Ribat Soussa menampilkan corak arsitektur Romawi dan bahkan Yunani Kuno yang dipadukan dengan ciri khas Arab-Abbasiyah. | DOK WIKIPEDIA

Arsitektur

Ribat Soussa, Benteng Persinggahan di Mediterania

Corak arsitektur Ribat Soussa memadukan antara elemen Barat dan Timur.

OLEH HASANUL RIZQA

 

Dalam lanskap perkotaan Islam, ada sejumlah fasilitas yang menjadi ciri khas. Misalnya, masjid raya, madrasah, dan istana sultan. Dua objek yang tersebut pertama melambangkan khidmat kaum Muslimin pada urusan agama dan pendidikan. Adapun objek yang terakhir menyimbolkan kekuasaan politik.

Di luar ketiganya, masih ada fasilitas lain yang turut mengisi tata ruang kota islami. Itulah ribat (ribath). Pada mulanya, para penguasa Muslim mendirikan ribat sebagai pos penjagaan atau benteng pertahanan kota.

Di dalamnya, terdapat menara-menara pengawas yang terhubung satu sama lain dengan jalan berbatu. Selain itu, ada pula lapangan luas yang biasa menjadi tempat latihan militer.

Ketika suasana kota sudah kondusif, ancaman musuh dari luar kian berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Fungsi ribat pun mengalami perubahan. Ia tidak lagi diperuntukkan bagi kegiatan militer, tetapi sipil.

Namun, masyarakat sudah memiliki masjid besar, pasar, atau fasilitas-fasilitas umum lainnya. Karena itu, kegunaan ribat diserahkan seutuhnya pada kebijakan penguasa.

Di Afrika Utara, para sultan Muslim kerap memanfaatkan ribat yang bekas benteng militer sebagai tempat persinggahan bagi para musafir. Siapapun boleh mampir di sana dan akan mendapatkan kebutuhan dasar yang tersedia, semisal air minum, makanan, dan selimut hangat.

Semua keperluan itu bisa diperoleh secara gratis. Sering kali, warga setempat turut menyumbang roti atau uang. Inilah salah satu wujud keramahtamahan (hospitality) Islam.

photo
Ribat Soussa di Tunisia ini merupakan salah satu tempat persinggahan musafir (ribat) yang tersisa di Afrika Utara. - (DOK WIKIPEDIA)

Salah satu ribat yang termasyhur di Afrika pesisir Mediterania ialah Ribat Soussa. Berdiri sejak abad kedelapan, kompleks tersebut dibangun oleh Sultan Ibrahim. Penguasa berdarah Persia itu merupakan pendiri Dinasti Aghlabiyah yang, pada masa jayanya, berhasil menguasai sebagian Afrika Utara dan Italia selatan.

Lokasi ribat ini berada di Soussa—disebut pula Sousse. Inilah salah satu kota di Tunisia yang menghadap pantai Laut Tengah. Pada zaman Romawi, daerah tersebut dinamakan Justianapolis, sebagai bentuk penghormatan kepada Kaisar Justinian.

Pada mulanya, Ibrahim mendirikan Ribat Soussa seiring dengan rencananya menaklukkan Sisilia. Jarak bangunan itu dengan garis pesisir hanya sekitar 500 meter. Beberapa tahun kemudian, ambisi dinastinya untuk merebut pulau di lepas pantai Italia itu sukses besar. Pasukan pun kembali ke Tunisia. Alhasil, beberapa fasilitas militer ditinggalkan, termasuk Ribat Soussa.

Yulianto Sumalyo dalam buku Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim menjelaskan, corak arsitektur Ribat Soussa memadukan antara elemen Barat dan Timur. Dilihat sekilas saja, penampilan eksterior ribat itu mirip tangsi tentara Romawi. Beberapa bagian di sana juga memakai tipe hypostyle, layaknya bangunan Yunani Kuno. Adapun elemen Timur, yakni Persia dan Arab, cenderung mencuat pada tampilan denahnya.

photo
Ribat Soussa di Tunisia ini dibangun oleh Sultan Ibrahim dari Dinasti Aghlabiyah. - (DOK WIKIPEDIA)

Pada keempat sudut bangunan ini terdapat semacam menara pengawas. Sesudah ditinggalkan pasukan militer, menara-menara itu lebih difungsikan sebagai tempat azan berkumandang. Bentuk menara ini banyak dipengaruhi oleh gaya arsitektur khas Abasiyah. Rata-rata tingginya ialah lima meter. Pada sisinya, terdapat balkon yang menjadi titik muazin berada.

Gerbang masuk ribat berketinggian enam meter dengan lebar dua meter. Pintunya diapit oleh pilar marmer antik dan kolom granit. Bagian terasnya memiliki lorong persegi kecil dan berkubah. Sementara, lantai dasar bangunan ini terbagi ke dalam 33 sel berukuran kecil. Tiap sel biasa menjadi tempat tidur para musafir.

Pada permulaan abad kesembilan, Ribat Soussa direnovasi. Itu berdasarkan petunjuk dari prasasti yang terpampang pada bagian atas gerbang. Dalam ukirannya, tertulis bahwa kompleks ini diperbaiki pada 821 M atas prakarsa Sultan Zidayatullah I.

photo
Ribat Soussa sempat diperbaiki pada 821 M oleh Sultan Zidayatullah I. - (DOK WIKIPEDIA)

Seolah tak lekang oleh waktu, Ribat Soussa tegar berdiri dari masa ke masa. Saat Perang Dunia II meletus, Tunisia ikut terdampak, begitu pula Kota Soussa. Ribat ini pun mengalami kerusakan yang cukup parah.

Sewaktu Tunisa masih menjadi protektorat Prancis, Ribat Soussa dipugar. Prosesnya memakan waktu sekira tiga tahun. Pada 1953, otoritas setempat kembali membuka kawasan bersejarah ini. 

Tentu saja, Ribat Soussa kini bukan lagi tempat para musafir singgah atau menginap. Ia berfungsi selayaknya destinasi wisata, khususnya bagi para penggemar histori. Melihat bangunan ini, siapa pun setuju bahwa ribat merupakan karya agung umat Islam, terutama pada masa awal penyebaran syiar agama ini di Afrika Utara.

photo
Seperti ribat pada umumnya, Ribat Soussa di Tunisia ini mulanya dibangun sebagai sebuah benteng pertahanan. - (DOK WIKIPEDIA)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat