Kabar Utama
Omikron Lokal Terdeteksi
Pelacakan dan penelusuran harus digencarkan.
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan satu kasus transmisi lokal perdana Covid-19 melalui varian omikron. Pelacakan dan penelusuran masih dilakukan guna mengetahui sebaran lokal omikron tersebut.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, menuturkan, yang bersangkutan merupakan pria asal Medan, Sumatra Utara. Ia tak punya riwayat perjalanan luar negeri beberapa bulan belakangan, juga tak melakukan kontak dengan 46 pasien omikron yang sejauh ini telah terdeteksi.
Nadia Tarmizi mengungkapkan, pasien itu bersama istri tiba di Jakarta pada Senin (6/12). "Dari data yang ada, yang bersangkutan tiba Senin (6/12), dan pada Jumat (17/12) sempat mengunjungi sebuah restoran di SCBD, Jakarta (Selatan). Pada Ahad (19/12) saat melakukan tes antigen untuk kembali ke Medan yang bersangkutan dinyatakan positif," kata Nadia dalam konpres kemarin.
Kemudian, pada Senin (20/12), yang bersangkutan kembali dinyatakan positif setelah menjalani tes PCR STGF. Selanjutnya, hasil sampel yang bersangkutan dikirim ke laboratorium, dan dikonfirmasi omikron pada Ahad (26/12) setelah dilakukan whole genome sequencing (WGS).
Menurut Nadia Tarmizi, ada kemungkinan transmisi lokal varian baru yang sangat menular ini juga sudah terjadi di tempat lain. "Walaupun baru ada satu kasus transmisi lokal yang kita temukan, tapi tidak menutup kemungkinan ada transmisi lokal di tempat lainnya," kata dia.
Nadia menjelaskan, kemungkinan adanya transmisi lokal di tempat lain karena pria 37 tahun itu belum diketahui pasti di mana tertular omikron. Bisa jadi dia tertular di Medan ataupun di Jakarta. "Kita sedang lakukan kontak tracing kasus lokal ini," ujarnya.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta sejauh ini sudah berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata DKI Jakarta untuk melakukan tracing di tempat yang bersangkutan datangi, yakni di SCBD serta di sekitar tempat tinggalnya.
Petugas gabungan juga melakukan penjemputan pasien di apartemen Green Bay Condo, Pluit Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa. Informasi yang diterima awak media, petugas gabungan dari Polres Metro Jakarta Utara dan Koramil 0502 JU serta petugas medis, bersama-sama melakukan penjemputan.
"Jadi memang awalnya yang bersangkutan menolak untuk dilakukan evakuasi, tapi saat ini sudah cukup kooperatif dan sudah berkenan juga untuk melakukan pemeriksaan swab ulang," kata Nadia Tarmizi.
Pasien lalu dibawa ke RSPI Sulianti Saroso di Jakarta Utara karena merupakan pasien perdana penularan lokal. RSPI Sulianti Saroso jauh lebih baik terkait isolasi dibandingkan RSDC Wisma Atlet. Fasilitas di RSPI juga memungkinkan analisis pola-pola klinis dari varian omikron transmisi lokal ini.
Kapolsek Penjaringan Ajun Komisaris Besar Febri Isman Jaya mengungkapkan, sedianya penjemputan direncanakan pada Senin (27/12) malam. Hal itu setelah kepolisian diinformasikan pihak puskesmas kecamatan.
"Sebenarnya dari semalam dijemput cuma karena situasi untuk evakuasi sudah malam. Takutnya kita kan harus steril, harus pakai APD segala macam, enggak serta merta kita jemput," kata Febri.
”Beliau hanya minta waktu, beliau makan dulu, mandi dulu, baru siap-siap," ujar dia melanjutkan
Varian omikron mulanya dideteksi dan diumumkan keberadaannya di Afrika Selatan pada 24 November lalu. Sejak itu, varian ini jauh lebih lekas menyebar dari varian-varian sebelumnya.
Sejauh ini varian tersebut telah menyebar di 104 negara. Sejak 25 Desember, varian itu juga memicu rekor kasus harian di AS (243.099 kasus), Inggris (122.186), Prancis (104.661), dan Denmark (16.164).
Kementerian Kesehatan mengonfirmasi kasus pertama omikron pada 15 Desember 2021 yang mendera seorang petugas kebersihan RSDC Wisma Atlet. Ia tertular warga negara Indonesia (WNI) yang tiba dari Nigeria pada 27 November dan dikarantina di RSDC. Dengan kasus kemarin, sejauh ini telah 47 kasus omikron terdeteksi di Tanah Air. Sebagian besar pada WNA dan WNI yang tiba dari luar negeri.
Guru Besar FKUI Tjandra Yoga Aditama menilai, temuan transmisi lokal ini menunjukkan perlunya pengawasan lebih ketat. Hal itu juga mengindikasikan bisa jadi ada pengunjung dari negara terjangkit yang masuk pada 9-29 November lalu dan hanya dikarantina tiga hari tanpa terdeteksi membawa omikron.
"Mudah-mudahan saja semua sudah diperiksa dan memang tidak ada penularan," katanya.
Ia menekankan, penularan lokal di masyarakat harus dibatasi sedapat mungkin. Kegiatan tes dan telusur harus dilakukan maksimal seperti saat gelombang kedua mendera pada Juni dan Juli 2021 lalu.
Penggunaan aplikasi PeduliLindungi untuk penelusuran juga harus dilakukan. Kesiapan fasilitas kesehatan juga harus diperkuat sejak sekarang. Mulai dari pelayanan kesehatan primer seperti puskesmas sampai ke rumah sakit rujukan tertinggi.
"Untuk masyarakat luas, 3M dan 5M harus diberlakukan dengan ketat. Kalau ada kecurigaan kontak maka segera memeriksakan diri, jangan malah takut ketahuan positif," katanya.
Daerah Diminta Siaga
Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin mengingatkan pemerintah daerah untuk melakukan antisipasi ketat terhadap penyebaran varian omikron ke wilayahnya. Ini setelah perkembangan terbaru ditemukan transmisi lokal varian omikron di Indonesia.
Wapres mengatakan, dalam sidang kabinet terakhir, pemerintah daerah sudah diingatkan untuk menyiapkan skenario jika terjadi transmisi lokal omikron. "Dan pemda sudah diinstruksikan untuk bersiap kemungkinan terjadinya transmisi lokal, kemarin sudah 46 terkonfirmasi sehingga harus antisipasi ketat," ujar Wapres di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (28/12).
Wapres menegaskan, omikron ini termasuk varian yang penularannya sangat cepat. Karena itu, dalam rapat terakhir dengan Presiden Joko Widodo juga ditekankan upaya pengetatan di beberapa hal. Mulai dari kedatangan pelaku perjalanan dari luar negeri yang harus benar-benar diperketat.
Pemerintah juga berencana melakukan upaya karantina lebih selektif. "Kita sedang melakukan upaya karantina, apakah nanti lebih selektif, penyiapan di dalam negeri dan melarang WNI keluar negeri untuk sementara ini," kata Kiai Ma'ruf.
Wapres juga menekankan, semua masyarakat menerapkan protokol kesehatan secara ketat, terutama penggunaan masker dan percepatan vaksinasi. Untuk vaksinasi, mulai Januari, pemerintah akan memulai vaksin dosis ketiga atau booster kepada masyarakat umum.
"Begitu juga, penerapan PeduliLindungi. Tapi tidak ada kenaikan level masih seperti biasa dan tidak ada penyekatan, tapi pemeriksaan vaksinasi supaya mereka (memiliki kekebalan)," katanya.
Sementara itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menyatakan telah menyiagakan 1.300 bed atau tempat tidur isolasi Covid-19. Fasilitas isolasi IPB University juga akan diaktifkan kembali setelah sebelumnya dinonaktifkan selama dua bulan.
“Kapasitas rumah sakit 504 bed, tetapi sesuai komitmen jika terjadi lonjakan akan disiagakan sampai 1.300 bed lagi. Rumah sakit lapangan juga akan disiagakan,” ujar Retno, Selasa (28/12).
Meski bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit rujukan Covid-19 Kota Bogor ada di angka 2,5 persen, menurut dia, pemerintah kota tetap waspada dan menyiagakan 3T (tracing, testing, treatment). “Semua tetap siaga dan waspada. Edukasi prokes ke masyarakat terus dilakukan, disiplin prokes tetap yang utama. Karena itu, yang menjadi tameng,” kata Retno.
Alat tes terbatas
Juru bicara Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi menerangkan, hingga saat ini pemeriksaan PCR S-Gene Target Failure (STGF) untuk mendeteksi varian omikron masih terbatas. PCR STGF baru disebar di setiap pintu masuk negara guna mempercepat deteksi varian omikron.
"Jadi, nanti tentu ada hal-hal yang terkait dengan kecurigaan," kata Nadia dalam konferensi pers secara daring, Selasa (28/12).
Adapun, untuk mencurigai varian omikron, bisa dilihat dari CT Value hasil tes PCR yang sangat rendah, atau bila ada CT Value tinggi, tapi tidak ada gejala klinis. "Jadi ini nanti tetap sesuai aturan pemeriksaan untuk whole genome sequencing (WGS) pada kasus-kasus yang dicurigai itu bisa dilakukan pemeriksaan SGTF kalau memang fasilitasnya ada," kata Nadia.
Nadia menambahkan, untuk kasus-kasus pelaku perjalanan internasional, bila terkonfirmasi positif, langsung akan dilakukan pemeriksaan WGS atau SGTF. Namun, untuk kasus transmisi lokal, masih berbasiskan kasus-kasus yang dicurigai. "Dan berdasarkan sampling 5-10 persen dari resimen yang ada di puskesmas dan rumah sakit," kata dia.
Menurut Nadia, hal terpenting saat ini adalah harus adanya kesadaran bagi para pelaku perjalanan untuk melakukan pemeriksaan PCR atau rapid antigen usai melakukan perjalanan. “Karena ini menjadi penting untuk selanjutnya kita bisa segera membatasi penularan omikron ini lebih lanjut," kata Nadia.
Juru bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito menerangkan, pada prinsipnya PCR STGF dapat mendetekasi gen yang umumnya berubah pada virus bervarian omikron, yang sulit ditangkap pada PCR kit biasanya. "Namun, umumnya PCR test masih efektif mendekteksi kasus positif," kata Wiku.
Nantinya pun, setiap orang yang terkonfirmasi positif menggunakan PCR STGF tetap akan divalidasi lagi menggunakan WGS. "Karena untuk mengidentifikasi omikron perlu dilakukan WGS," ujarnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.