Inovasi
Integrasi Blockchain dengan Industri Halal
Di industri halal, blockchain sudah dimanfatkan untuk penerapan sertifikasi halal.
Blockchain memang belum akrab di telinga publik, namun sejatinya teknologi ini sudah mulai banyak digunakan. Tak hanya oleh industri keuangan, tapi juga sektor industri lainnya.
PT Telkom Indonesia menyatakan, dalam beberapa tahun terakhir, teknologi blockchain semakin mendapat tempat di masyarakat. Sebelumnya, teknologi itu hanya digunakan pada sektor finansial.
"Sekarang banyak peminatnya. Terutama masyarakat yang memperhatikan tumbuhnya aset digital seperti kripto. Sehingga perlu ditelaah //blockchain// dasarnya seperti apa," ujar Deputy EVP Digital Technology & Platform Business Ery Punta dalam webinar bertema How Blockchain Leverages Syariah, Sabtu (27/11).
Menurutnya, blockchain merupakan teknologi untuk membangun sistem kepercayaan dan keadilan. Oleh karena itu, teknologi ini sejalan dengan napas perkembangan ekonomi, khususnya ekonomi syariah.
"Relate dengan prinsip ekonomi syariah yang mengutamakan keadilan dalam bertransaksi. Dari sisi teknologi blockchain, sebagai platform bisnis, di Telkom kami dukung untuk gali dan siapkan satu forum untuk bertukar ilmu dan informasi," tuturnya.
Ia berharap, transformasi digital bisa terus didorong serta dimanfaatkan seluruh pihak. Mulai dari, sektor swasta, dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). "Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, kita berharap ekonomi syariah jadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia," jelas Ery.
Executive Director Indonesia Blockchain Society M James menambahkan, blockchain hukumnya mubah atau boleh serta bersifat netral. Jadi tidak ada blockchain konvensional atau syariah seperti kategori pada perbankan.
Sementara, Kepala Divisi Rantai Nilai Halal Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Umar Aditiawarman menyatakan, blockchain dapat diintegrasikan dengan industri halal. Hanya saja, desain dan sistemnya harus dipastikan sesuai.
"Blockchain bisa selesaikan masalah, tapi nggak semua. Kalau desain serta sistemnya nggak benar, malah menimbulkan masalah," ujar dia dalam kesempatan serupa.
Ia menjelaskan, selama ini blockchain sudah mendukung industri finansial, padahal teknologi ini juga bisa dimanfaatkan oleh industri lain termasuk industri halal. Misalnya untuk supply chain, sertifikasi, autentifikasi, maupun industri layanan kesehatan.
Menurut Umar, idealnya pemanfaatan blockchain dipilih karena lebih efisien, transparansi, dan meningkatkan sistem keamanan, supaya tidak dimanipulasi. “Tapi, perlu dilihat juga, seperti apa aplikasinya di lapangan? Apakah sudah siap?" ujarnya.
Hal itu, jelas dia, tak lepas dari aspek disrupsi yang ditimbulkan blockchain ketika mengintervensi suatu bisnis. Implementasinya, biasanya akan menimbulkan trasnformasi pada proses bisnis yang ada. "Jadi kalau sudah siap silakan gunakan," ujar dia.
Alasan tersebut, lanjut Umar, membuat banyak industri belum bisa menerima blockchain. Namun, bila suatu industri sudah memiliki sistem yang dewasa, blockchain bisa sangat membantu.
Di industri halal, sambungnya, sudah ada pemanfaatan teknologi blockchain. Di antaranya dalam penerapan sertifikasi halal yang memerlukan penelusuran sumber bahan baku, produksi, hingga profil pembeli.
Penelusuran inilah yang kemudian harus comply untuk industri halal. Konsep teknologi blockchain yang merupakan pencatatan pada buku besar, memungkinkan kebutuhan pada industri halal terpenuhi. “Ketika halal jadi mandatory, misal titik kritis pemotongan hewan, itu bisa di-capture agar tidak dimanipulasi," ia menjelaskan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.