Ekonomi
Menggiatkan Perusahaan Tambang untuk Dekarbonisasi
Dekarbonisasi merupakan kunci menuju energi hijau dan menjaga keberlangsungan bumi.
JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong pencapaian target penurunan emisi menuju Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Salah satunya dengan mendukung komitmen perusahaan tambang terhadap kegiatan dekarbonisasi pada aspek kegiatan usahanya.
"Komitmen perusahaan sektor energi lainnya terhadap dekarbonisasi terus kami dorong, termasuk di sektor pertambangan. Target penurunan emisi, juga menjaga lingkungan yang berkelanjutan menjadi tanggung jawab bersama dari segenap pihak, baik di sektor energi juga sektor-sektor lainnya," ujar Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, Ahad (26/12).
Agung mengungkapkan, salah satu contoh upaya penurunan emisi gas rumah kaca ini juga telah dilakukan anggota holding Mining Industry Indonesia (MIND ID) yang terdiri dari PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero), dan PT Timah Tbk.
Sebagaimana disampaikan sebelumnya oleh Direktur Hubungan Kelembagaan MIND ID, Dany Amrul Ichdan MIND ID berkomitmen mencapai target penurunan emisi dari sektor energi dan Industrial Process and Product Uses (IPPU) sebesar 15,8 persen pada 2030 dan mendukung aspirasi net zero Pemerintah Indonesia Tahun 2060.
"Program dekarbonisasi merupakan perwujudan dari salah satu pilar sustainability pathway yaitu environment and climate change," ujarnya dalam diskusi dengan media (15/12).
Dany menjelaskan, pada 2019, MIND ID mencatat emisi gas rumah kaca yang berasal dari penggunaan bahan bakar fosil seperti batubara dan marine fuel oil untuk proses pengolahan, dan bahan bakar diesel untuk kendaraan proyek/alat berat. Kegiatan ini menghasilkan 2,8 juta ton CO2e. Sementara emisi dari penggunaan listrik yang bersumber dari grid PLN untuk kegiatan operasi dan produksi dengan menghasilkan 0,1 juta ton CO2e.
Mendukung pengurangan emisi, lanjut Dany, peralihan bahan bakar dari marine fuel oil (MFO) ke LNG juga akan dinisiasi oleh PT ANTAM Tbk dan PT Timah Tbk, total pengurangan diperkirakan 121.700 tCO2e/tahun. "Sementara itu Carbon Offset (Solusi berbasis alam) yang dilakukan oleh PT Bukit Asam Tbk dan PT Timah Tbk yang dapat menurunkan emisi GRK secara total sebesar 470.807 tCO2e/tahun," ungkapnya.
Program lainnya yakni pengembangan fasilitas penanganan batubara stasiun pemuatan kereta api PT Bukit Asam Tbk yang dapat mengurangi emisi GRK sebesar 21.000 tCO2e/tahun dan implementasi bus listrik yang dapat mengurangi emisi GRK sebesar 100 tCO2e/tahun. Sedangkan di PT INALUM (Persero) dilakukan pengembangan CPC dan unit kilang alumina yang berdekatan dengan Perusahaan.
Upaya ini dapat menurunkan emisi GRK sebesar 8.011 tCO2e/tahun termasuk menjajaki peluang 'step-out' dengan mendorong pengembangan desain baru pot reduction untuk meningkatkan efisiensi saat ini yang juga dapat mengurangi emisi GRK sebesar 12,873 tCO2e/tahun.
"Selain inisiatif di atas, inisiasi penggunaan energi terbarukan yaitu Solar PV untuk listrik saat ini sedang dikembangkan oleh Grup MIND ID. Grup MIND ID juga sedang menjajaki elektrifikasi, CCUS dan penambangan lithium karbonat tingkat baterai untuk mendukung kendaraan listrik," pungkas Dany.
Adaro investasi smelter aluminium
PT Adaro Energy Tbk melalui PT Adaro Aluminium Indonesia menandatangani surat pernyataan maksud investasi sebesar 728 juta dolar AS untuk membangun smelter aluminium di Kawasan Industri Hijau Indonesia yang sedang dibangun oleh PT Kalimantan Industrial Park Indonesia.
Wakil Presiden Direktur Adaro Energy Ario Rachmat menjelaskan, langkah ini dilakukan Adaro sebagai bagian dalam transformasi bisnis melalui green initiative. Selain itu, langkah ini juga dilakukan Adaro untuk mendukung pemerintah dalam program energi hijau dan meningkatkan hilirisasi.
"Kami melakukan investasi untuk membangun smelter aluminium guna mendukung program hilirisasi industri yang dicanangkan pemerintah. Melalui investasi ini, kami berharap dapat membantu mengurangi impor aluminium, memberikan proses dan nilai tambah terhadap alumina, serta meningkatkan penerimaan pajak negara,” ungkap Ario melalui keterangan tertulis pada Kamis (23/12).
Ario berharap keberadaan industri aluminium di Kalimantan Utara dapat mendatangkan investasi lanjutan dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. Untuk mengembangkan industri ini, Adaro juga akan menggandeng mitra kerja dari luar negeri yang sudah memiliki rekam jejak, pengalaman, teknologi terkini, dan pengetahuan secara menyeluruh dalam industri aluminium.
“Kami optimistis permintaan dunia atas produk aluminium akan terus meningkat, terutama untuk kabel, baterai, dan sasis. Kami juga berharap pada masa mendatang, industri lainnya seperti industri panel surya dan mobil listrik yang membutuhkan aluminium, juga bisa diproduksi di sini,” ujar Ario.
View this post on Instagram
Dalam tahapan proses produksi dan pengembangan selanjutnya, smelter aluminium Adaro juga akan memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT) dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan standar konstruksi modern yang ramah lingkungan dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Sebelumnya, Adaro juga telah membeli 3,7 persen saham PT Cita Mineral Investindo Tbk. Dengan aksi korporasi tersebut, Adaro menekankan upaya diversifikasi usaha dengan melirik potensi bisnis mineral.
Head Of Corporate Communication Adaro Energy, Febriati Nadira, menjelaskan, perseroan memilih berinvestasi kepada Cita Mineral Investindo dengan alasan bisnis metallurgical grade bauxite dan smelter grade alumina merupakan bisnis yang menjanjikan dalam jangka panjang. Dalam menjalankan aksi korporasi tersebut, Adaro merogoh kocek senilai Rp 358,76 miliar.
"Perusahaan melihat perbaikan perekonomian global dan peningkatan harga komoditas. Selain itu, pembelian saham ini merupakan bagian dari diversifikasi aset nontambang Adaro," ujar Febriati.
Aksi korporasi ini, kata Febriati, berasal dari kas internal perusahaan. Dia menjelaskan, Adaro saat ini memiliki posisi keuangan dan tingkat likuiditas yang relatif cukup baik. Dengan demikian, kata dia, perseroan memiliki fleksibilitas untuk melakukan investasi keuangan terukur pada instrumen yang memiliki tingkat profil risiko yang lebih tinggi.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.