Poster promosi film Nussa yang sedang tayang di bioskop-bioskop saat ini. | istimewa

Narasi

Nussa, Batu Loncatan Animasi Tanah Air

Film Nussa menjadi film animasi lokal terlaris pada 2021.

OLEH GUMANTI AWALIYAH, ADYSHA CITRA RAMADANI

Sosok Nussa telah menjadi sahabat bagi anak-anak di Indonesia sejak 2018 lewat serial animasi "Nussa". Tak heran, kehadiran film Nussa di bioskop mendapatkan banyak cinta dari keluarga Indonesia.

Ditayangkan sejak 14 Oktober lalu, film garapan The Little Giantz dan Visinema Pictures itu sukses merangkul lebih dari 100 ribu penonton ke bioskop, yang kemudian menjadikannya film animasi lokal terlaris pada 2021. Seperti serialnya di Youtube, alur cerita animasi Nussa dikemas dengan sederhana dan nyambung dengan kondisi yang dihadapi anak-anak.

Film yang ditayangkan secara perdana melalui Bucheon international Fantastic Film Festival (BIFAN) di Korea Selatan ini bercerita mengenai sosok Nussa, si juara bertahan dalam science fair. Nussa ingin kembali memenangkan ajang perlombaan tersebut dengan roket rancangannya didampingi oleh Abba.

Akan tetapi, eksperimen roket yang dilakukan Nussa tak berjalan sesuai harapan. Pada saat yang sama, perhatian teman-teman Nussa mulai beralih ke murid baru bernama Jonni dan roket canggihnya.

Digarap selama hampir tiga tahun, film ini menyuguhkan sensasi yang sungguh berbeda apabila dinikmati dalam format terutuhnya di layar lebar. Teknologi animasi dalam penggarapan filmnya jelas berbeda serta jauh lebih unggul dari serialnya.

Menurut sang sutradara, Bony, salah satu teknologi yang digunakan adalah hair-system. Setiap rambut karakter film Nussa dibuat per helai demi mendapatkan detail visual yang tajam.

“Kami berupaya menghasilkan karya terbaik dengan mengembangkan teknologi animasi baru. Sebagai kreator, kami merasa sangat puas ketika melihat hasil akhir film Nussa dan tentunya berharap agar penonton bisa menikmatinya,” kata Bony saat dihubungi Republika, Selasa (26/10).

Pengisi suara Abba, Alex Abbad, mengatakan, kehadiran film Nussa turut menandai sebuah kemajuan pesat dalam industri perfilman Indonesia. Alasannya, film Nussa menunjukkan bahwa Indonesia secara perlahan bisa menyamai kualitas film-film animasi dari luar negeri.

"Cerita yang dibuat juga, walaupun cerita anak kecil, tapi bisa dinikmati semua umur," ujar Alex kepada Republika, kemarin.

Menurut Alex, karakter-karakter dalam film Nussa hadir bukan untuk "menggurui". Karakter Abba yang Alex perankan, misalnya, memiliki kekhawatiran dan pernah melakukan kesalahan yang dia coba untuk perbaiki.

"Kami tidak berusaha mewakili cara bertutur moral yang baik, tapi menunjukkan kalau kita berbuat salah, apa yang bisa kita lakukan sama kesalahan itu, tanggung jawab atas kesalahan itu," ujar Alex menjelaskan.

Alex mengatakan, film animasi Nussa sekilas mungkin terlihat mewakili satu kepercayaan agama saja. Akan tetapi, kata dia, film ini sebenarnya memiliki kisah universal yang mewakili pengorbanan, toleransi, dan semangat yang saat ini dibutuhkan oleh banyak orang. "Dan, dengan kualitas kisah, kualitas gambar yang seperti itu sayang untuk dilewati," kata Alex.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Nussa Edutainment Series (@nussaofficial)

Pesan moral

Pengisi suara Bibi Mur, Asri Welas, sangat senang film yang proses pengerjaannya memakan waktu hingga tiga tahun ini akhirnya bisa ditayangkan di layar lebar. Terlebih, saat ini anak-anak sudah diperbolehkan untuk menonton di bioskop.

Asri mengatakan, ada banyak temannya yang mengapresiasi film ini. Bahkan, tak sedikit yang menonton Nussa lebih dari satu kali bersama keluarga hingga mengajak anak yatim untuk menonton bersama.

"Senang banget (film ini) diapresiasi sampai sebegitunya oleh anak-anak, oleh orang tua, artinya ini film bukan cuma buat anak-anak," kata Asri saat berbincang dengan Republika, kemarin.

Meski terlibat sebagai pengisi suara, Asri secara pribadi juga merasa "tertampar" dengan cerita film Nussa. Film ini bahkan mendorong Asri untuk membuat perubahan yang signifikan di dalam hidupnya.

Sejak terlibat dalam proses produksi film Nussa, Asri tak lagi menerima pekerjaan stripping atau pekerjaan yang memiliki jadwal kerja terlalu pagi. Asri saat ini lebih mengutamakan pekerjaan yang tidak membuatnya egois sebagai orang tua. "Dan, bisa ada waktu untuk anak," ujar Asri menjelaskan.

Bagi Asri, film Nussa juga membantu anaknya untuk memahami nilai-nilai kehidupan yang mungkin terkadang sulit dikomunikasikan secara langsung oleh orang tua kepada anak. Oleh karena itu, Asri menilai Nussa sebagai film yang patut ditonton oleh keluarga Indonesia.

"Banyak nilai-nilai yang bisa ditiru ya menurut aku," ungkap Asri.

Anak sulung Asri, Rajwa Gilbram Ridha Rahardja atau akrab disapa Ibam, mengaku sangat menyukai film ini. Menurut Ibam, film ini memiliki kisah yang unik dan jarang dia temukan pada film-film kebanyakan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Nussa Edutainment Series (@nussaofficial)

Selain itu, Ibam mengatakan film Nussa terasa relatable. Kisah persaingan antarteman dalam film Nussa juga Ibam temukan di antara teman-temannya di sekolah. Terkadang, ada anak yang merasa lebih baik dari anak lainnya. "Gak ada yang lebih baik, kita kan (sesama) manusia, jadi seharusnya sama," katanya.

Salah seorang penonton film Nussa, Dina Husein, mengatakan, film Nussa merupakan karya animasi anak negeri yang patut diacungi jempol. "Selain kualitas gambar dan suaranya yang ia nilai juara, pesan moral yang disampaikan lewat film juga sangat bagus dan sangat menyentuh hati," kata Dina.

Dina telah memboyong anak semata wayangnya menonton film Nussa di bioskop pada akhir pekan lalu.

Tak jauh berbeda dari Dina, Selvianti juga tak kalah antusias ketika memboyong anaknya yang baru empat tahun ke bioskop untuk menonton film Nussa. Menurut dia, film Nussa bisa menginspirasi anak-anak untuk berakhlak baik.

“Anak seumuran anak saya kan sangat pintar dalam hal meniru. Jadi, saya selalu berusaha menanamkan akhlak yang baik dan sesuai syariat itu sejak kecil. Kan itu semua mesti dibiasakan, enggak bisa instan. Jadi, saya senenglah ketika ada tontonan bagus kayak Nussa,” ujar Selvianti.

Film yang mendapatkan nominasi Film Animasi Panjang dalam Festival Film Indonesia 2021 ini mengingatkan para penonton akan indahnya rasa syukur. Melalui tayangan animasi yang dibangun menampilkan perjuangan meraih impian. Senada dengan misi tersebut, salah satu lagu karangan Yura Yunita berjudul “Merakit” terpilih menjadi official soundtrack film Nussa.

Pesan motivasi yang dirangkai Yura melalui bait demi bait lagunya, sukses mengembuskan semangat dalam film Nussa. Para penonton dirangkul untuk merenungkan kembali pentingnya sikap yang optimistis dalam mewujudkan cita-cita yang luhur, serta diajak gigih menyikapi kegagalan.

Yura menjelaskan, salah satu inspirasi pembuatan lagu ini berangkat dari lika-liku perjalanan kariernya. Ia pernah tenggelam dalam keterpurukan ketika banyak hal membatasi kreativitasnya dalam bermusik. Pertemuannya dengan Delia, seorang anak disabilitas, mengingatkannya kembali akan pentingnya rasa syukur. Perjumpaan itu ibarat sebuah magis yang mampu membuatnya bangkit dari keterpurukan.

Lagu ini memiliki relevansi yang kuat dengan film Nussa di mana karakter utamanya adalah seorang disabilitas. Meski dalam keterbatasan yang membelenggunya, Nussa tetap memiliki semangat yang bergelora dalam menggapai angan-angan. Ricky Manoppo, selaku produser film Nussa, menceritakan, dia tersentuh saat pertama kali mendengarkan tembang “Merakit” Yura.

“Saya merasa terharu ketika pertama kali mendengarkan dan menonton 'Merakit'-nya Yura mengiringi Nussa. Lirik dan musik yang dimainkan Yura benar-benar serasi mengisi ruang-ruang di film Nussa," kata Ricky. Film Nussa juga berhasil mendapatkan tiga nominasi AMI Awards untuk soundtrack-nya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat