Internasional
Erdogan Perintahkan Usir Sepuluh Dubes
Keputusan soal Kavala memperdalam keretakan hubungan antara Turki dengan Barat.
ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melayangkan ancaman kepada perwakilan sepuluh negara, termasuk Amerika Serikat karena menuntut pembebasan Osman Kavala. Erdogan mengungkapkan, ia telah memerintahkan Kementerian Luar Negerinya melakukan pengusiran 10 duta besar (dubes) tersebut.
Jika dilakukan, Turki akan mengusir tujuh dari dubes yang mewakili sekutu NATO-nya. Keputusan ini akan makin memperdalam keretakan antara Turki dengan Barat dalam 19 tahun kekuasaan Erdogan.
"Saya memberikan perintah yang diperlukan kepada menteri luar negeri kami dan mengatakan apa yang harus dilakukan. Kesepuluh duta besar ini harus dinyatakan persona non grata (tidak diinginkan--Red) sekaligus. Anda akan segera menyelesaikannya," kata Erdogan dalam pidatonya di kota barat laut Turki, Eskisehir.
"Mereka akan tahu dan mengerti Turki. Pada hari mereka tidak tahu dan mengerti Turki, mereka akan pergi," katanya yang disambut sorak-sorai penonton.
#OsmanKavala has faced 1454 days of injustice
33 days until the next hearing on the 26th of November 2021.
_#whatdidkavaladoDekoratif kırmızı soru işareti#crimenotfound#freeosmankavala pic.twitter.com/ilqCz6kyVU — What Did Kavala Do? (@whatdidkavalado) October 24, 2021
Dalam pernyataan bersama pada 18 Oktober, dubes Kanada, Denmark, Prancis, Jerman, Belanda, Norwegia, Swedia, Finlandia, Selandia Baru, dan AS menyerukan penyelesaian yang adil dan cepat untuk kasus Kavala. Mereka juga menuntut pembebasan Kavala dengan segera.
Para dubes tersebut kemudian dipanggil oleh kementerian luar negeri Turki yang menyebut pernyataan mereka tidak bertanggung jawab. Pada Kamis (21/10) Erdogan mengatakan, para dubes tersebut tidak akan melepaskan bandit, pembunuh, dan teroris di negara mereka sendiri.
Sementara, Kavala mengatakan pada Jumat (22/10), dia tidak akan lagi menghadiri persidangannya. Karena, menurutnya, sidang yang adil tidak mungkin dilakukan setelah komentar yang dilempar Erdogan.
Kedutaan AS dan Prancis serta Gedung Putih belum menanggapi permintaan komentar. Namun seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan mengetahui laporan tersebut. Pihaknya pun tengah mencari kejelasan dari Kementerian Luar Negeri Turki.
Norwegia mengungkapkan, kedutaannya belum menerima pemberitahuan dari otoritas Turki. "Duta besar kami belum melakukan apa pun yang menjamin pengusiran," kata kepala juru bicara kementerian, Trude Maaseide.
Menurutnya, Norwegia meyakini Turki sangat menyadari pandangan Norwegia. "Kami akan terus meminta Turki untuk mematuhi standar demokrasi dan aturan hukum yang negara itu berkomitmen di bawah Konvensi Hak Asasi Manusia Eropa," kata Maaseide.
Menteri Luar Negeri Denmark Jeppe Kofod juga menyampaikan, kementeriannya belum menerima pemberitahuan resmi terkait pengusiran. Namun pihaknya telah melakukan kontak dengan rekan-rekan dan sekutunya. "Kami akan terus menjaga nilai dan prinsip bersama kami, seperti yang juga diungkapkan dalam deklarasi bersama," katanya dalam sebuah pernyataan.
Sebuah sumber di Kementerian Luar Negeri Jerman juga mengatakan 10 negara sedang berkonsultasi satu sama lain. Satu sumber diplomatik mengatakan deeskalasi dimungkinkan mengingat Turki saat ini telah membuat pendiriannya sangat jelas.
Hal ini juga turut mengingat potensi dampak diplomatik dari langkah seperti itu, menjelang KTT G20 dan KTT iklim PBB di Glasgow yang dimulai pada akhir bulan mendatang.
Siapa Osman Kavala?
Osman Kavala merupakan seorang kontributor untuk banyak kelompok masyarakat sipil. Dia telah dipenjara selama empat tahun dan didakwa membiayai protes nasional pada 2013.
Selama ini, Kavala tetap dalam tahanan sementara persidangan terakhirnya berlanjut pada 26 November mendatang. Sepanjang proses persidangan, Kavala terus menyangkal tuduhan yang dilayangkan padanyam
Kavala dibebaskan tahun lalu dari tuduhan terkait dengan protes 2013. Namun tahun ini keputusan tersebut dibatalkan dan digabungkan dengan tuduhan terkait dengan upaya kudeta.
Kelompok-kelompok hak asasi mengatakan kasusnya adalah simbol dari tindakan keras terhadap perbedaan pendapat di bawah Erdogan. "Pengusiran sepuluh duta besar adalah tanda pergeseran otoriter pemerintah Turki. Kami tidak akan terintimidasi. Kebebasan untuk Osman Kavala," cicit Presiden Parlemen Eropa, David Sassoli melalui akun Twitter resminya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.