Olahraga
Achraf Hakimi, Bela Maroko demi Islam
Achraf Hakimi merupakan pemain yang merintis kariernya dari Real Madrid Castilla pada musim 2016/2017.
Achraf Hakimi menyelamatkan rekor tak terkalahkan Paris Saint-Germain (PSG) di Ligue 1 Prancis saat mencetak gol dalam kemenangan 2-1 atas Metz. Hakimi membawa PSG unggul cepat pada menit kelima.
Namun, Metz menyamakan kedudukan melalui Boubakar Kouyate sebelum turun minum. Pada saat pertandingan telah berjalan 90 menit, skor masih 1-1. Tapi, pemain internasional Maroko tersebut menjadi pembeda dalam pertandingan ini setelah mencetak gol kemenangan pada menit 95. Berkat Hakimi, Mauricio Pochettino masih bisa tersenyum karena PSG kembali meraih kemenangan.
Hakimi merupakan pemain yang merintis kariernya dari Real Madrid Castilla pada musim 2016/2017. Lalu, selama tiga musim, ia naik kasta membela Real Madrid. Sempat dipinjamkan ke Borussia Dortmund pada musim 2018-2020, kariernya makin mentereng saat berseragam Inter Milan pada musim lalu.
Dari Inter inilah, sejumlah klub Eropa sempat menyampaikan ketertarikan hatinya. Namun, pemuda kelahiran Madrid, Spanyol, 22 tahun itu lebih memilih berlabuh ke PSG. Pemain bernama lengkap Achraf Hakimi Mouh itu diminati karena memiliki kemampuan umpan panjang yang akurat dari lini pertahanan, memiliki kecepatan dan teknik yang mumpuni, serta sosok muda yang bekerja keras dalam menjalankan tugas sebagai defender.
Meski ia lahir di Spanyol, Hakimi lebih memilih panggilan internasionalnya dengan membela Maroko yang menjadi tumpah darah orang tuanya. Karena itu, dia mendapatkan hak untuk membela tim nasional Maroko dan Spanyol. Namun, pemain kelahiran 4 November 1998 tersebut lebih memilih bergabung dengan Maroko dibandingkan Spanyol yang lebih memiliki prospek untuk masa depannya.
Alasan memiliki Maroko itu ada dua. Pertama, Maroko adalah tanah kelahiran orang tuanya. Kedua, karena Islam. Padahal, apa kurangnya Spanyol dari sisi prestasi sepak bola, sebagai mantan juara Euro dan Piala Dunia. Dengan bermain untuk Spanyol, karier sepak bolanya pun akan semakin melejit. Tapi, sekali lagi, semua karena darah Islam yang mengalir di dalam tubuhnya.
''Saya pikir saya memutuskan untuk membela Maroko karena itu tempat orang tua saya datang, bagaimana mereka membesarkan saya sebagai orang Maroko, rumah bagi Muslim. Jadi, saya pikir lebih nyaman bermain untuk tim nasional Maroko,'' kata Hakimi, dikutip dari laman resmi Bundesliga, Kamis (23/9).
View this post on Instagram
Di luar lapangan, Hakimi dikenal sebagai Muslim taat. Ia selalu berpuasa pada bulan Ramadhan meskipun harus bertanding. Dalam wawancara, Hakimi mengaku tetap berlatih atau bertanding meski menjalani puasa.
Bagi Hakimi, puasa pada bulan Ramadhan adalah bagian penting dari agama dan budaya yang sangat dipedulikannya. ''Yang penting adalah beristirahat dengan baik dan memulihkan energi,'' ucap Hakimi, dikutip dari Sempreinter.
Hakimi mengakui, sang ayah merupakan idolanya. Ketika masih kecil, ayahnya bekerja di pasar, sementara ibunya merupakan ibu rumah tangga. Keduanya disebut Hakimi melakukan pengorbanan besar untuk bisa memberinya makan.
Karena itu, ia bersyukur saat ini bisa memberikan kehidupan yang layak untuk kedua orang tua dan cucu mereka. ''Saudaraku, Nabil juga menjadi panutan, bersama-sama kita tumbuh dan berjuang bersama,'' kata dia menjelaskan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.