Kabar Utama
Jokowi Dorong Ekosistem Mobil Listrik
Saat ini Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia.
JAKARTA -- Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya pembangunan ekosistem mobil listrik yang rendah emisi dan ramah lingkungan. Karena itu, pemerintah terus mendorong berbagai upaya untuk meningkatkan produksi mobil listrik (EV) maupun hibrida.
Hal ini disampaikan Presiden dalam keterangannya usai meninjau pameran Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS) di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City, Kabupaten Tangerang, Rabu (17/11). "Kita juga mendorong untuk produksi mobil listrik, produksi mobil hibrida, tetapi sekali lagi, yang semuanya harus ramah lingkungan," ujar Jokowi, dikutip dari siaran resmi Istana.
Pada pameran GIIAS tahun 2021 kali ini, Presiden juga meninjau sejumlah stan dari berbagai jenama otomotif. Pada sejumlah stan, Jokowi juga mencoba menumpangi beberapa mobil yang dipajang.
Selain itu, ia juga bertemu sejumlah CEO dari para produsen mobil yang hadir dalam pameran yang mengusung tema "Wheels to Move" tersebut.
"Tadi kita sudah bertemu dengan para CEO dan saya sampaikan apa yang menjadi concern kita dan apa yang harus kita lakukan bersama-sama untuk masa yang akan datang," kata Jokowi menambahkan.
Seusai peninjauan, Jokowi juga menyempatkan menjajal salah satu mobil listrik yang dipamerkan, yakni Mitsubishi Minicab Miev. Didampingi Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, ia tampak menyetir mobil listrik tersebut dengan memutari pelataran depan gedung ICE BSD City.
Senada dengan Presiden, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga menyatakan akan menggenjot investasi kendaraan listrik di Indonesia. Terlebih, saat ini Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia.
Luhut menjelaskan, peningkatan permintaan global terhadap EV juga akan mendongkrak permintaan nikel. Pada 2020, permintaan nikel primer global diperkirakan sekitar 2.250 kt Ni. Sektor baterai diperkirakan akan menjadi penentu paling signifikan dari pertumbuhan permintaan nikel pada masa mendatang.
“Permintaan baterai meningkat seiring dengan pertumbuhan permintaan EV. Pada 2027 pasar baterai dunia akan mencapai 777 GWh. Sedangkan, di Indonesia diperkirakan kebutuhan kapasitas baterai mencapai 9,8-11,9 GWh pada 2029-2030,” ujar Luhut, Rabu (17/11).
Luhut mengatakan, Indonesia berpotensi menjadi global supply chain hub untuk EV karena memiliki potensi mineral yang besar. Nikel, bauksit, dan tembaga adalah mineral kunci untuk pengembangan EV di Indonesia.
“Perlu investasi yang komprehensif untuk ekosistem EV di Indonesia. Ekosistem EV sangat kompleks dan besar, terdiri atas ekosistem-ekosistem, seperti bahan baku, manufaktur, penyediaan infrastruktur charging, dan sebagainya,” kata Luhut.
Pabrik sel baterai kendaraan listrik di Indonesia berkapasitas 10 GWh dengan total nilai investasi sebesar 1,1 miliar dolar AS. Angka itu setara dengan Rp 15,9 triliun (kurs Rp 14.500). Pembangunan pabrik ini hanya bagian dari total proyek konsorsium senilai 9,8 miliar miliar dolar AS.
Luhut juga menyampaikan, dalam beberapa waktu ke depan dia akan mengunjungi Morowali untuk melihat proses daur ulang baterai di sana. Diketahui bahwa kapasitas daur ulang di Morowali pada fase 1, yaitu 20 ribu ton/tahun dan fase 2 sebesar 40 ribu ton/tahun.
Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) ini memiliki luas sekitar 141.700m2 dengan total investasi sebesar 91 juta dolar AS.
Ia menekankan, Indonesia perlu investasi yang masif untuk pembangunan infrastruktur pengisian ulang baterai. Ditargetkan untuk pembangunan SPKLI pada 2030 mencapai 31.859 unit dan SPBKLU sebanyak 67 ribu unit. “Kekhawatiran kalian soal infrastructure charging ini sudah kami rencanakan, jadi jangan khawatir,” katanya menambahkan.
Luhut juga menjelaskan komitmen terhadap perubahan iklim, potensi nikel yang besar, dan mineral logam lainnya, serta ada ambisi serius untuk mewujudkan industri kendaraan listrik terintegrasi dari hulu hingga hilir menjadikan Indonesia memiliki potensi yang kuat dalam membangun ekosistem rantai pasokan global, baik untuk industri baterai maupun kendaraan listrik berbasis baterai. Investasi hijau adalah fondasi utama untuk mencapainya.
Terkait langkah menuju ekosistem ini, empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah membentuk holding baterai, Indonesia Battery Corporation (IBT) atau PT Industri Baterai Indonesia. Empat BUMN yang terlibat adalah BUMN Industri Pertambangan MIND ID (PT Indonesia Asahan Aluminium/Inalum), PT Aneka Tambang Tbk, PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero). Komposisi saham masing-masing sebesar 25 persen.
Dengan holding tersebut, ambisinya pada 2026 Indonesia bisa menguasai baterai kendaraan listrik Asia Tenggara. Sejauh ini, menurut Direktur Utama Indonesia Battery Corporation, Toto Nugroho, tengah dilakukan kajian bersama guna mencapai target tersebut.
Harapannya, pabrik Engineering Procurement Construction (EPC), baik dari HPAL (High Pressure Acid Leaching) dan RKEF (Rotary Kiln Electric Furnace), bisa beroperasi pada 2024. "Kami harapkan sebelum 2025 kita sudah ada produksi baterai," ujarnya dalam webinar kemarin.
Wakil Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo sebelumnya menyatakan, sejauh ini telah berdiri 47 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang beroperasi di seluruh Indonesia. Hingga akhir tahun nanti, akan ada 67 unit SPKLU yang beroperasi lagi. Selain itu, PLN juga menghadirkan produk home charging services yang disiapkan untuk memberikan kemudahan bagi konsumen.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia pekan lalu juga menekankan Indonesia tengah menargetkan hilirisasi industri kendaraan listrik. “Target Indonesia adalah menjadi salah satu negara pemain mobil listrik di dunia,” ujar Bahlil saat melakukan peninjauan langsung Paviliun Indonesia di Dubai Expo 2021.
Pada kesempatan itu, Kementerian Investasi/BKPM akan melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan Foxconn terkait rencana investasinya di Indonesia. Investasi perusahaan manufaktur komponen dan produk elektronik asal Taiwan ini nantinya akan masuk dalam produksi baterai listrik, mobil dan motor listrik, serta suku cadang peralatan komunikasi.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.