Nusantara
Sumbar Nihil Tambahan Kasus Positif Covid-19
Gubernur Sumbar mengingatkan masyarakat supaya tetap disiplin menjaga protokol kesehatan.
SUMBAR -- Sumatra Barat mencatat tak ada penambahan kasus baru positif Covid-19 pada Senin (15/11). Sementara, jumlah kesembuhan dilaporkan kembali bertambah dengan adanya empat pasien yang dinyatakan sembuh dan tidak ada yang meninggal dunia.
Ini merupakan pertama kalinya setelah lebih 20 bulan atau sejak pertama kali kasus konfirmasi positif Covid-19 ditemukan di Sumbar 26 Maret 2020. Gubernur Sumbar Buya Mahyeldi mengapresiasi capaian baik ini. Ia menyebut ini merupakan berkat kerja keras bersama semua pihak.
"Saya mengucapkan terima kasih pada semua pihak terkait penanganan Covid-19 di Sumbar. Kepada TNI Polri, Forkopimda, tenaga medis, tokoh-tokoh masyarakat dan seluruh masyarakat Sumbar sehingga kita bisa mencapai pada titik zero penambahan kasus positif," ujar gubernur melalui keterangan tertulis yang diterima Republika, Rabu (17/11).
Gubernur mengajak semua pihak untuk terus mendorong optimalisasi vaksinasi melalui gerakan Sumbar Sadar Vaksin (Sumdarsin) agar capaian vaksinasi bisa terus meningkat sehingga herd immunity bisa tercapai.
Mahyeldi juga mengingatkan masyarakat supaya tetap disiplin menjaga protokol kesehatan. "Jangan kendor. Sebab pandemi ini belum hilang. Dan jangan lupa vaksin bagi yang belum," ujar Mahyeldi.
Sebelumnya, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Sumbar, Jasman Rizal menerangkan, dari 196 sampel diperiksa tidak ada terkonfirmasi positif. Kesembuhan pasien Covid-19 setelah dua konversi negatif bertambah empat orang.
Data Dinas Kesehatan Sumbar per Senin (15/11) mencatat vaksinasi dosis 1 Sumbar sudah mencapai 2.066.578 suntikan atau 46,88 persen dari 4.408.509 sasaran vaksin.
Kota Padang Panjang menempati urutan teratas dengan jumlah vaksinasi 137,42 persen, diikuti Kota Bukittinggi 75,89 persen, Sawahlunto 72,59 persen. Kemudian diikuti Kota Solok 67,29 persen dan Kota Payakumbuh 64,15 persen.
Sementara, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia, mengatakan, ada sekitar 130 kasus baru di DKI pada kemarin. Menurut dia, 47 persennya atau sekitar 61 kasus adalah pekerja migran yang sedang menjalani masa karantina.
“Upaya kekarantinaan kesehatan ini sudah menjadi kebijakan Pemerintah Pusat untuk menangkal sebaran virus dari luar negeri ke wilayah Indonesia,” kata Dwi dalam keterangan tertulisnya, Rabu (17/11).
Dia mengatakan, setiap orang yang melakukan perjalanan ke luar negeri dan dinyatakan positif Covid-19, akan dilakukan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS). Pihaknya secara aktif melakukan pemeriksaan WGS untuk melihat adanya kemungkinan mutasi virus yang berbahaya atau variant of concern (VOC).
Sejauh ini pihaknya juga telah melakukan pemeriksaan WGS sebanyak 2.245 sampel. Sebanyak 54,3 persen hasil pemeriksaan WGS adalah mutasi virus yang berbahaya atau disebut VOC. “Sebanyak 93 persen VOC adalah varian Delta dan sub variannya, sisanya adalah varian Alpha, Beta, dan Kappa,” tutur dia.
Dwi menambahkan, sekitar 28 persen dari jumlah VOC menjangkiti usia di bawah 18 tahun, 62 persen menjangkiti usia 19-59, dan 10 persen pada usia 60 tahun ke atas. Merunut pada data Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, kata Dwi, sebaran kasus positif per Rabu kemarin berdasarkan wilayah, yaitu Jakarta Selatan 24 kasus (18,46 persen), Jakarta Utara 13 kasus (10 persen, Jakarta Timur 12 kasus (9,23 persen), Jakarta Barat 11 kasus (8,46 persen), Jakarta Pusat 9 kasus (6,92 persen), dan luar DKI Jakarta/pekerja imigran 61 kasus (46,92 persen).
“Kasus positif berdasarkan kelompok usia, yakni 0-18 tahun sebanyak 6,93 persen, 19-59 tahun 110 kasus (84,62 persen), dan 60 tahun ke atas 11 kasus (8,46 persen)” jelas dia.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.