Narasi
Terowongan Silaturahim Siap Dilalui
Terowongan penghubung Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral itu dibangun sepanjang 28,3 meter
OLEH RAHAYU SUBEKTI
Gagasan terowongan yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta tak lama lagi mewujud. Umat Islam dan Kristiani pengunjung kedua rumah ibadah nasional itu tak lama lagi bisa saling sapa di dalam terowongan.
Letak pintu masuk jalur bawah tanah yang selama ini disebut Terowongan Silaturahim itu tak jauh dari pintu masuk masjid dan gereja. Jarak terdekatnya dari gerbang Masjid Istiqlal sekitar 16 meter. Pintu masuk terowongan tidak jauh dari Gerbang 6 Masjid Istiqlal.
Sementara, pintu masuk terowongan silaturahim yang berada di Gereja Katedral jaraknya kurang lebih 32 meter dari gereja. Lokasi pintu masuk terowongan tak jauh dari bagian depan gereja yang berseberangan langsung dengan Masjid Istiqlal.
Terowongan silaturahim dibangun juga dengan konsep ramah difabel dan lansia. Terowongan tersebut difasilitasi dengan lift di kedua pintu masuknya sehingga lansia dan difabel tidak perlu menyusuri tangga saat berjalan di dalam terowongan.
Terowongan tersebut dibangun sepanjang 28,3 meter dengan tinggi tiga meter dan lebar hampir lima meter. Saat memasuki terowongan, desain arsitektur yang terasa bergaya nuansa modern dengan sorot lampu temaram keemasan di setiap dinding dan tangganya.
Eksterior terowongan menggunakan material transparan. Dengan demikian, saat sampai di setiap pintu masuk terowongan tidak menghalangi kecantikan desain Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Sementara di bagian interior terowongan, dibuat senada dengan interior Masjid Istiqlal menggunakan marmer.
Sejauh ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sudah merampungkan konstruksi Terowongan Silaturahim tersebut. "Terowongan Silaturahim ini kan ya seperti toleransi yang satunya Natal dan satunya Lebaran. Jadi, menghubungkan tempat peribadatan dan kita menyediakan fasilitas yang bisa digunakan bersama," kata Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Diana Kusumastuti saat melakukan press tour dengan media di Terowongan Silaturahim, Senin (25/10).
Diana menuturkan, pada dasarnya terowongan tersebut dibangun dengan tujuan untuk memfasilitasi ruang parkir bagi kedua jamaah di Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta. Diana mengatakan, fasilitas di rubanah Masjid Istiqlal memiliki kapasitas hingga 500 unit mobil. "Kapasitas parkir di Masjid Istiqlal ini dapat digunakan dari dua tempat ibadah ini," ujar Diana.
Diana mengharapkan nantinya saat ada perayaan besar umat Islam atau Katolik dapat sama-sama menggunakan fasilitas parkir tersebut dengan adanya terowongan yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Untuk itu, Diana mengharapkan dengan adanya Terowongan Silaturahim tersebut dapat menjadikan kebanggan Indonesia karena mewujudkan toleransi.
Diana menceritakan, saat pembangunan konstruksi Terowongan Silaturahim tersebut juga melibatkan Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR. Koordinasi tersebut untuk mengatasi persoalan fondasi dan struktur bangunan.
Diana menyebutkan, Gereja Katedral dibangun pada akhir abad ke-18 dengan menggunakan fondasi dangkal. "Kalau kita membangun terowongan otomatis harus ngebor. Ini suatu tantangan buat kami yang melakukan pembangunan. Makanya dalam pelaksanaannya kami Cipta Karya tidak bisa melakukan sendirian," kata Diana menjelaskan.
Diana menuturkan, Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR melakukan perencanaannya. Sementara Ditjen Cipta Karya juga mendampingi untuk pembangunan terowongan tersebut.
Rencananya terowongan tersebut akan dibuka untuk umum setelah diserahkan secara resmi kepada Kementerian Agama dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. "Nanti segera, mudah-mudahan langsung dimanfaatkan," ujar Diana.
Sebelumnya, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, terowongan tersebut dibangun pada 15 Desember 2020 dan selesai 100 persen pada 20 September 2021 dengan anggaran Rp 37,3 miliar. Pelaksanaan pengerjaannya dilakukan oleh PT Waskita Karya, manajemen konstruksi PT Virama Karya, dan perencana PT Yodya Karya. "Terowongan bawah tanah ini dipilih sebagai penghubungan antara rumah ibadah karena faktor keamanan dan keselamatan," ujar Basuki.
Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Uskup Agung Ignatius Suharyo sebelumnya menyatakan, terowongan itu akan menjadi simbol silaturahim antarkedua umat beragama. Menurut dia, terowongan itu adalah kelanjutan dari gagasan awal pendirian Masjid Istiqlal oleh Presiden Sukarno. Proklamator bangsa tersebut memang menginginkan Istiqlal dan Katedral berdampingan sebagai simbol harmoni dan silaturahim di antara anak bangsa.
Ia mengatakan, Terowongan Silaturahim itu nantinya bukan sekadar memberi rasa aman bagi para penyeberang jalan, melainkan juga memiliki arti simbolik yang sangat kuat. "Akan menjadi monumen abadi yang sangat berarti dan bermakna," kata Uskup Agung.
Wakil Kepala Humas Masjid Istiqlal Abu Hurairah juga menyatakan, dari sisi efektivitas, Terowongan Silaturahim juga akan meningkatkan efisiensi di berbagai aspek. Lumrah diketahui bahwa selama ini, kata dia, para jemaat Gereja Katedral sering menggunakan halaman parkir Masjid Istiqlal untuk memarkirkan kendaraan ketika hendak beribadat.
Hal itu membuat para jemaat sering kerepotan untuk menyeberang karena harus memutar terlebih dahulu. “Jadi, kalau lewat jalan biasa, itu muter itu para jemaat gereja. Jauh sekali. Jadi, ada yang sudah tua, pakai tongkat, jalan muter-muter kan kasihan,” katanya.
Namun, dengan hadirnya terowongan tersebut nanti, dia berharap para jemaat akan mendapatkan efektivitas waktu dan tenaga yang cukup untuk beribadah. Hal yang tak kalah penting, nilai toleransi dari hadirnya terowongan tersebut akan sangat bermakna.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.