Internasional
Cina Lockdown Xi'an
Ini lockdown terketat Cina sejak mereka mengunci 11 juta penduduk Wuhan.
BEIJING -- Pemerintah Cina pada Rabu (22/12) memerintahkan lockdown atau penguncian terhadap 13 juta orang di lingkungan dan tempat kerja di Kota Xi'an. Cina diketahui sudah menemukan kasus Omickon di tiga provinsi.
Semua penduduk di Xi’an yang berjumlah 13 juta orang dilarang meninggalkan rumah mereka, kecuali untuk membeli bahan pokok atau keadaan darurat. Semua perjalanan dari dan ke kota tersebut ditangguhkan. Jika ada kebutuhan mendesak untuk bepergian ke sana dan sebaliknya, diperlukan izin resmi.
Perintah penguncian itu mulai berlaku pada Rabu tengah malam. Satu orang dari setiap rumah tangga akan diizinkan keluar setiap dua hari untuk membeli kebutuhan rumah tangga. Belum diumumkan berapa lama lockdown di Xi’an bakal diberlakukan.
Itu merupakan lockdown terketat yang pernah diterapkan Cina sejak mereka mengunci 11 juta penduduk Wuhan pada awal 2020. Mengingat lockdown di Xi’an sangat ketat, hal itu memicu kekhawatiran masyarakat yang memiliki sanak saudara di wilayah itu.
“Saya sudah lama tidak takut dengan epidemi, tapi kali ini berbeda karena anak saya masih di Xi’an,” kata seorang warga Cina di media sosial Weibo, dikutip laman the Guardian.
Unggahan di media sosial menunjukkan warga Xi'an dengan panik membeli pasokan bahan makanan dan produk rumah tangga dalam jumlah besar. Pemerintah mengatakan, pasokan kebutuhan pangan akan dikirimkan pada Kamis (23/12).
Infeksi Covid-19 di Xi’an dilaporkan telah menyebar ke 14 distrik di sana. Namun, pemerintah belum melaporkan adakah varian Omikron yang ditemukan.
Varian omikron menyebar cepat di sejumlah negara. Pada Kamis, lembaga kesehatan Italia yaitu National Health Institute (ISS) mengatakan, hingga 20 Desember kasus omikron sudah sebanyak 28 persen dari seluruh kasus Covid-19.
Pada Kamis, Menteri Kesehatan Yunani Thanos Plevris melarang perayaan umum Natal dan tahun baru. Ia juga mewajibkan pemakaian masker saat berada di tempat umum. Aturan ini berlaku mulai Jumat (24/12) pagi.
"Kami terus memonitor kasus, untuk mengetahui apakah setelah delta ada penyebaran omikron," kata Plevris.
WHO peringatkan booster
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyoroti keputusan berbagai negara yang memberikan vaksin Covid-19 dosis booster kepada warganya dalam merespons penyebaran Omicron. Menurutnya, hal itu bakal memperdalam ketimpangan distribusi vaksin dan berisiko memperpanjang pandemi.
“Program booster cenderung memperpanjang pandemi Covid-19 daripada mengakhirinya. Dengan mengalihkan pasokan (vaksin) ke negara-negara yang sudah memiliki cakupan vaksinasi tingkat tinggi, memberi virus lebih banyak kesempatan untuk menyebar dan bermutasi,” kata Ghebreyesus kepada awak media, Rabu.
“Penting untuk diingat bahwa sebagian besar rawat inap dan kematian terjadi pada orang yang tak divaksinasi, bukan orang yang belum memperoleh booster,” ujarnya.
Ghebreyesus juga menekankan, semua pihak harus mengambil tindakan pencegahan apa pun yang diperlukan guna mencegah penyebaran Omicron saat memasuki masa liburan Natal dan tahun baru. “(Dosis) booster tidak dapat dilihat sebagai tiket untuk melanjutkan perayaan yang direncanakan,” ucapnya.
Tim ahli PBB yang tergabung dalam Strategic Advisory Group of Experts (SAGE) mengungkapkan, setidaknya 126 negara di seluruh dunia sudah mengeluarkan rekomendasi tentang vaksinasi Covid-19 dosis booster. Sebanyak 120 di antaranya sudah menerapkan program tersebut.
“Belum ada negara berpenghasilan rendah yang memperkenalkan program vaksinasi booster,” kata mereka.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.