Ekonomi
Kementan Serap 1 Juta Telur Ayam Peternak
Penyerapan telur menjadi upaya Kementan mendorong stabilisasi harga.
JAKARTA -- Kementerian Pertanian menyerap satu juta butir telur ayam ras dari peternak untuk membantu stabilisasi harga yang sedang anjlok. Upaya penyerapan langsung telur dari pemerintah merupakan strategi intervensi harga jangka pendek.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Nasrullah, mengatakan, penyerapan satu juta butir telur setara dengan 62,5 ton telur. Telur tersebut diserap dari para UMKM yang berada di sentra telur wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Lampung.
Pasokan telur yang diserap Kementan dibeli dengan harga Rp 19 ribu per kg dari berbagai sentra produksi. Hasil penyerapan tersebut bukan untuk dijual, melainkan diberikan kepada para PNS di lingkungan Kementan, yayasan, panti asuhan, serta berbagai pihak yang membutuhkan.
"Hari ini (kemarin) ada 30 ton telur ayam ras (yang kita serap) untuk selanjutnya dibagikan kepada seluruh karyawan sebagai bentuk upaya perbaikan gizi," kata Nasrullah di Jakarta, Senin (1/11).
Langkah penyerapan telur menjadi upaya cepat pemerintah mendorong stabilisasi harga. Harga telur ayam di tingkat peternak anjlok hingga di bawah acuan harga Rp 19 ribu-Rp 21 ribu per kg.
Sementara itu, harga di tingkat konsumen khususnya di wilayah Jakarta berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), berkisar Rp 19 ribu per kg. Harga tersebut jauh dari acuan harga di tingkat konsumen yang sebesar Rp 24 ribu per kg.
Nasrullah menyampaikan, pada saat harga telur di bawah harga acuan maka pemerintah akan bergerak untuk menyerap komoditas tersebut. Penyerapan telur dari peternak rakyat akan dilakukan terus oleh Kementan hingga harga membaik.
"Hal yang terpenting, kita dapat berupaya mengurangi efek fluktuasi harga yang menekan harga telur dan merugikan peternak," jelas Nasrullah.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengeklaim, saat ini harga telur ayam ras perlahan mulai naik. Ia menyebut, harga mulai menyentuh Rp 17 ribu per kilogram (kg) di tingkat peternak, mendekati level harga batas bawah acuan Kementan sebesar Rp 19 ribu per kg.
"Kita (Kementan) ambil 1 juta butir, ini langkah yang tidak mudah," kata Syahrul.
Ia memastikan, penurunan harga yang terjadi beberapa waktu terakhir murni karena permintaan masyarakat yang turun secara drastis. Pasalnya, tingkat produksi telur saat ini, menurut Syahrul, masih dalam kondisi normal seperti sebelum masa pandemi.
"Perencanaan kita pada 2021 sebanyak 5,52 juta ton produksi telur dan yang dikonsumsi 5,48 juta ton. Memang ada kelebihan, tapi ini normal. Harga turun karena daya beli yang lemah akibat Covid-19 sudah dua tahun," kata Syahrul.
Melihat tingkat permintaan telur yang sedang lemah, Syahrul menyampaikan, pemerintah tidak berencana untuk mengurangi produksi telur. Menurutnya, langkah pemangkasan produksi telur justru berbahaya bagi situasi pasar dalam negeri. Dia mengatakan, Kementan akan menempuh cara lain untuk bisa membantu meningkatkan harga telur milik peternak agar mampu bertahan di situasi pandemi.
"Kita akan terus antisipasi dan hitung-hitungan kita tidak boleh salah," ujarnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.