Nasional
Booster, Berguna tapi Belum Etis
Penerbangan ke Saudi disebut boleh tanpa booster.
JAKARTA -- Epidemiolog Masdalina Pane mengatakan, vaksinasi Covid-19 dosis penguat atau booster sangat berguna. Namun, pemberian booster saat ini masih belum etis.
Masdalina mengatakan, prinsip dasar dari vaksin, yakni equity, equality, dan nondiskriminatif. "Kalau karena ada uang menghalangi orang lain akses terhadap vaksin, ya, itu tidak etis," kata dia kepada Republika, Selasa (30/11).
Epidemiolog Dicky Budiman juga mengatakan tidak tepat pernyataan bahwa booster tidak berguna jika kekebalan kelompok belum terbentuk. "Data yang ada baik dari Israel atau Amerika, booster bermanfaat bagi individu dan kelompok rawan itu terlihat di dunia nyata," kata Dicky
Dicky menjelaskan, booster bertujuan membantu orang mempertahankan tingkat kekebalan yang lebih lama. Namun, pemberian booster juga harus sesuai dengan prinsip pemberian vaksin dalam masa pandemi, yakni menjamin kesetaraan dan akses yang merata untuk semua penduduk tanpa diskriminasi.
Vaksinolog yang juga dokter spesialis penyakit dalam dr Dirga Sakti Rambe mengatakan, booster diperlukan khususnya untuk orang-orang berisiko tinggi seperti lansia dan orang dengan komorbid. Namun, Dirga mengatakan, masyarakat tidak perlu tergesa-gesa mengejar vaksin booster alias dosis penguat. Sebab, memperluas dan memperbanyak cakupan vaksin Covid-19 lebih penting daripada kekebalan yang terpusat pada satu orang.
"Yang mengendalikan pandemi adalah kekebalan komunitas, bukan individu," kata dokter yang aktif mengedukasi masyarakat soal vaksin Covid-19.
Sebelumnya, Ketua Bidang Data dan IT Satgas Penanganan Covid-19 dr Dewi Nur Aisyah mengatakan, vaksin booster akan percuma apabila kekebalan kelompok belum terbentuk. Selain itu, vaksin booster tidak bisa menghentikan penularan virus di masyarakat.
Berdasarkan hasil riset, vaksin dapat mencegah orang dari gejala berat Covid-19. Vaksin juga dapat menghindari risiko kematian hingga 95 persen ketika orang terinfeksi SARS-CoV-2 atau virus penyebab penyakit wabah tersebut.
Sementara, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkap aturan terbaru penerbangan ke Arab Saudi dari Indonesia. Mulai 1 Desember 2021, penerbangan Indonesia bisa langsung ke Arab Saudi. "Per 1 Desember 2021, penerbangan dari Indonesia dan lima negara lain bisa langsung ke Arab Saudi," ujar Wiku dalam konferensi pers, Selasa (30/11).
Wiku menjelaskan, dalam aturan terbaru juga tidak lagi disyaratkan WNI harus sudah menerima vaksin dosis ketiga atau booster untuk masuk ke Saudi. "Namun demikian, pengunjung yang diizinkan masuk ke Arab Saudi tetap harus mematuhi protokol kesehatan dengan menjalani karantina institusional selama lima hari," kata Wiku.
Wiku mengatakan, Pemerintah Indonesia akan selalu menjaga hubungan baik antarnegara dengan mematuhi aturan perjalanan yang berlaku di masing-masing negara. "Pemerintah Indonesia sangat prihatin atas kenaikan kasus Covid-19 di berbagai negara, khususnya akibat merebaknya varian omikron ini," katanya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.