Pemilik UMKM hidrofarm, Arief (kanan) melakukan perawatan tanaman sayuran di Padang, Sumatra Barat, Selasa (9/11/2021). Arief mengembangkan usaha dengan memanfaatkan program kredit mikro tanpa riba bagi UMKM dari Bank Syariah Indonesia (BSI). | ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Opini

Komitmen untuk Ekonomi Syariah

Momentum G-20 akan digunakan untuk mempromosikan ekonomi dan keuangan syariah.

ARIEF ROSYID HASAN; Ketua Komite Pemuda PP MES, Wakil Kepala BES Kadin Indonesia

Dalam wawancara eksklusif Republika, Kamis (11/11), Presiden Joko Widodo menegaskan komitmennya bahwa Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia harus memperkuat brand tersebut.

Momentum G20 akan digunakan untuk mempromosikan ekonomi dan keuangan syariah karena perkembangannya tidak lagi hanya di negara-negara Muslim tetapi juga di Korea Selatan, Inggris, Australia, dan lainnya.

Seperti kita tahu, Ahad, 31 Oktober 2021 bersejarah bagi kita. Untuk pertama kalinya, Indonesia memperoleh kepercayaan meneruskan estafet presidensi G20 pada 2022. Penyerahan presidensi ini menutup pelaksanaan KTT G20 Roma di La Nuvola, Roma, Italia.

Secara simbolis, palu sidang diserahkan PM Italia Mario Dragh lalu Presiden Joko Widodo mengetukkan palu itu. Yang menarik pesan Presiden Jokowi, Presidensi G20 Indonesia mendorong upaya bersama untuk pemulihan ekonomi dunia dengan tema besar “Recover Together, Recover Stronger’’.

 
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sesuai konsep gotong royong sebagai nilai luhur kita yakni sharing the pain yang sesungguhnya sudah berlangsung sejak lama di masyarakat Indonesia.
 
 

Tema ini memiliki konsekuensi sangat besar pada pertumbuhan ekonomi yang inklusif, people-centered, serta ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Pesan substansial ini selain meneguhkan pentingnya membangun kolaborasi dan inovasi dari berbagai negara, juga mengingatkan kepada pemimpin dunia agar agenda KTT G20 tidak sekadar seremonial.

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sesuai konsep gotong royong sebagai nilai luhur kita yakni sharing the pain yang sesungguhnya sudah berlangsung sejak lama di masyarakat Indonesia.

Nilai ini yang harus meluas kepada masyarakat dunia pada momentum KTT G20 tahun depan di Bali, Indonesia.

Pandemi Covid-19 yang memukul hampir semua sektor ekonomi dan kesehatan di seluruh negara, membawa hikmah begitu besar pada agenda mendesak yakni membangun kesadaran untuk jalan dan bangkit bersama.

Berbagai diksi soal bantu-membantu, tolong-menolong, kolaborasi dan lainnya terus muncul ke permukaan selama hampir dua tahun kita hidup di tengah pandemi.

 
Berbagai diksi soal bantu-membantu, tolong-menolong, kolaborasi dan lainnya terus muncul ke permukaan selama hampir dua tahun kita hidup di tengah pandemi.
 
 

Ini sekaligus mengonfirmasi gagasan Bung Karno yang melenting jauh ke depan sejak 1 Juni 1945, bahwa inti Pancasila adalah gotong royong.

Bahkan di tengah situasi krisis ini, era yang sering kita sebut dengan VUCA (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity), gotong royong bagai suluh di tengah gelap, tidak hanya untuk Indonesia juga dunia.

Sejalan ekonomi syariah

Lalu apa hubungan Presidensi G20 dan legacy ekonomi syariah oleh Presiden Jokowi? Seperti kita ketahui bersama, komitmen dan keberpihakan Presiden Jokowi pada membangun ekosistem ekonomi syariah di Indonesia begitu besar.

Sejak awal terpilih sebagai presiden pada 2014, dibentuk Komite Nasional Ekonomi Syariah (KNKS) kemudian di awal periode kedua 2020 disempurnakan menjadi Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS).

KNEKS dipimpin langsung Presiden Jokowi dan Wakil Presiden KH Mar’uf Amin. Menkeu Sri Mulyani sebagai sekretaris juga diamanahi Ketum Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI)) dan Menteri BUMN Erick Thohir sebagai Ketum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES).

Di tangan Erick, tiga bank syariah milik pemerintah dijadikan satu yakni Bank Syariah Indonesia  (BSI) yang akan masuk lima besar bank di Indonesia dan 10 besar bank syariah global.

Indonesia sebagai negara Muslim terbesar, sekitar 12,5  persen dari total Muslim dunia, pelan-pelan menunjukkan hasilnya dengan meraih peringkat pertama Islamic Finance Country Index (IFCI) pada Global Islamic Finance Report 2021.

 
Di tangan Erick, tiga bank syariah milik pemerintah dijadikan satu yakni Bank Syariah Indonesia  (BSI) yang akan masuk lima besar bank di Indonesia dan 10 besar bank syariah global.
 
 

Hasil ini diperoleh karena Indonesia memiliki sektor keuangan sosial Islam paling dinamis di antara seluruh negara di dunia. Pencapaian ini menjadi modal besar kita sebagai bagian dari rencana ekonomi global untuk mendukung pemulihan ekonomi pascapandemi.

Capaian Indonesia memuncaki IFCI ini merupakan pemeringkatan kondisi perbankan dan keuangan syariah dari berbagai negara dan sangat penting artinya dalam konteks nasional dan internasional.

Tak cukup sampai di situ, secara bersama-sama kita perlu terus mengungkit pengembangan industri keuangan sosial syariah dan mendukung pembiayaan hijau yang sejalan dengan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Jika dilihat lebih dalam, maqasidh syariah dan triple bottom line (3Ps) dalam SDGs ternyata sejalan. People sejalan dengan menjaga agama, jiwa, dan pikiran. Profit dengan menjaga harta dan planet dengan menjaga keturunan.

Turunannya seperti prinsip bagi hasil, menjauhi riba, menghindari usaha yang spekulatif, dan setiap transaksi harus berdampak pada sektor riil.

Masa kini dan masa depan

Secara natural, ekonomi dan keuangan syariah adalah ekonomi masa kini sekaligus masa depan.  Masa kini karena di tengah situasi serbamenantang akibat pandemi Covid-19, industri perbankan syariah menunjukkan kinerja lebih baik daripada perbankan nasional.

 
Secara natural, ekonomi dan keuangan syariah adalah ekonomi masa kini sekaligus masa depan. 
 
 

Aset perbankan syariah sampai dengan Agustus 2021 mencapai Rp 635 triliun, tumbuh 15,29 persen yoy, pembiayaan tumbuh 7,67 persen yoy menjadi Rp 408 triliun, dan DPK tumbuh 14,78 persen yoy menjadi Rp 501 triliun.

Ekonomi dan keuangan syariah sebagai masa depan karena sejalan dengan agenda SDGs sehingga dapat disimpulkan harus menjadi motor dalam pencapaian target-target SDGs di Indonesia yang mampu menginspirasi dunia.

Inilah poin penting yang harus didorong serius oleh Pemerintah Indonesia dalam mengemban amanah sebagai Presidensi G20 sejak ditetapkan hingga pelaksanaan KTT G20 Indonesia di Bali pada 2021.

Tentu saja, kini sebagai pemegang tampuk kepemimpinan tersebut, Indonesia harus menunjukkan komitmennya secara serius dalam mewujudkan prinsip utama SDGs “No One Left Behind”.

Prinsip itu harus mampu menjawab masalah keadilan prosedural yakni sejauhmana seluruh pihak terlibat dalam keseluruhan agenda pembangunan dan masalah keadilan substansial yakni sejauhmana agenda pembangunan mampu menjawab persoalan warga.

Meningkatkan kesejahteraan dan memerangi kemiskinan sebagai kunci dari penyelesaian dua masalah di atas dapat diurai dengan penguatan lembaga ekonomi dan keuangan syariah.

Bank syariah sebagai lembaga intermediari penghimpun dan penyaluran dana, dapat berkontribusi melalui pembiayaan produktif yang dapat membantu untuk mendapatkan modal usaha dengan akad bagi hasil.

 
Meningkatkan kesejahteraan dan memerangi kemiskinan sebagai kunci dari penyelesaian dua masalah di atas dapat diurai dengan penguatan lembaga ekonomi dan keuangan syariah.
 
 

Ekonomi dan keuangan syariah, juga memiliki instrumen sosial seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf yang mampu digunakan untuk mengentaskan kemiskinan dan memperkecil jarak di antara tingkatan pendapatan masyarakat.

Potensi yang mencapai Rp 500 triliun tetapi hanya mampu terealisasi sekitar Rp 75 triliun inilah yang kini menjadi fokus yang dikerjakan salah satunya oleh BSI dalam membangun ekosistemnya.

BSI sebagai satu-satunya bank yang dideklarasikan keberadaannya di Istana Presiden oleh Presiden Jokowi, Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin, Menteri BUMN Erick Thohir harus memaksimalkan peran dalam mengorkestrasi potensi umat Islam di Indonesia.

Puluhan ribu pesantren, ratusan ribu masjid, potensi haji dan umrah, dan yang lain harus dimobilisasi sebesar-besarnya untuk kemajuan umat dan bangsa. Semoga! 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat