Atlet renang Jawa Barat Raina Saumi Grahana (tengah) bersama perenang Jawa Timur Adinda Larasati Dewi (kiri) dan Izzy Dwifaiva H (kanan) menunjukan medali saat upacara penyerahan medali pada final 400 meter gaya bebas putri PON Papua di Arena Akuatik Kam | Republika/Thoudy Badai

Tajuk

PON XX Perkokoh Nasionalisme

Selain berlangsung aman, PON XX juga boleh dibilang sukses dari sisi prestasi.

Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua resmi ditutup Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin pada Jumat (15/10).  Kita patut bersyukur pesta olahraga multi cabang terbesar di Tanah Air yang dihelat sejak 22 September itu berlangsung dengan aman dan lancar.

Apresiasi patut diberikan bagi seluruh panitia penyelenggara, pemerintah provinsi dan masyarakat Papua yang telah menyukseskan hajatan empat tahunan olahraga nasional ini. Berkat dukungan TNI dan Polri pula, perhelatan PON XX berlangsung tanpa gangguan keamanan.

Selain berlangsung aman, PON XX juga boleh dibilang sukses dari sisi prestasi. Meski digelar di tengah pandemi Covid-19,  PON XX yang mempertandingkan 37 cabang dan 56 disiplin olahraga dengan 679 nomor pertandingan itu mampu melahirkan 55 rekor baru dari cabang akuatik, atletik, senam dan angkat besi.  Torehan rekor baru itu tentu sangat menggembirakan.  

Kontingen Jawa Barat berhasil menjadi juara umum PON XX  dengan meraih 133 emas, 105 perak, dan 118 perunggu.  Itu artinya, Jawa Barat mampu mempertahankan peringkat yang diraihnya pada PON XIX. Jawa Barat pun  mengulang prestasi pada 70 tahun lalu, yakni menjadi juara umum PON berturut-turut, pada PON 1951 dan 1955.

 
Selain berlangsung aman, PON XX juga boleh dibilang sukses dari sisi prestasi. 
 
 

DKI Jakarta bertengger di peringkat kedua dengan 110 emas, 91 perak, 100 perunggu.  Posisi ketiga ditempati  Jawa Timur dengan 110 emas, 89 perak, 90 perunggu. Sedangkan, tuan rumah Papua menempati  posisi keempat dengan 93 emas, 67 perak, dan 102 perunggu. 

Sejatinya, PON bukan hanya ajang bagi para atlet untuk berebut medali demi gengsi daerah. Namun, tujuan utama PON adalah melahirkan atlet-atlet nasional yang mampu mengarumkan nama bangsa di pentas internasional. Lebih dari itu, PON adalah simbol persatuan nasional.  PON harus merekatkan tali persaudaraan dan memperkokoh nasionalisme.

Meski berjalan dengan aman dan sukses secara prestasi, penyelenggaraan PON XX Papua belum sepenuhnya bisa bebas dari klaster Covid-19. Juru Bicara Satgas Covid-19 Papua, Dr Silawanus Sumule mengatakan, hingga Kamis (14/10) pukul 18.00 WIT, terkonfirmasi 125 atlet dan ofisial yang positif Covid-19.

Sebanyak 71 orang masih menjalani rawat inap, kemudian 54 lainnya sudah dinyatakan negatif. Memang tak mudah menyelenggarakan event besar seperti PON yang dihadiri ribuan atlet dan ofisial dan puluhan ribu penonton di era pandemi. Dengan sistem penerapan prokes yang sudah ketat pun, penularan Covid-19 masih terjadi.

Munculnya klaster Covid-19 di arena PON XX tentu harus menjadi catatan dan bahan evaluasi. Ini menandakan masih ada celah yang harus diperbaiki dalam penyelenggaraan perhelatan kompetisi olahraga berskala besar.

 
Munculnya klaster Covid-19 di arena PON XX tentu harus menjadi catatan dan bahan evaluasi. Ini menandakan masih ada celah yang harus diperbaiki dalam penyelenggaraan perhelatan kompetisi olahraga berskala besar.
 
 

Yang perlu menjadi catatan besar adalah kabar kaburnya tujuh atlet yang positif Covid-19 dari tempat isolasi mandiri ke daerah masing-masing.  Kasus seperti ini tentu tak boleh terulang. Para atlet, ofisial, wasit dan panitia yang terkonfirmasi positif Covid-19 harus benar-benar disiplin menjalani isolasi mandiri.

Publik tentu berharap tak ada ledakan kasus positif Covid-19 pasca-PON XX. Karenanya, Pemerintah harus benar-benar serius melakukan antisipasi dan penanganannya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat