masyarakat, sedangkan jurnalis media massa membutuhkan waktu untuk mengecek kebenarannya sebelum kemudian disampaikan kepada masyarakat.
Ia mengatakan, AJI bersama koalisi lainnya, seperti Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dan Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) berkolaborasi dalam cekfakta.com yang merupakan kolaborasi antarmedia untuk melawan berita palsu. Ia mengatakan, sudah ada beberapa media massa yang bergabung di dalamnya, termasuk Republika.
Sasmito menilai, kolaborasi ini sangat berperan dalam mengurangi disinformasi yang ada di masyarakat. “Republika.co.id sudah masuk, saya pikir kolaborasinya mungkin perlu lebih ditingkatkan. Republika bisa lebih mengambil peran untuk (meluruskan) hoaks terkait agama misalnya."
Membangun ekonomi syariah
Direktur Eksekutif Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah Ventje Rahardjo mengatakan, jurnalistik sangat relevan dan dibutuhkan, terlebih di tengah serbuan informasi hoaks di media sosial. Peran media penting sebagai rujukan untuk mencari berita-berita yang aktual dan dapat dipercaya.
Dia pun secara khusus mengapresiasi Republika yang secara konsisten menyajikan berita-berita terkait ekonomi dan keuangan syariah. Menurut dia, hal itu sangat penting dan bermanfaat untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap ekonomi syaraiah.
Ventje menilai, jurnalisme Islam yang dijalankan oleh Republika sejauh ini sudah sesuai dengan yang diharapkan.
"Republika selalu menyampaikan berita jurnalisme Islam secara akurat dan real time," katanya.
Ia berharap, Republika konsisten mengangkat pemberitaan soal perekonomian syariah, isu Palestina dan Rohingya, isu-isu pemberdayaan masjid, dan lainnya. Tentunya, dengan tetap netral dan tidak berkepentingan, kecuali untuk negara dan bangsa.
Keberpihakan Republika terhadap perkembangan ekonomi syariah tak hanya ditunjukkan melalui pemberitaan. Republika setiap tahun menggelar Anugerah Syariah Republika yang merupakan ajang penghargaan bagi pihak-pihak yang berkontribusi pada kemajuan ekonomi syariah. Pada 2021, Republika memberikan penghargaan pada 38 kategori mulai dari sektor keuangan syariah, keuangan sosial syariah, dan industri halal.
Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia yang juga Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi berharap, Republika dapat terus membantu upaya peningkatan literasi dan inklusi syariah di Tanah Air melalui pemberitaan. Sehingga, cita-cita pemerintah agar Indonesia menjadi pusat ekonomi syariah dunia dapat tercapai.
"Semoga, Republika semakin sukses dan terus berkontribusi terhadap pengembangan dan pembangunan generasi bangsa melalui penyampaian informasi yang berkualitas," katanya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.