Perempuan dan anak-anak menanti jatah donasi roti di jalan Kabul, Afghanistan, beberapa waktu lalu. | AP/Bernat Armangue

Internasional

Tawaran Pekerjaan dengan Imbalan Gandum

Saat ini, jutaan warga Afghanistan, termasuk anak-anak, berisiko mati karena kelaparan.

OLEH RIZKY JARAMAYA, KAMRAN DIKARMA

Kepemimpinan Taliban yang menguasai Afghanistan, meluncurkan program untuk mengatasi kelaparan pada Ahad (24/10). Taliban menawarkan ribuan orang untuk bekerja dengan imbalan gandum.

Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan, skema itu akan diluncurkan di sekitar kota-kota besar Afghanistan. Skema tersebut hanya akan mempekerjakan 40 ribu orang saja di Ibu Kota, Kabul.

“Ini adalah langkah penting untuk memerangi pengangguran, dan para buruh harus bekerja keras," kata Mujahid, dilansir Alarabiya, Senin (25/10).

Peluncuran program tersebut dihadiri oleh Mujahid dan pejabat senior lainnya, termasuk Menteri Pertanian Abdul Rahman Rashid dan Walikota Kabul Hamdullah Nomani. Mereka memotong pita merah muda dan menggali parit kecil di pedesaan Rish Khor di ibu kota, untuk menandai dimulainya program.

Taliban merekrut orang-orang yang saat ini menganggur dan paling berisiko kelaparan selama musim dingin. Program tersebut akan berlangsung selama dua bulan. Pekerjaan untuk buruh di Kabul  mencakup penggalian saluran air, dan pembangunan teras resapan salju di perbukitan untuk memerangi kekeringan.

Saat ini banyak warga Afghanistan yang menjual harta benda mereka untuk membeli makanan. Taliban, selaku penguasa dan pengontrol jalannya pemerintahan, tak mampu menggaji para pegawai negeri sipil. Masyarakat perkotaan Afghanistan menghadapi kerawanan pangan pada tingkat yang mirip dengan daerah pedesaan untuk pertama kalinya.

Rawan pangan

Saat ini, jutaan warga Afghanistan, termasuk anak-anak, berisiko mati karena kelaparan. Organisasi World Food Programme (WFP) mengatakan, tindakan darurat harus segera diambil guna menjauhkan Afghanistan dari ambang kehancuran.

Direktur Eksekutif WFP David Beasley mengungkapkan, 22,8 juta orang atau lebih dari separuh populasi Afghanistan, menghadapi kerawanan pangan akut. Dua bulan lalu, angka tersebut masih berkisar 14 juta orang. “Anak-anak akan mati, orang-orang akan kelaparan. Keadaan akan menjadi jauh lebih buruk,” ujar Beasley saat diwawancara Reuters, Senin.

Menurut dia, dana yang dialokasikan untuk bantuan pembangunan harus digunakan kembali untuk keperluan kemanusiaan. WFP pun siap menerima dan menyalurkan dana Afghanistan yang dibekukan untuk mengatasi krisis pangan di sana. “Anda harus mencairkan dana ini sehingga orang dapat bertahan hidup,” kata Beasley.

WFP membutuhkan dana hingga 220 juta dolar AS sebulan untuk memberi makan 23 juta warga Afghanistan yang rentan saat musim dingin mendekat. Saat ini WFP memanfaatkan sumber dayanya sendiri untuk membantu menutupi bantuan pangan hingga Desember. Hal itu karena beberapa donor gagal memenuhi janji bantuan mereka.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat